19

733 55 1
                                    

Hari itu Jungkook tak begitu banyak bicara, bisa dibilang tawarannya mengantar pulang sudah menjadi kalimat terakhir yang terlontar kala itu. Gina pun begitu, bibirnya terlalu keluh menahan nyeri bahkan hanya tuk sekedar mengulas senyum sekalipun, hingga mereka berakhir menyisiri jalanan malam dalam keheningan yang teramat mendengungkan pendengaran.

Padahal aslinya ada begitu banyak untaian pertanyaan yang hilir mudik mengisi kepala Gina layaknya jalanan kota Seoul, macet. Namun tak dapat terurai oleh kehendak sendiri, hingga berganti dengan kalimat terima kasih sebagai balasan ketika mereka tiba di tempat tujuan.

Lelah pun sakit memaksa Gina mengakhiri hari malam itu sebelum kemurungan kembali menyerang relungnya. Sampai akhirnya semua terasa sirna begitu saja tatkala dering ponsel yang masih tertaut kabel charger menyeruak mengusik pendengaran keesokan paginya.

"Apa yang terjadi? Are you okay?" tanya Yoongi dengan kalimat beruntut sesaat panggilan tersambung. Sedikit berhasil melunturkan segala hiruk pikuk kesedihan yang masih membekas.

"Im okay," jawab Gina dengan hati yang jauh lebih tentram dari sebelumnya.

"Sungguh?"

"Iya."

"Tidak biasanya kau menelfonku sebanyak tadi malam, apa terjadi sesuatu?" tanya Yoongi heran. Jelas. Sebab Gina memang tidak pernah melakukan panggilan lebih dari dua kali, kalau pun ada sesuatu yang penting ia lebih memilih tuk mengirim pesan. Namun, entah mengapa malam itu ia benar-benar sangat ingin mendengar suara Yoongi.

Alih-alih menjawab Gina malah bertanya balik. "Kenapa kau tidak menjawab panggilanku semalam?"

"Ah, iya maaf. Semalam aku masih diperjalanan menuju Daegu," tuturnya.

"Kau pulang kampung?" Gadis itu nampak heran, sebab Yoongi sama sekali tak pernah mengungkit perihal ini.

"Maaf aku lupa memberitahumu." Sayang sekali, masih muda udah pikun. Selalu saja begitu, lupa.

Mungkin karena sudah keseringan dengan satu laku Yoongi ini Gina jadi bisa memaklumi. Seakan itu hal biasa. Jangankan memberitahu tentang kepulangannya, soal kencan pertama mereka saja Yoongi lupa. Mungkin karena sangking sibuknya kali yah.

"Ah tak apa, itu kebiasaanmu. Jadi kau sudah sampai?"

"Iya, aku sudah di rumah sekarang," jawabnya. " Hey, kau belum menjawab pertanyaanku," lanjutnya yang terkesan menuntut agar Gina menjawab pertanyaan yang sebenarnya tak ingin gadis itu ladeni.

"Pertanyaan yang mana?"

"Kenapa kau menelfonku semalam?"

"Ah... Itu karena aku rindu," cicitnya berusaha mengelak atau mungkin memang begitu adanya.

"Hey, Ayolah aku serius."

"Aku juga serius, serius merindukanmu," ungkapnya dengan nada sedikit menggoda. Berusaha menghalau pertanyaan Yoongi yang mengarah pada sesuatu yang tidak ingin dikatakannya.

Terdengar suara helaan nafas dari balik telfon. Yoongi yakin, pasti ada sesuatu yang Gina tutupi darinya, tapi tak juga ingin memaksa. "Baiklah tunggu aku pulang."

"Berapa lama kau disana?"

"Seminggu."

"Lama ih, rinduku udah lumutan nanti."

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now