5. Keris Mpu Gandring

3.8K 739 106
                                    

"Kau sudah kembali rupanya," kata Mahesa Cempaka setibanya aku di rumah Panji Patipati, "bagaimana kebunnya? Bagus, kan?"

Aku mengangguk, kemudian menarik sebuah kursi yang ada di sampingku. "Ya, sangat bagus! Aku bahkan terpesona melihatnya."

"Jadi, kau menikmatinya?"

"Bisa dibilang begitu," jawabku. Toh, aku tak sepenuhnya berbohong, kan? Walaupun aku sempat tidak sengaja bertemu Ranggawuni di sana dan sedikit merasa kesal akibat ulahnya yang menjengkelkan itu, aku tetap menikmati waktuku di sana.

Mahesa Cempaka tersenyum tipis, lalu melangkah pergi ke kamarnya. Aku duduk di halaman rumah sembari menatap langit yang sangat cerah. Panas matahari yang menyengat membuat kulitku memerah. 

Udara di sini cukup sejuk meskipun sinar matahari tak dapat dielakkan. Kata romo, Malang memang terkenal dengan udaranya yang sejuk. aku setuju dengan hal itu, udara di sini memang sejuk!

Matahari perlahan membenamkan dirinya, sementara aku masih menikmati suasana di halaman rumah. Pikiranku masih terbawa suasana. Aku tidak mau berbohong, nyatanya aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Nebula. Ah, semoga dia segera bangun dari koma.

"Ngelamun apa sih, Raj? Dari tadi Kangmas lihat kamu bengong aja." Kangmas Panji menegurku dan ikut duduk di sampingku. Di tangannya terdapat sebungkus rokok yang dibawa olehnya.

"Udah habis berapa batang?" tanyaku sambil melirik bungkus nikotin tersebut.

Kangmas berdecak, "Jangan mengalihkan obrolan. Jawab dulu pertanyaanku."

"Gak penting juga buat diketahui, Mas."

"Nebula?"

Tebakan Kangmas Panji yang tepat sasaran membuatku membeku sesaat, memangnya sejelas itu ya kalau aku sedang memikirkan Nebula?

Kakak sulungku itu bangkit dari tempat duduknya dan berjongkok di depanku, kemudian meraih kedua tanganku. "Rajni adikku sayang, aku tahu kamu punya perasaan ke Nebula, kan? Dan aku juga tahu kamu pasti khawatir dengan keadaannya sekarang. Tapi, apa kamu gak khawatir dengan keadaan kita saat ini? Kita terjebak di masa lalu loh, Raj."

Perkataan Kangmas Panji sedikit menyinggungku. Apa dia kira aku tidak peduli dengan nasib kami saat ini? Tentu aku peduli! Aku bahkan sampai berharap jika ini hanyalah lucid dream. "Aku juga khawatir tentang hal itu kok. Bahkan, aku harap ini cuma mimpi belaka. Justru aku yang bertanya-tanya, kenapa Kangmas masih sempat-sempatnya merokok di saat seperti ini?"

"Itu namanya pengalihan stres, Raj. Aku pusing memikirkan cara untuk kembali ke masa depan!"

"Terus mau sampai kapan kita di sini?" balasku dengan nada yang sedikit meninggi.

"Sampai kita menemukan cara untuk kembali ke masa depan."

Astaga, jawaban Kangmas Panji sungguh tidak membantu. Tetapi, ia tidak salah juga sih. Memang benar kami baru bisa kembali ke masa depan jika kami telah menemukan cara untuk kembali ke masa depan. Pertanyaanku sekarang adalah bagaimana caranya kembali ke masa depan?

Bungkus rokok yang ada di tangan Kangmas hendak dibuka olehnya, tetapi sebelum ia mengambil batang nikotin itu segera menyegahnya. "Jangan ngerokok mulu, Mas. Gak baik untuk kesehatan."

Mungkin beberapa dari kalian bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang putra keraton seperti kangmas menjadi perokok aktif? Sebenarnya di dalam keraton ada peraturan tentang larangan merokok bagi anggota keluarga kerajaan, Kangmas Panji mematuhi peraturan tersebut. Namun, jika sudah berada di luar keraton, peraturan tersebut tidak berlaku lagi untuknya. Romo juga mengetahui kebiasaan kangmas, beliau tidak melarangnya dan hanya mengingatkan kangmas untuk tidak terlalu sering merokok. Toh, diingatkan berjuta-juta kali pun kangmas tetap akan mencari kesempatan untuk menghisapnya.

Greatest King [SINGHASARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang