49

137 22 3
                                    

Gelap. Rasanya dalam sekali. Seakan ditarik jauh menelusuri di mensi waktu yang berbeda. Terombang-ambing. Ketakutan. Kebingungan. Rasanya asing. Terdengar cekikikan tawa dan tangis. Lalu... hampa.

Gina terbangun. Matanya terbuka perlahan dan langit-langit kamar segera menjamunya. Ditatapnya langit-langit itu sejenak, kemudian bangun terduduk dengan helaan nafas lembut yang keluar.

Apa yang terjadi? Ia memijit pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pusing.

Apa tadi itu mimpi?

Melihat bagaimana dia bisa berada dalam kamar dengan piyama yang dikenakan serta selimut yang menutupi, rasa rasanya ia baru saja bermimpi buruk lagi.

Yeah, mimpi buruk. Tidak ada sebutan lain untuk kejadian di mana rahasianya terbongkar di hadapan member Bangtan dan dia yang harus menghadapi Jackson selain mimpi buruk.

Ditiliknya jam wacker di sisi kasurnya, pukul satu dini hari.

Ah, ini pasti karena dia terlalu memikirkan kepulangan Jackson yang sempat dibahasnya bersama Eunjo di supermarket siang tadi, benaknya jadi menciptakan halusinasi menakutkan saat dia tidur.

Menghela sekali lagi, ada kelegaan yang mengucur saat Gina menemukan itu hanya sebuah mimpi. Mimpi yang Gina sendiri tidak tau kapan akan ada habisnya.

Yang meskipun hanya dibalut dalam kata sebuah mimpi---bahkan sudah lewat---namun rasanya tetap tertinggal. Menyisahkan Gina dalam kehampaan yang pahit.

Gadis itu menekuk lutut. Kepalanya yang pusing ia sandarkan di sana. Malam-malam dengan kemuraman seperti ini seakan sudah berteman baik dengannya. Mungkin ia bisa melanjutkannya dengan tangisan yang akan menambah esensi kelam dan kesepian kamar gelap itu. Namun setelah mendengar gemericik aliran air dari kamar mandi, ia lantas mengakat pandangan.

"Eunjo?" panggilnya ragu. Ia melirik ke arah kamar mandi.

Tidak ada sahutan, hanya suara air mengalir.

Gina pikir itu Eunjo, berhubung hanya temannya itu yang suka melipir tanpa mengenal waktu ke tempatnya ini. Tapi hey, Eunjo tidak pernah mengabaikan panggilannya. Gadis itu terlalu cerewet dan  bising untuk suasana hening yang Gina temukan ini.

Lantas menyibakkan selimutnya, Gina pun beringsut turun dari tempat tidur. Derap langkahnya terlihat penuh pertimbangan ketika ia menapak ke arah kamar mandi yang pintunya tertutup.

"Eunjo-ya? Apa itu kau yang ada di dalam?" tanyanya sekali lagi setibanya di depan pintu.

Entah ini perasaan Gina atau apa, tapi gadis itu merasa tensi ruangan mendadak turun. Terasa mencekam tatkala ia tidak mendengar jawaban apapun dari dalam sana.

Jantungnya pun mulai berdegup abnormal dan ia berkeringat. Seketika bulu kuduknya merinding.

"Ah, tidak. Sepertinya sebelum tidur tadi aku lupa mematikan keran air. Ah, benar begitu."

Ia berusaha menepisnya.

Dibalut ragu juga keingintahuan, kenop pintu itu pun Gina pegang dengan was-was, diputar perlahan hingga membuka.

Dan setelahnya, Gina mendapati dirinya seakan tak bisa bernafas.

Gina tercekat. Tenggorokannya seakan disesaki kejut hebat atas apa yang dilihatnya.

Darah.

Darah bergelimpangan di mana-mana di dalam kamar mandi itu. Dan yang paling memukul telak pertahanan seorang Gina ialah sosok yang menyerupai dirinya yang ada di bawah kucuran air itu dengan bekas sayatan yang terus mengeluarkan darah di pergelangan tangannya.

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now