37

422 43 4
                                    

Sebagaimana pun bentuk sebuah hubungan, ada kalanya pertengkaran akan terjadi, karena itu termasuk bagian di dalamnya. Penyebab pertengkaran itu sendiri termasuk sepele, hanya saja dibesar besarkan karena rasa memiliki pun keegoisan. Yang biasa disebut dengan kecemburuan.

Maka sama halnya dengan kejadian kemarin. Apa yang terjadi hari itu hanyalah sebuah kesalahpahaman. Gina tidak sepenuhnya salah karena membatalkan kencan yang sudah Yoongi persiapkan. Yoongi juga tidak sepenuhnya salah karena membiarkan dirinya terjebak dalam posisi yang tidak seharusnya. Semuanya murni karena kesalahpahaman.

Kendati begitu, keduanya tidak bisa menyangkal bila kejadian tersebut sedikitnya telah berhasil merubah hubungan yang ada. Menimbulkan sesuatu yang berbeda di dalamnya. Hingga kenyataan berbicara bahwa hubungan mereka tak akan pernah lagi sama seperti sebelumnya.

Gina sendiri bahkan tau bahwa apa yang dilakukannya tidaklah yang seharusnya. Namun perlahan keraguan itu mulai menyambangi dirinya secara pasti. Sebab sejak kejadian itu Gina jadi lebih posesif dari biasanya.

Tepatnya dua hari belakangan ini Gina kian gencar menghubungi Yoongi tuk sekedar menanyakan sedang apa? Ataupun bersama siapa? Dua pertanyaan yang selalu muncul di layar notifikasi ponsel Yoongi setelah gadis itu berhasil menenangkan diri dan menghubungi Yoongi sebagai bentuk berakhirnya pertengkaran mereka yang tidak sepenuhnya bisa dibilang pertengkaran itu.

Terkesan terlalu curigaan mungkin, namun sebenarnya Gina melakukan itu karena ia takut kehilangan. Takut Yoongi pergi dan ia akan kehilangan dunianya lagi. Kehilangan senyum juga bahagianya.

Meski Yoongi sebenarnya cukup kecewa atas keputusan Gina hari itu, namun Yoongi berusaha mengerti, bahkan setelah gadis itu mulai bersikap posesif dan memperlihatkan kecemburuannya yang justru mengarah pada kurangnya kepercayaan pun Yoongi tetap berusaha mengerti. Sebab ia cukup sadar, dialah dalang dari semuanya.

Maka mencoba tuk memperbaiki sesuatu yang telah tergores, Yoongi pun mengajak Gina dinner bersama di dorm sebagai ganti kencan mereka yang tertunda. Ia bahkan sudah mengulik berbagai alasan agar malam ini dirinya bisa lolos dari acara makan malam yang diadakan agensi dan bersifat wajib itu. Hingga dirinya bisa lekas pulang tuk menemui Gina dan melakukan kencan yang sesungguhnya.

"Astaga kau membeli banyak sekali!" Dengan raut begitu terpukau, Gina lantas menggulirkan pandangan tuk memeta satu persatu Indonesian food yang kini sudah Yoongi hidangkan di atas meja makan dorm.

"Memangnya kenapa?" Yoongi yang tengah menyajikan menu terakhirnya ke atas meja kontan bertanya sebelum akhirnya ia menarik kursi dan duduk bersebelahan menghadap Gina yang masih tampak terkejut dengan makan malam yang ia persiapkan.

"Ini pasti gak bakal habis kalau cuman kita berdua, Yoonki! Kan sayang kalau makanannya harus dibuang."

"Bisa. Porsi makanmu di hitung tiga orang. Jadi pasti habis." Yoongi berucap santai seraya menggerakkan jemarinya menggapai satu tusukan sate lalu melahapnya pelan.

"Biarpun begitu tetap saja ini kebanyakan, Yoonki!"

"Lagian, kau juga, sih. Ditanyaiin mau makan apa malah jawab terserah. Yah sudah, kubelikan semuanya saja."

"Ih, tapi...."

"Sudah. Jangan banyak protes. Ini masih untung loh aku cuman beli segini. Lain kali kalau ngejawab terserah lagi-restorannya yang bakal kubeli. Biar gak bikin pusing."

Aduh, Gina kalah telak. Menjawab terserah itu memang bukanlah sesuatu yang bagus. Membuat bingung orang yang mendapat jawaban. Sama seperti Yoongi. Untung saja pria itu tajir melintir.

Kalah mendebat, Gina pun mencebik singkat sebagai bentuk kekalahannya. Sebelum akhirnya ia bergerak meraih semangkuk bakso yang terhidang. Lalu menyantapnya.

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora