4. Missing You

3.9K 761 42
                                    

"Kenapa kau berdiri di depan kamarku?" tanyaku kepada Ranggawuni.

Ia tak menjawab dan hanya menyodorkan beberapa kain batik. Aku yang masih tidak paham dengan maksudnya pun hanya diam. Ranggawuni sepertinya geram karena aku tidak menanggapinya, ia pun meraih tanganku dan memberikan kain tersebut secara paksa. 

"Untuk apa?" Aku kembali bertanya kepadanya.

"Kau mau memakai pakaian aneh itu selamanya?" Ia justru membalas pertanyaanku dengan pertanyaannya.

Aku menggeleng dan melihat kain-kain yang ada di tanganku. Ranggawuni tidak berkata lagi setelahnya, ia berjalan ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Aku membuka pintu kamarku dan menaruh kain tersebut di atas meja kayu yang terletak di samping pintu. Kurenggangkan tubuhku sesaat sebelum memutuskan untuk berbaring di ranjang. Sikap Ranggawuni tadi sungguh aneh. Kenapa ia memberikanku kain batik secara mendadak? Apakah akan ada acara?

Sejenak aku memikirkan maksud dan tujuan laki-laki itu memberikanku kain-kain ini. Setelah berpikir beberapa menit, aku baru mengerti kalau Ranggawuni menyuruhku untuk mengganti pakaianku. Mungkin ia risih melihatku memakai celana kulot dan kemeja lengan pendek. Ya ... sebenarnya aku tak perlu memikirkan tindakannya tadi sih, toh cepat atau lambat aku memang membutuhkan pakaian baru untuk kukenakan. Tak mungkin juga aku memakai pakaian yang sama selama aku berada di sini, kan?

Setelah mengunci pintu kamar dengan balok kayu kecil yang sengaja ditempelkan di sisi kanan pintu, aku pun mengganti pakaianku dengan kain yang diberi oleh Ranggawuni. Aku sudah terbiasa memakai kemben, tetapi kali ini rasanya sedikit aneh karena aku tidak memiliki pakaian dalam pengganti. 

Berjam-jam aku lalui di dalam kamar hanya untuk merenungi kejadian yang menimpaku dan Kangmas Panji sejak kemarin. Aku masih bingung, kenapa kami bisa terlempar ke masa lalu? Kangmas Panji bilang kalau ini semua sudah berada di luar kendalinya dan ia pun tidak tahu-menahu tentang hal ini. Lalu, bagaimana cara kami kembali ke masa depan?

Seseorang mengetuk pintu kamarku, aku lantas bangkit dari ranjang dan membukanya. Mahesa Cempaka dengan senyum manisnya menyambutku, ia memakai sebuah ikat kepala dan di tangannya terdapat beberapa sayuran. 

"Mau membantuku memasak?" tanya Mahesa Cempaka sembari memperlihatkan sayuran yang ada di tangannya, "untuk makan malam nanti. Kau mau, kan?"

Tentu saja aku mengangguk. Mana mungkin aku menolak ajakannya? Hei, aku dan Kangmas Panji hanya menumpang di sini, bukankah akan sangat tidak tahu diri kalau aku menolak permintaannya? Sudah cukup aku disindir oleh Ranggawuni saat sarapan tadi, aku tak mau mendengar kata-kata pedas dari mulutnya lagi!

Kami pun berjalan menuju dapur, ternyata Panji Patipati sudah menunggu kami di sana. Sang pemilik rumah tengah merebus air di atas tungku. Mahesa Cempaka memintaku untuk memotong sayuran tersebut, sedangkan ia akan membuat bumbu untuk masakan kami. Aku mengamati tangan Mahesa Cempaka yang sangat lihai dalam meracik bumbu, rasa minder seketika mendatangiku.

Ia benar-benar keren, dari caranya meracik bumbu pun aku dapat mengetahui kalau Mahesa Cempaka memang suka memasak. Selesai meracik bumbu untuk makanan kami, ia kemudian menuangkan bumbu tersebut di atas rebusan air dan mengaduknya, lalu memasukkan sayuran yang telah kupotong tadi ke dalamnya. Aroma yang sedap berhasil membuat perutku menjadi lapar. Aku tak sabar untuk makan malam!

"Rajni, kau sudah lapar?" Mahesa Cempaka bertanya sembari melepas kain yang mengikat di kepalanya. 

"Iya, aku lapar! Jam berapa sekarang?" kataku dengan semangat.

"Jam? Maksudmu?" 

Sial! Aku lupa kalau kami berasal dari dimensi waktu yang berbeda! 

Otakku secepat kilat mencari alibi untuk menjawabnya. "Eh ... maksudku sekarang sudah malam atau belum?"

Greatest King [SINGHASARI]Where stories live. Discover now