Bab 59. Lo Putus Sama Lyodra, Sam?

75.3K 7.8K 3.2K
                                    


Kemarin rame, bab ini 700 komentar bisa kali ya untuk next part? hehe

Jangan lupa vote dan komentarnya ya..

Selamat Membaca

---------------------------------------------------------

Bab 59. Lo Putus Sama Lyodra, Sam?

Berbicara soal luka memang tidak ada habisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berbicara soal luka memang tidak ada habisnya. Bagaimana mau habis, kamu terlalu rajin membuatnya dan memberikannya dengan cuma-cuma padaku.

***

"LO putus sama Lyodra, Sam? cewek lo kelihatan berantakan banget," tanya Mahalini kepo.

"Sejak kapan gue serius sama dia? gue cuma buat dia mainan aja. Nggak guna juga," jawab Samuel.

Video berdurasi lima belas detik itu adalah potongan video dari instastory Dela, teman Mahalini. Awalnya hanya video biasa tapi menit-menit ketika Mahalini ingin tahu akan hubungannya dan Samuel lalu lelaki itu melontarkan jawaban menusuk, banyak sekali yang menyebarkan dan menjadikannya gosip di sekolah.

Lyodra hanya mainan Samuel. Gadis mengenaskan yang lebih layak disebut babu lelaki itu. Begitu kata mereka.

Ia jadi ingat sebuah kutipan dari novel yang pernah dibacanya. Isinya kurang lebih begini ; andaikan sebuah luka adalah hal yang abadi. Maka obat yang paling pantas untuk mengobati luka adalah keterbiasaan menahan rasa sakit.

Dan Lyodra benar-benar mengalami itu semua. Satu persatu masalah bermunculan tanpa jeda untuk menyelesaikan. Hari-harinya semakin kelabu setelah kejadian waktu itu. Ketika Samuel marah besar dan menghajarnya habis-habisan. Hidupnya hancur lebur. Orangtuanya cerai, keluarganya berantakan, hamil di luar nikah, dan sekarang Samuel kembali menyiksanya.

Sampai-sampai, ia bingung ketika Samuel mengatakan ingin membuatnya lebih hancur lagi. Lantas, akan seperti apa rasa sakitnya? begini saja Lyodra tidak sanggup.

Ia tidak dapat memikirkan apapun. Termasuk jalan keluar paling masuk akal. Semuanya terasa sama saja, tidak akan ada baiknya sekeras apapun ia berusaha untuk melawan arus. Dan berteman dengan rasa sakit memang opsi terakhir yang mau tidak mau harus diambil.

But... she wants to die. Saat ini ia merasa cukup untuk berteman dengan rasa sakit itu.

Jadi, bisa kah ia mengakhiri semuanya sekarang?

Ia hanya perlu melangkah dan terjun ke bawah. Butuh sepersekian detik untuknya mendarat di tanah. Mungkin tulang-tulangnya akan hancur, kepalanya pecah, dan darahnya berhamburan keluar tapi... bukankah sakitnya tidak akan begitu terasa?

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now