17

700 66 2
                                    

Pagi ini, Gina kembali memasuki apartemen mewah itu dengan langkah kecilnya yang santai. Alasannya datang pagi tidak lain agar ia bisa bertemu Yoongi sebelum pria itu berangkat kerja dan juga melihat kondisi Jungkook yang ditinggalnya kemarin.

Gina tidak menepati janjinya untuk menemani Jungkook hingga dokter datang melepaskan infusnya, karena saat ia keluar dari kamar, manajer Hobeom sudah kembali dan mempersilahkan Gina untuk pulang.

Sebagai gantinya Gadis itu berinisiatif membuat bubur untuk Jungkook, makanya bela-belain datang pagi sekali—tapi terlambat. Karena ketika ia memasuki dapur, Seokjin dan Namjoon sudah mengambil alih lebih dulu.

"Kalian masak apa?" tanya Gina ketika melihat Seokjin tengah berperang dengan panci pinknya dan Namjoon dengan talenan kayunya.

"Seokjin hyung mau masak sup pasta kedelai untuk maknae kami," jawab Namjoon.

Seokjin menoleh, melirik ke arah Gina yang tengah berdiri di depan konter."Wah Gina-ya, tumben kau datang pagi-pagi begini," sahutnya.

Gina membalas dengan kalimat usil tuk menggoda."Aku ingin melihat wajah tampanmu, Seokjin-nim." Seharusnya Gina tau seberapa narsis pria itu, godaannya bukanlah apa-apa untuk Seokjin. Gak mempan.

Seokjin pun mengambil umpan yang Gina berikan. Bersiap tuk melempar serangan balik. Dengan wajah jahilnya yang menjengkelkan namun tetap tampan Seokjin membalas, "Ehey, kuakui wajahku memang tampan, tapi kurasa kau lebih ingin melihat..."

"Seokjin-nim, kau benar-benar tampan," potong Gina cepat sebelum Seokjin meneruskan kalimat yang tidak boleh didengar Namjoon. Ia menorehkn senyum kelewat lebar dengan mata mengkedip-kedip seolah berusaha menyogok Seokjin untuk tidak berkata yang macam-macam dengan tingkah manisnya itu.

"Kau tidak perlu berkata sejujur itu, aku sudah tahu," timpal Seokjin penuh percaya diri seperti biasa tanpa menghentikan aktivitas memasaknya.

"Wah, aku tidak tau kalian sedekat ini," sahut Namjoon yang sibuk memotong lobak dan beberapa bahan masakan lainnya.

"Kau perlu tahu Namjoon-ah, Gina itu yeojach---"

"Seokjin-nim, apa kau perlu bantuan?" Dengan cepat Gina kembali memotong bicara Seokjin. Senyum paksa juga mata mendelik ditorehkannya. Sukses membuat Seokjin tertawa tanpa sungkan.

Namjoon yang terjebak di antara kedua orang itu hanya pelanga pelongo tidak mengerti tanpa berniat menanyakan kelanjutan kalimat Seokjin tadi.

"Ya sudah, gantikan Namjoon memotong sayur. Dari tadi dia belum selesai juga, yang ada dia malah melukai tangannya nanti," ucap Seokjin menerima tawaran Gina tadi.

Gina pun mendekati Namjoon yang terlihat kesulitan dengan kerjaannya. "Namjoon-nim, biar aku yang melakukanya."

Namjoon melepas pisaunya dan sedikit menyingkir, membiarkan Gina mengambil alih."Aku memang seperti ini Gina-ya," ucapnya sedikit terkekeh. "Aku tidak bisa melakukan apa yang orang biasa lakukan," sambungnya.

"Hey Namjoon-nim, kau mungkin memang tidak bisa melakukan apa yang orang biasa lakukan, tapi kau bisa melakukan apa yang orang tidak biasa lakukan," ungkap Gina tanpa melepaskan pandangan dari kesibukannya memotong lobak.

"Kau mungkin tidak bisa memotong ini secepat aku melakukannya, tapi percayalah kau masih lebih baik dariku. Karena kau bisa melakukan sesuatu yang lebih dari ini. Seperti berpidato di sidang umum PBB contohnya." Gina menoleh, memandangi Namjoon dengan senyuman hangat yang tersampir. "Kau itu spesial Namjoon-nim," ungkapnya.

Namjoon yang diberi pujian pun hanya senyam-senyum dengan kedua mata sipitnya yang membentuk lengkungan.

"Kau pandai berucap manis rupanya." Namjoon mengusap lembut tengkuknya. Merasa malu atas penuturan Gina barusan.

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now