[extra+] Mencintaimu dalam Diam (Nebula's POV)

2.7K 465 160
                                    

Ponorogo, 2021.

Aku menggenggam erat buku milik Rajni yang kupinjam sejak kami masih berada di Sekolah Menengah Atas. Seharusnya buku ini aku kembalikan sebelum kami lulus SMA, tetapi karena aku sempat mengalami kecelakaan dan koma, aku lupa untuk mengembalikannya. Setelah terbangun dari koma, aku fokus dengan penyembuhanku. Jangan tanya apa yang terjadi padaku selama aku koma karena aku tidak mengingat banyak hal. Yang kuingat, itu terasa seperti aku sedang tertidur dalam waktu yang sangat lama. Aku ingat ada sebuah pintu bercahaya yang menyambutku sebelum aku terbangun dari koma. Ya ... hanya itu saja yang aku ingat.

Omong-omong, hari ini rencananya aku hendak mengembalikan buku ini sembari berkunjung ke rumah Rajni—lebih tepatnya sih ke Keraton Wilutan. Sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke keraton, kalau tidak salah terakhir kali aku ke sini adalah ketika aku pulang dari perantauan untuk menjenguk nenek yang sakit sekitar tujuh bulan lalu. Sejak aku dan Rajni memasuki dunia perkuliahan, aku jarang sekali menapakkan kaki di keraton.

Dulu aku sering mampir ke keraton untuk menjemput atau mengajak Rajni bermain. Namun, kini Rajni sudah merantau ke Malang. Begitu juga denganku, aku pergi merantau ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikanku. Karena kami berada di kota yang berbeda, kami jadi jarang sekali bertemu.

Terakhir kali aku bertemu Rajni mungkin satu tahun yang lalu, sebelum kami pergi ke perantauan masing-masing. Kebetulan liburan kali ini aku dan Rajni sama-sama pulang ke Ponorogo, jadi kami bisa bertemu kembali.

Gugup, itulah yang aku rasakan sekarang. Sebenarnya di tanganku tidak hanya terdapat buku, tetapi juga seikat bunga yang kubawa dari toko bunga milik bunda. Oh iya, bundaku sangat menyukai tanaman, beliau bahkan memiliki taman kecil untuk tanamannya. Dua bulan yang lalu bunda memutuskan untuk membuka usaha toko bunga, aku sangat bersyukur sebab bunda terlihat senang dengan usaha yang dirintisnya.

Kembali ke Rajni, hari ini aku sengaja datang tanpa memberitahunya karena aku ingin memberikan kejutan kepadanya. Aku ingin menyatakan perasaan yang telah kupendam sejak lama kepadanya. 

Empat tahun yang lalu, itulah pertama kali aku melihatnya. Masa Orientasi Sekolah adalah momen kami saling mengenal satu sama lain. Aku menaruh perasaan kepadanya sejak awal karena ia sangat mengagumkan, dan aku juga merasa ada ikatan yang terhubung di antara kami. Rajni tak hanya cantik, ia juga pintar dalam berbagai hal. Dari situ kami mulai berteman hingga menjadi sepasang sahabat seperti sekarang.

Kalau biasanya orang-orang terjebak dalam cinta karena sering bersama sebagai sahabat, aku justru kebalikannya. Karena aku sudah menyukainya sejak awal, aku memilih untuk menjadi sahabatnya agar bisa terus bersamanya. Aku senang berada di dekat Rajni walau terkadang ada rasa minder sebab statusnya sebagai putri keraton sering membuatku merasa jauh dengannya.

Aku cukup percaya diri untuk menyatakan perasaanku kepada Rajni. Sebenarnya sedari SMA, aku sudah sering mendengar gosip dari murid lain kalau Rajni juga menyukaiku. Banyak yang bertanya kepadaku kenapa kami masih bertahan dengan status sahabat jikalau kami saling menyimpan rasa satu sama lain. Dan aku hanya menjawabnya dengan senyuman.

Beberapa abdi dalem yang berjaga di depan keraton memandangiku, salah satunya menghampiri dan berkata, "Mas Nebula? Walah, mau bertemu Gusti Sekarajasapita, ya? Silakan masuk, Mas, mari saya antar."

"Iya, mau ketemu Rajni. Terima kasih banyak untuk tawarannya, Pak, tapi saya sendiri juga gak apa-apa kok." 

Abdi dalem itu membungkuk hormat, kemudian beliau izin undur diri. Dengan penuh percaya diri aku memasuki wilayah keraton, ada Kangmas Panji dan Gading yang tengah bersantai ria di pendopo depan. Aku mendatangi mereka dan menyapanya. Kangmas Panji sempat terkejut melihat kedatanganku, sedangkan Gading—adik Rajni—asyik bermain dengan mainannya.

Greatest King [SINGHASARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang