Epilog

3.6K 545 254
                                    

"Lapar gak sih?" tanya Reno ketika kami berada di parkiran mobil salah satu rumah makan. Kami baru saja selesai makan dan Reno sudah mengeluh kelaparan.

Aku berdecak karena tak habis pikir, sedangkan Reno hanya menyengir menatapku. "Ren, kita baru selesai makan sepuluh menit yang lalu dan sekarang kamu udah lapar lagi?"

"Bercanda, Rajni. Sebenarnya aku bukan lapar sih, lebih tepatnya belum kenyang. Porsi makanan di sini dikit banget, cuma setengahnya porsi makanku di rumah," keluhnya sembari mengusap-usap perutnya.

Kata-kata Reno ada benarnya, porsi yang disajikan di sini memang relatif lebih sedikit daripada di rumah makan lainnya. Namun, aku pikir itu adalah hal yang wajar karena harga makanan di sini pun jauh lebih murah. 

Ada harga, ada porsi.

Hari ini adalah hari Sabtu, kebetulan baik aku dan Reno tidak memiliki kelas. Oleh sebab itu, kami akan pergi ke salah satu museum di Malang, yakni Museum Singhasari. Kami mendengar dari beberapa teman asrama, katanya museum ini menyimpan banyak peninggalan sejarah dari Kerajaan Singhasari. Tentu saja aku dan Reno sepakat untuk menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata mingguan kami.

Hampir setiap hari libur aku dan Reno pergi bersama. Entah sekadar makan di luar bersama atau jalan-jalan mengunjungi tempat wisata. Hubungan pertemanan kami sudah berjalan selama kurang lebih lima bulan. Waktu benar-benar berjalan begitu cepat. 

"Minggu depan aku udah mulai ujian semester, kalo fakultasmu kapan?" Ia bertanya tanpa memalingkan wajahnya dari jalanan karena sedang mengemudi mobil. 

"Belum ada kabar sih, kayaknya duluan fakultas kamu deh daripada aku." Alisku bertautan, memikirkan kapan ujian semester di fakultasku akan diselenggarakan. 

Suara alunan lagu yang diputar oleh Reno mengisi mobil ini. Tak seperti biasanya, kali ini aku dan Reno pergi menggunakan mobil sebab sejak bulan lalu intensitas hujan di Kota Malang cukup tinggi, hampir setiap harinya hujan mengguyur Malang Raya. Dan tepat seperti perkiraan kami, hujan turun lebih awal siang ini. Biasanya hujan baru akan turun ketika sore hari, tetapi tidak untuk saat ini. 

"Untung kita naik mobil, jadi gak kebasahan," kata Reno dengan senyum bangga. Ia yang mencetuskan ide untuk naik mobil kali ini.

Derasnya hujan terdengar bersahutan dengan lagu yang terputar. Mulutku bersenandung ria mengikutinya. Lagu yang terputar saat ini adalah salah satu lagu kesukaanku dan Reno, yaitu "Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki" yang dinyanyikan oleh Sheila On7.

Melihat tawamu, mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku warna-warna indahmu
Menatap langkahmu, meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu anugerah terindah yang pernah kumiliki

Sifatmu nan selalu, redakan ambisiku
Tepikan khilafku dari bunga yang layu
Saat kau di sisiku, kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu anugerah terindah yang pernah kumiliki

"Pas banget lagunya habis, kita sampai di tujuan," ujar Reno sembari mematikan lagu yang sudah selesai terputar. Beruntung, hujan sudah tidak turun dan langit kembali menunjukkan sinar sang surya. 

Kami turun dari mobil dan memasuki wilayah pekarangan museum, arca Ken Dedes menyambut kedatangan kami. Aku bergurau kepada Reno, "Nenekmu di zaman dulu tuh."

Bisa kukatakan museum ini sangatlah asri. Banyak tanaman yang ditanam di sini, bahkan ada juga pendopo untuk acara kajian museum yang sifatnya terbuka. Suasana setelah hujan menambah kesegaran di tempat ini.

Museum Singhasari terletak tak jauh dari Candi Singhasari. Sebelumnya, aku dan Reno sudah pernah mengunjungi candi pendharmaan Kertanegara tersebut, tetapi saat itu kami belum tahu kalau di sekitarnya terdapat museum. Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit saja dari Candi Singhasari menuju museum ini.

Greatest King [SINGHASARI]Where stories live. Discover now