Bab 36. Kekacauan

66.6K 7.5K 471
                                    

Now playing : Endless Love - Lionel Richie ft. Diana Ross

Selamat Membaca

Nb : Baca malem-malem enaq

Jangan lupa vote dan komentar ya!

---------------------------------------------

Bab 36. Kekacauan

Apa iya, kalau lagi badmood terus ditanyain kenapa, jatuhnya malah ambyar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa iya, kalau lagi badmood terus ditanyain kenapa, jatuhnya malah ambyar?

***

SAMUEL tidak pernah ke ruang musik, terhitung hampir tiga tahun sekolah baru kali ini ia masuk ke ruangan bernuansa klasik itu.

Denting piano yang memenuhi ruangan seolah menyambutnya. Instrumen Fairy Tale mengalun dengan tempo pelan, membuat bulu kuduknya meremang. Ia mengusap tengkuknya, bermaksud menghilangkan rasa aneh yang menyelinap di hatinya.

Dan benar saja, seseorang yang dicarinya berada di sana. Duduk di depan grand piano, membelakanginya yang berada di dekat pintu masuk. Rambut panjangnya diikat setengah dengan scarf putih. Sangat kontras dengan rambut hitam pekatnya.

Ia menghembuskan napas kemudian menghampiri orang itu. Jika saja bukan karena hal penting, sudah pasti ia enggan bertemu orang itu. Apalagi, ia tidak kenal dekat. Hanya karena orang itu tahu satu rahasianya, maka ia harus cepat membungkamnya. Apalagi, barang miliknya juga ada pada orang itu.

"Kembaliin barang gue," kata Samuel. Singkat, padat, dan jelas tanpa basa-basi.

Orang itu menghentikan permainan pianonya. Membuat ruang musik menjadi hening. Dan dingin.

"Lo budeg? Mana barang gue?!" tagihnya. Samuel sudah berdiri di samping orang itu sambil menadahkan tangan.

Orang itu, dengan gerakan lamban mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. Detik berikutnya, dua plastik klip obat-obatan sudah berada di tangan Samuel.

Tanpa mengucapkan apapun lagi, Samuel berbalik dan pergi. Baru tiga langkah, suara gebrakan membuatnya tersentak kaget. Ia langsung berbalik begitu merasakan sapuan angin mengenai lehernya.

Jendela geser ruangan musik tertutup rapat, bertepatan dengan tiupan angin kencang yang masuk ke dalam. Hal itu membuat Samuel merasa aneh. Terlebih, orang yang ditemuinya tadi itu sudah berdiri dan menghadap ke arahnya. Ekspresinya begitu santai. Seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal, rambut dan matanya.. berubah warna.

Terpaan angin membuat rambutnya sedikit menutupi wajah. Harusnya Samuel tidak kaget karena sudah pernah mendengar keanehan orang itu dan banyak mulut. Tapi, begitu melihat rambut dan matanya berubah warna secara langsung.. ia merinding. Suatu hal yang mustahil tapi..

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang