6. Wakil Akuwu

3.4K 717 55
                                    

"Kamu ... Nebula?" tanyaku kepada sosok laki-laki yang ada di ambang pintu.

Ia tak menjawab dan hanya mengedipkan matanya berkali-kali, persis seperti Nebula ketika sahabatku itu kebingungan. 

Demi Tuhan! Aku tidak bisa menahannya, semua rasa rindu dan khawatirku kepada Nebula seolah terbayar! Tanpa pikir panjang aku menghampirinya dan berdiri tepat di depannya, membuat beberapa pasang mata menatapku dengan bingung.

"Maaf, tetapi aku tidak mengenalmu," ucapnya saat aku hendak meraih tangannya.

Mendengar ucapannya pun aku reflek memundurkan langkahku dan menggeleng pelan. "Kamu bercanda, kan? Masa kamu lupa sama aku sih, Nebula?"

Laki-laki itu terdiam, lalu mengedip-ngedipkan matanya lagi. Kangmas Panji menyamperi kami dan berbisik kepadaku, "Rajni, sepertinya dia memang bukan Nebula. Walaupun mereka terlihat sangat mirip, tapi laki-laki ini gak punya gelang di tangan kirinya."

Aku melirik tangan kiri laki-laki itu dan menyadari bahwa gelang rantai yang biasa menghiasi tangan Nebula tak ada di sana. Selama aku bersahabat dengan Nebula, ia tidak pernah melepas gelang tersebut, kecuali saat mandi dan beribadah. 

"Ah ... aku minta maaf karena telah bersikap lancang," kataku kepada tamu tersebut. Ia tertawa kecil, kemudian tersenyum tipis. Sumpah! Dia benar-benar mirip dengan Nebula! 

Jangan-jangan Nebula adalah reinkarnasi dari laki-laki ini?

Ranggawuni yang sedari tadi hanya melihat kami pun akhirnya bersuara, "Jadi, kau adalah wakil yang dikirim oleh akuwu dari distrik ini?"

"Iya, saya adalah wakilnya. Perkenalkan nama saya Bena," jawabnya sembari membungkuk hormat. 

Oh, jadi namanya adalah Bena. Baiklah, aku akan mencatatnya baik-baik dalam ingatanku! Ranggawuni menyuruh Bena untuk duduk dan berkata, "Panji dan Rajni, bisakah kalian kembali ke kamar kalian masing-masing? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Bena."

Kangmas mengangkat bahunya dan berjalan ke kamarnya, sementara itu aku masih terpaku di tempat menatap Bena. Aku masih tak habis pikir, apakah mungkin kalau Nebula adalah reinkarnasi Bena di masa depan?

"Rajni, masuklah ke kamarmu dan jangan coba-coba untuk menguping."

Duh, Ranggawuni kembali bertitah, padahal aku baru saja hendak menyimak dalam diam. Kalau sudah begini aku tidak berani untuk menguping, bisa-bisa nanti Ranggawuni marah kepadaku!

Mungkin karena mataku memang sudah terasa berat sebelumnya, aku merasa tak punya daya untuk menolak titahnya. Dengan berat hati aku pun masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas ranjang, padahal aku masih ingin melihat sosok Bena. Tak butuh waktu lama bagiku untuk terjun ke dalam dunia mimpi dan melewati malam bersama suara jangkrik yang mengisi kesunyian malam.

🗡️🗡️🗡️

Sosok Bena yang tengah berada di dapur bersama Mahesa Cempaka dan Ranggawuni adalah pemandangan yang cukup mengejutkan pagi ini. Aku kira Bena sudah kembali ke rumahnya semalam, tetapi sepertinya ia menginap di sini. 

Mahesa Cempaka menyapaku dan mengajakku untuk bergabung dengan mereka, sebelum menerima ajakannya aku sempat melirik Ranggawuni untuk melihat reaksinya. Namun, ternyata Ranggawuni tidak memberikan reaksi apapun.

Pagi ini kami memasak bubur sebagai menu sarapan. Seperti biasa, masakan yang diberi bumbu racikan Mahesa Cempaka selalu terasa nikmat!

"Kangmas belum bangun, ya?" tanyaku setelah kami selesai sarapan. 

"Aku sudah membangunkannya, tetapi ia memilih untuk tidak sarapan." Jawaban dari Mahesa Cempaka itu membuatku mengernyitkan dahi. Tumben sekali kangmas enggan sarapan, ada apa dengannya?

Greatest King [SINGHASARI]Where stories live. Discover now