23. Misunderstanding

2.3K 560 96
                                    

"Ini akan sangat berat untuk kamu lalui, tapi setidaknya kita telah menemukan jalan keluar, Rajni." Kangmas Panji mengatakannya dengan wajah serius.

"Apa maksudnya, Kangmas?" tanyaku kebingungan.

"Nanti kamu bakalan ngerti kok."

Terkadang aku merutuki kangmas yang sangat menjengkelkan, contohnya seperti sekarang. Ia sudah membuatku penasaran, tetapi ujung-ujungnya tidak mau menjelaskan. Lebih baik tidak usah bicara daripada hanya memberitahu setengah-setengah, huh!

"Jelasinnya jangan gitu dong, Kangmas. Kamu jahat banget kalau membiarkan aku tidur diselimuti rasa penasaran," rengekku sembari menggoyang-goyangkan lengan kangmas dan berusaha membujuknya.

"Kamu yakin mau tahu?"

Berkali-kali aku menganggukkan kepala, meyakinkan kangmas bahwa aku siap untuk mendengar apa yang akan ia katakan. Kangmas mendesah pelan, kemudian berkata, "Portal dimensi untuk kembali ke masa depan akan dibuka saat Ranggawuni dan Mahesa Cempaka naik takhta, Rajni."

Tubuhku membeku, aku tidak salah dengar, kan? Kenapa harus ketika mereka naik takhta? "Kangmas tahu dari mana? Jangan asal menebak-nebak!"

"Aku dihampiri oleh kakek itu, Rajni! Beliau yang memberi tahuku! Kamu sendiri juga mendengarnya, kan? Kata-kata yang kuucapkan saat aku gak sadarkan diri tadi? Itu adalah tanggalnya."

Lemas, pusing, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Ini terlalu mendadak, aku tidak bisa meninggalkan semua ini begitu saja. Aku butuh waktu! Namun, Kangmas Panji memelukku dari samping dan berbisik, "Jangan terlalu terbawa perasaan, kita tidak hidup di masa ini. Tempat kita bukan di sini, Rajni."

Ya, tempat kita bukan di sini. Tetapi bagaimana jika aku sudah terlanjur menikmati apa yang kupunya di sini? Aku nyaman tinggal bersama Kangmas Panji dan Panji Patipati, aku senang berteman dengan Bena dan Mahesa Cempaka, dan aku bahagia bersama Ranggawuni.

Tuhan, tolong jangan permainkan perasaanku ....

🗡️🗡️🗡️

Matahari baru saja menampakkan diri, tetapi aku sudah berada di pasar untuk membeli beberapa keperluan yang dibutuhkan. Kangmas Panji tengah melakukan tawar-menawar harga dengan sang penjual, sedangkan aku sibuk memilih ikan-ikan laut segar yang akan kami masak untuk makan siang nanti.

Samar-samar aku mendengar para ibu di sampingku tengah bergosip ria, membahas tentang acara penobatan takhta Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Hatiku mencelos mendengarnya, mereka bahkan juga membicarakan pesta pernikahan calon maharaja tersebut.

Kedua telingaku ditutup oleh Kangmas Panji dengan tangannya, ia menggeleng pelan, mengisyaratkanku untuk tidak mendengarkan gosip-gosip tersebut. Ah, kangmas memang kakak terbaik yang pernah ada. Namun, sayangnya hal itu masih tak cukup untuk menulikan telingaku sesaat. Aku masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Tapi aku dengar-dengar dari anakku, katanya Tuan Ranggawuni memiliki hubungan dengan perempuan selain Putri Jayawardhani."

"Mungkin perempuan itu akan dijadikan selir olehnya. Ia tak mungkin menjadikan perempuan lain sebagai permaisurinya, kan?"

Kenapa obrolan seperti ini harus aku dengar di pagi ini? Hatiku teriris rasanya begitu mendengar perkataan mereka. Kangmas Panji segera menghentikan kegiatan tawar-menawarnya dan membayar ikan yang kami beli, kemudian menarik tanganku untuk menjauh dari kerumunan tersebut.

Greatest King [SINGHASARI]Where stories live. Discover now