Bab 74. Hujan dan Sebuah Keputusan

71K 8.8K 3.4K
                                    

Selamat Membaca

nb : tandai typo

--------------------------------------------------------

Bab 74. Hujan dan Sebuah Keputusan

***

ADIPATI mendengus sebal ketika mendengar suara bel rumah terusan berbunyi sejak tadi. Ia mengucek matanya lalu melirik jam digital di atas nakas. Masih jam setengah enam. Berarti ia baru tidur sekitar dua jam yang lalu. Dan sekarang orang di luar itu dengan menyebalkan bertamu di pagi-pagi buta begini.

Lelaki itu menyibak selimutnya, dengan  nyawa yang tidak sepenuhnya terkumpul, ia keluar kamar. Sesekali ia menguap saat menuruni tangga.

Suara hujan di luar mulai terdengar jelas. Aroma tanah yang merangsek masuk melalui ventilasi udara hinggap ke penciumannya. Terlebih ketika pintu utama dibuka. Rasanya menyegarkan. Bersamaan dengan udara pagi yang bercampur hujan.

"Ngapain kamu pagi-pagi kesini?!"

Adipati memicingkan matanya ketika mendapati Samuel di depannya. Ia meneliti anak menyebalkan itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Mau ketemu Lyodra," jawab Samuel. Giginya bergemelatuk karena menggigil kedinginan. Bagaimana tidak, bajunya basah kuyup.

"Masih tidur Lyodra. Sana pulang, balik nanti siang. Ganggu orang tidur aja," dumel Adipati. Ia sudah hendak menutup pintu ketika akhirnya memilih berbalik dan memutar matanya malas, "cepet masuk. Mandi terus ganti baju," ucap Adipati berubah pikiran. Apalagi, ia tidak sejahat itu membiarkan seseorang kehujanan di luar.

Hal itu membuat Samuel menyunggingkan senyumnya. Ia semangat masuk tapi belum selangkah Adipati kembali menahannya.

"Taruh itu sepatu di luar. Kotor nanti lantai saya!"

***

JIKA kalian pikir setelah Samuel mandi dan ganti baju akan dipersilahkan bertemu Lyodra, jawabannya salah karena Adipati menahan lelaki itu di ruang makan. Mereka terlibat sarapan berdua. Sangat canggung untuk Samuel karena ia sadar hubungan keduanya tidak begitu baik.

"Mau ngapain lagi ketemu Lyodra?"

"Kangen."

"Basi," cibir Adipati. Ia segera menyelesaikan makannya lalu minum. Bubur kacang hijau—yang tadinya dibawa Samuel untuk Lyodra— sudah habis dimakannya. Sekarang ia mulai berpindah untuk membuka kantong kresek selanjutnya.

"Itu buat Lyodra," tegur Samuel ketika melihat Adipati mulai mengeluarkan puding nutrijel.

"Bilang apa?" tanya Adipati sedikit menantang.

Samuel meringis begitu Adipati menatapnya tajam, "nggak apa-apa. Makan aja, Om."

Dengan tanpa dosa Adipati melanjutkan kegiatannya. Selain lapar karena belum makan dari tadi malam, ia sengaja melakukan itu untuk membuat Samuel kesal.

"Apa rencana kamu setelah ini, Sam?"

Pernyataan itu sama persis dengan pertanyaan yang pernah Samuel lontarkan pada Aurbee kemarin. Dan sekarang ia bingung harus menjawab apa.

"Rencana?"

Adipati mengangguk, "rencana hidup kamu ke depannya. Mau kuliah dimana, jurusan apa, kejar berapa tahun, kerja dimana dan sebagainya. Memangnya kamu nggak punya rencana hidup?"

"Hidup aku sering berjalan nggak sesuai rencana. Jadi untuk apa buang-buang waktu untuk merencanakan hal yang belum pasti?"

"Terus kamu lebih memilih mengikuti arus?"

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now