Bab 7. Satu Hal di Masa Lalu

81.8K 8.8K 758
                                    

Bab 7. Satu Hal di Masa Lalu

Hujan, tolong jangan kurang ajar dengan membawa banyak kenangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan, tolong jangan kurang ajar dengan membawa banyak kenangan. Otak aku mungkin siap, tapi hati aku belum. Barusaja sembuh. Nanti dulu ya turunnya, biar nggak patah lagi.

***

"KAMU pulangnya sama Nuca aja, sekalian nanti nganterin Tiara," kata Nara pada Lyodra.

Lyodra yang mendengarnya jadi urung menyuapkan nasi ke mulut. Ia menoleh dan tersenyum kecil ke arah Nara. "Nggak usah tante. Aku naik grab aja, kalau enggak minta jemput Kak Abe," tolaknya halus. Kalau ia menerima tawaran Nara, Nuca pasti akan keberatan dan tidak suka.

Nara menggeleng. "Di luar hujan deras. Kamu nggak kasian sama kakak kamu jauh-jauh kesini. Apalagi dia pasti cape pulang kuliah masih kerja dan sekarang jemput kamu. Kalau naik grab, ini udah malem. Bahaya. Nggak ada jaminan kamu aman sampai tujuan."

Hampir saja ia lupa, dibalik kelembutannya sebagai seorang ibu, Nara adalah sosok perempuan yang tegas dan tidak bisa dibantah.

Lyodra tidak menjawab lagi. Ia melirik ke arah Nuca. Lelaki itu sangat kentara memperlihatkan raut keberatan. Ia bahkan cepat-cepat menyudahi makannya.

"Arah rumah Tiara dan apartement kak Abe berlawanan, ma. Nanti malah ribet kalau aku masih muter sana sini," protes Nuca.

"Terus Lyodra kamu suruh pulang naik apa? Mobil satunya kan dibawa Richard sama Papa, satunya dibawa kamu. Masa iya mama yang mau anter Lyodra pakai motor?"

"Lyodra bukan anak kecil lagi. Tadi aja dia bisa kesini  dengan selamat. Kenapa pulangnya enggak?" jawab Nuca tidak mau kalah. Bukannya ia membangkang. Hanya saja rute yang harus dilewatinya nanti memang akan jauh dan ribet karena arah tempat yang berlawanan. Apalagi di luar hujan turun sangat deras. Coba saja Lyodra tidak kesini dan ngerepotin, sudah pasti keadaannya tidak seperti ini.

Nara melotot. "Kamu ini dibilangin ngeyel. Yaudah kalau gitu kamu di rumah aja. Biar mama yang anterin Tiara sama Lyodra pulang."

Nuca tidak menanggapi. Ia menjauhkan piringnya kemudian menoleh ke arah Tiara yang sudah selesai juga. "Minum terus ambil tas kamu, siap-siap pulang," perintah Nuca pada Tiara. Melihat sikon yang tidak memungkinkan, Tiara menurut. Ia meminum airnya hingga tandas. Kemudian pamit untuk ambil tasnya yang berada di ruang tamu. Sebelum benar-benar berbelok ke arah ruang tamu, ia masih dapat mendengar ucapan mama Nuca yang masih berlanjut.

"Ambil kunci mobil kamu. Selesai makan biar langsung," kata Nara.

Nuca mengusap wajahnya. Meskipun enggan, akhirnya ia mengalah. "Nuca aja yang nganterin. Mama nggak bisa fokus nyetir kalau hujan."

"Enak aja. Kamu ngeremehin mama?"

Nuca menghembuskan napas lelah. Kan. Jadinya debat. "Bukan gitu, ma. Maksudnya tuh.. ah pokoknya Nuca yang anterin mereka. Udah."

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now