[special chapter] Pepatah Eyang Kakung

2.7K 513 86
                                    

Ponorogo, 2023.

Hubunganku dengan Reno sudah berjalan selama hampir tiga tahun. Suka dan duka kami lewati bersama. Namun, sejak dua minggu yang lalu, hubungan kami merenggang.

"Masih gak ada kabar dari Reno?" tanya Kangmas Panji yang tengah menonton televisi. Saat ini aku sedang pulang ke Ponorogo karena keluargaku yang menyuruh. 

Kesehatan eyang kakung akhir-akhir ini mulai memburuk. Pamanku yang merupakan putra pertama eyang kakung meminta agar kami semua berkumpul di keraton. Kata paman, beliau tidak ingin di saat-saat seperti ini kami malah berada jauh dari eyang kakung.

"Gak ada, mungkin Reno sibuk," kataku menanggapi pertanyaannya, "Lia nanti jadi ke sini?"

"Jadi, katanya nanti diantar Nebula ke sini. Udahlah, Raj, jangan galau kayak gitu. Reno pasti kabarin kamu kok, tenang aja," ucap Kangmas Panji, kemudian ia mematikan televisi dan mengambil ponselnya yang ditaruh di atas meja, kemudian memainkannya. 

Kangmas tersenyum kegirangan ketika sebuah notifikasi pesan masuk. Aku yakin sekali pesan itu dari kekasihnya. Ya, Kangmas Panji berpacaran dengan Lia—sepupu Nebula—sejak akhir tahun lalu. Mereka saling kenal karena ternyata Lia adalah adik tingkat kangmas di kampus. Jadi, untuk kalian yang berharap ingin menjadi pacarnya kangmas, mohon maaf karena kesempatan itu sudah hangus.

Aku mendesah pelan karena Reno tak kunjung memberiku kabar. Sebenarnya aku mengerti sih kenapa Reno tidak membalas pesanku. Kami sekarang sudah mendekati semester akhir, tugas kami juga makin banyak. Jurusan yang diambil Reno memang dikenal sebagai jurusan paling sibuk di rumpunnya. Oleh karena itu, Reno sangat sibuk akhir-akhir ini.

Kesibukannya itu membuat intensitas komunikasi kami menurun. Biasanya sesibuk apa pun kami dengan urusan kuliah, kami masih dapat menyempatkan diri untuk bertukar sepatah atau dua kata saat di asrama. Akan tetapi, karena sekarang aku sedang pulang ke keraton, kami tidak bisa berkomunikasi secara tatap muka.

Gini ya rasanya di-ghosting ....

Bahkan, pesan terakhir yang kukirim kemarin siang pun belum dibaca olehnya. Huh, Reno lagi apa sih? Apa dia benar-benar sesibuk itu sampai-sampai pesanku tak dibaca?

Memikirkan Reno hanya membuat kepalaku pusing. Aku jadi badmood kalau membahasnya. Tak mau larut memikirkannya, aku memilih untuk membuka Instagram dan melihat-lihat postingan dan InstaStory teman-temanku.

InstaStory dari akun Instagram Julius menarik perhatianku. Jariku menekan lingkaran yang ada di foto profil Julius, kini layar ponselku menampilkan foto Julius bersama dengan teman-temannya. Dari latarnya, sepertinya mereka sedang berada di sebuah restoran saat foto itu diambil.

Kucermati satu per satu teman-temannya hingga aku menyadari ada sosok yang sangat tidak asing bagiku di antara teman-teman Julius. Ada Reno yang duduk di ujung kursi dan bergaya sambil memegang gelas minumannya. Aku mengecek kapan Julius membuat InstaStory tersebut, ternyata kurang dari delapan belas jam yang lalu. 

"IIIH NYEBELIN BANGET SIH RENO! BALES CHAT AKU GAK BISA, TAPI JALAN SAMA TEMEN-TEMENNYA BISA!" teriakku frustasi. 

Sementara itu, Kangmas Panji yang sedari tadi asyik bertukar pesan dengan Lia pun menyahut, "Si Reno butuh waktu untuk dirinya sendiri kali, Raj. Kasihan pacarmu kalau mainnya sama tugas mulu, Reno juga butuh waktu untuk main bareng teman-temannya."

"Sesusah itukah ngabarin aku? Kan dia bisa kabarin dulu kalau mau main, Kangmas," balasku dengan nada kesal yang kutahan. 

"Ya mungkin si Reno punya alasan sendiri, nanti kamu tanya aja kalau dia udah balas pesan kamu."

Greatest King [SINGHASARI]Where stories live. Discover now