26. Unbelievable News

2.4K 569 55
                                    

Hari demi hari kulalui seperti biasa. Tak terasa sudah beberapa hari aku tidak berjumpa dengan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Pasca kejadian Mahesa Cempaka yang mengamuk malam itu, aku belum bertemu lagi dengan mereka. Mungkin mereka sangat sibuk mempersiapkan segala tetek bengek penobatan mereka.

Oh iya, omong-omong besok adalah hari penobatan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka! Itu artinya mulai besok mereka resmi menyandang gelar sebagai Wisnuwardhana dan Narasinghamurti.

Saat ini aku dan Kangmas Panji sedang berada di belakang rumah Panji Patipati, membersihkan udang yang kami beli dari pasar untuk dimasak. Sepanjang jalan menuju pasar tadi, aku melihat ada banyak sekali hiasan yang terlihat mirip seperti janur yang menghiasi jalanan di Tumapel. Atmosfer perayaan kenaikan takhta Singhasari sudah sangat terasa!

"Rajni, nanti selesai makan malam kita bisa langsung berpamitan dengan Panji Patipati," ucap Kangmas Panji yang kini tengah mengumpulkan bagian kepala udang untuk dibuang.

Aku yang tengah melumuri udang dengan garam dan perasan jeruk nipis pun mengangguk paham. Rencananya setelah kami selesai makan malam nanti, aku dan Kangmas Panji akan langsung berpamitan kepada sang pemilik rumah karena portal untuk kembali ke masa depan akan dibuka malam ini.

Sesuai dengan dugaan Kangmas Panji, portal masa depan akan kembali dibuka ketika Ranggawuni dan Mahesa Cempaka naik takhta. Oleh sebab itu, aku dan Kangmas Panji memasak udang goreng yang merupakan makanan favorit Panji Patipati sebagai salam perpisahan kami.

"Nanti kamu jadi mau ke tempat Bena?" tanya kangmas sembari menoleh ke arahku.

"Jadi, aku harus berpamitan sama dia." Ya, aku akan berpamitan terlebih dahulu dengan Bena sebelum kami kembali ke masa depan. Aku tidak mau meninggalkan Bena begitu saja tanpa kabar. Bagaimana pun juga, Bena adalah sosok Nebula yang hidup di zaman ini. Aku tak sanggup meninggalkan sahabatku begitu saja.

Jika kalian bertanya apakah aku akan berpamitan dengan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, maka aku akan menjawab bahwa aku tidak akan berpamitan dengan mereka. Kangmas Panji melarang dengan keras, katanya jika aku berpamitan, itu hanya akan memperumit keadaan. Mereka bisa melakukan apa saja untuk mencegah kami pergi dari sini dengan kuasanya.

Kangmas Panji dengan terampil memasak udang yang akan kami hidangkan, sedangkan aku memasak nasi dan mempersiapkan piring di atas meja.

"Harum sekali masakan kalian," komentar Panji Patipati yang entah dari mana datangnya, ia tiba-tiba saja muncul di belakang Kangmas Panji.

Diiringi kekehannya, Kangmas Panji menjawab, "Ah, jangan memuji masakan kami, Panji Patipati. Aku tidak mau bertanggung jawab jikalau nanti rasa masakan kami tidak seenak ekspektasimu."

Mereka tertawa terbahak-bahak karena jawaban kangmas. Aku juga ikut tertawa pelan walaupun aku tidak tahu letak lucunya di mana. Memasak udang tak membutuhkan waktu yang lama, hanya membutuhkan kesabaran ketika membersihkannya saja.

Tak sampai satu jam masakan kami telah matang. Namun, sepertinya aku dan kangmas memasak makan malam terlalu dini. Matahari belum seutuhnya membenamkan diri, kurasa akan terlalu cepat kalau kami menyantap makan malam ini sekarang.

"Kangmas, aku izin ke tempat Bena dulu, ya!" Aku meminta izin kepada Kangmas.

"Bareng sama aku juga, Raj. Aku mau berpamitan dengan dia juga," balas kangmasku, "Panji Patipati, aku dan Rajni ingin pergi ke rumah Bena dahulu. Kami akan kembali sebelum makan malam!"

Panji Patipati mengiakan perkataan Kangmas Panji. Kami pun pergi ke rumah Bena dengan membawa sepiring udang yang sudah kami pisahkan khusus untuk Bena. Sesampainya kami di tempat Bena, laki-laki itu kebingungan melihat keberadaan kami.

Greatest King [SINGHASARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang