1. Berita Tak Terduga

6.2K 978 88
                                    

"Rajni ... Nebula kecelakaan."

"Maksud kamu?"

Aku baru saja selesai melaksanakan pertemuan di rembug dan tiba-tiba mendapat kabar seperti ini. Benar-benar tak terduga! Lia–temanku sekaligus sepupu Nebula yang saat ini tengah meneleponku pun menceritakan kembali kronologi kecelakaan dari saksi di lokasi. Rupanya Nebula mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan menabrak mobil di depannya. Helaan napasku terdengar mengisi ruangan, tubuhku melemas. Dasar Nebula, padahal aku sudah memperingatinya untuk tidak mengebut di jalan raya.

"Terus sekarang gimana?"

"Nebula belum bisa dijenguk. Aku dan teman-teman yang lain sudah di rumah sakit, tapi kami gak diizinkan untuk melihat Nebula sebelum dia sadar."

Astaga, aku bahkan tak tahu harus berkata apa lagi mendengarnya. Sahabatku kini terkulai di rumah sakit dan aku tidak dapat melihatnya. Demi Tuhan, jiwaku rasanya seperti terlepas dari ragaku. Untuk saat ini, tak ada yang dapat aku lakukan selain mendoakannya. Kuserahkan kepada para medis untuk menanganinya. Harapku hanya satu, semoga Nebula cepat sadar dan kembali pulih.

🗡️🗡️🗡️

Nyawaku belum seutuhnya terkumpul, sekarang pukul empat pagi dan aku sudah berdiri tepat di samping mobil milik romo. Kami akan pergi ke Malang pagi ini untuk bertemu Paman Guntur. Romo bilang, kami akan menginap di sana selama tiga hari. Ah, pergi ke Malang tanpa sempat bertemu Nebula membuatku merasa bersalah pada sahabatku itu. Sebelum menaiki mobil, aku mengecek kembali ponselku untuk memastikan apakah ada kabar dari Lia tentang Nebula atau tidak. Nihil, aku pun mengembuskan napas dan masuk ke dalam mobil.

Di mobil, Kangmas Panji terus-menerus memerhatikanku. Merasa risih karena ditatap olehnya, aku pun berkata, "Kenapa sih lihat-lihat? Aku tahu aku cantik, tapi gak perlu dilihatin terus gitu dong."

"Gede rasa kamu, Raj. Itu matamu kenapa bengkak?" balas Kangmas Panji sambil menunjuk mataku. 

Aku menggeleng pelan karena tidak mau menceritakannya, tetapi Kangmas Panji malah memberiku tatapan tajam dan hal itu membuatku menelan ludahku. Mau tak mau, aku menceritakan tentang kecelakaan Nebula kepada Kangmas Panji dan tentu saja romo yang tengah menyetir pun ikut mendengarnya. Mereka terkejut saat aku memberitahu Nebula yang tidak sadarkan diri. 

"Nebula itu yang biasa bawa motor terus parkir di dekat warung, kan?" Romo bertanya sembari mengemudikan mobil. Aku mengangguk, Nebula memang tak pernah mau memarkirkan motornya di depan gerbang keraton, ia lebih memilih untuk memarkirkannya di dekat warung daripada harus disidang oleh para abdi dalem terlebih dahulu. 

Sepanjang perjalanan, aku hanya mendengarkan lagu dengan earphone. Sejujurnya aku masih mengantuk, tetapi aku tidak bisa tidur karena memikirkan Nebula. Rasanya sesak saat kenangan yang pernah kami lalui terputar di ingatanku. Aku merasa senang dan bahagia bersama Nebula, aku merasa nyaman berada di dekatnya, dan aku sering kali merasa kesal ketika ada perempuan yang mendekatinya. 

Apakah aku menyukai Nebula? Entahlah, aku tidak mau mengambil keputusan sedini ini. Lagi pula, jika aku menyukainya, hal itu akan menjadi bumerang. Aku tak boleh menyukai Nebula karena itu dapat merusak hubungan persahabatan kami. Selain itu, Nebula sudah memiliki orang yang ia sukai. Tak ada tempat untukku di hatinya jika menyangkut perasaan antara dua insan yang menjalin kasih. Ia menganggapku sebagai sahabatnya dan itu sudah lebih dari cukup untukku.

Hampir lima jam perjalan kami tempuh, tibalah kami di rumah Paman Guntur. Rumah bercat ungu yang cukup menarik perhatian. Di halaman rumah beliau terdapat banyak sekali tanaman hias dan bunga-bunga indah dengan beraneka warna, mungkin aku dapat menyebutnya taman kecil.

Greatest King [SINGHASARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang