30. Couldn't Save You

2.5K 569 78
                                    

Ponorogo, 2020.

"Nanti kabarin Romo atau Kangmas Panji kalau kamu udah mau pulang, ya. Jangan lupa lho!" ucap ayahandaku dari kursi kemudi mobil. 

Aku yang sudah berada di luar mobil pun mengangguk. "Tenang aja, nanti Rajni kabari kok!"

Romo tersenyum tipis, sedangkan Kangmas Panji hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti alunan musik. Mobil yang dikendarai romo pun perlahan melaju meninggalkanku yang berdiri tak jauh dari mal kebanggaan masyarakat Ponorogo, yakni Ponorogo City Center. Setelah menghabiskan perjalanan selama kurang lebih empat jam dari Malang ke Ponorogo, akhirnya aku tiba di tempat kelahiranku.

Sebelum menjenguk Nebula, aku memutuskan untuk membelikannya sesuatu dahulu. Romo dan kangmas hanya mengantarku hingga di mal yang akrab disebut PCC ini. Nantinya aku akan berangkat dengan diantar oleh sepupu Nebula ke rumah Nebula karena kebetulan jarak dari rumah sahabatku ke mal ini tak begitu jauh.

Hypermart adalah tujuanku. Aku ingin membeli makanan ringan dan buah-buahan untuk dibawa ke tempat Nebula. Setibanya aku di dalam mal, aku sempat berkeliling sebentar sebelum akhirnya menuruni eskalator sebab Hypermart terletak di lantai bawah PCC. Lantai 1, 2, dan 3 bangunan ini diperuntukkan sebagai mal, sedangkan lantai 4 dan 5 sebagai hotel. 

Pisang dan apel adalah buah kesukaan Nebula, aku ingin membeli kedua buah itu, tetapi uangku sepertinya tidak mencukupi. Oleh karena itu, aku hanya membeli apel dan beberapa makanan ringan saja. Usai membeli makanan di Hypermart, aku tak mau membuang-buang waktu. Aku bergegas keluar dari mal dan menelepon Lia, dia yang akan menjemputku dari PCC dan mengantarku ke tempat Nebula.

"Maaf ya bikin kamu lama menunggu," kata Lia sesampainya ia di depan PCC, "yuk naik, Raj!"

Ya, Lia menjemputku dengan motor. Tanpa aba-aba setelahnya, ia langsung menancapkan gas motornya, membuatku hampir terhuyung karena tindakannya tersebut. "Lia! Kalau bawa motor jangan ngegas tiba-tiba dong! Aku kan jadi kaget!"

Lia hanya tertawa menanggapi gerutuanku. Tak sampai sepuluh menit, kami sudah tiba di kediaman Nebula. Ibu Nebula menyambut kedatangan kami. 

"Sudah lama gak lihat Rajni, ya," kata beliau sembari menerima tanganku yang hendak menyaliminya.

"Iya, terakhir ke sini bulan lalu."

Ibu Nebula menyuruhku dan Lia untuk masuk ke kamar Nebula, hal pertama yang kulihat ketika memasuki kamarnya adalah Nebula yang terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Tangan dan kakinya mendapat beberapa perban. Aku mendekatinya dan duduk di atas ranjang, tepat di samping Nebula.

"Kenapa kamu baru datang sekarang, Rajni?" tanya Nebula dengan suara pelan, "ke mana kamu saat aku dirawat di rumah sakit? Kenapa kamu gak menjengukku?"

"Aku dari Malang, Nebula. Eyang kakung menyuruhku, romo, dan kangmas untuk pergi ke Malang tepat keesokan harinya setelah kami melakukan rembug. Aku gak sempat mengabarimu karena kamu koma. Memangnya Lia tidak memberi tahumu?" balasku, kukira Nebula sudah mengetahui tentang kepergianku ke Malang beberapa hari yang lalu. 

Dari ambang pintu, Lia menyahuti, "Gimana mau kasih tahu, dia kuajak ngomong aja gak mau. Cuma mau sama kamu tuh, tapi sebenarnya aku udah kasih tahu dia kok."

Pipiku memanas mendengarnya. Wajar kan jikalau aku merasa salah tingkah mendengarnya? Nebula meraih tanganku, kemudian berkata, "Jangan pergi tanpa memberi tahuku lagi, Rajni."

Entah mengapa aku menangkap kata-katanya dengan artian lain. Bayangan Bena seketika muncul dalam benakku. "Nebula, kamu ingat sesuatu?"

Yang kutanya hanya mengangkat sebelah alisnya, tak memberikan jawaban apapun. Berbagai spekulasi berputar di kepalaku, jangan-jangan Nebula juga mengalami time travel saat dirinya koma?

Greatest King [SINGHASARI]Where stories live. Discover now