Bab 42. Pengakuan

71.1K 8K 643
                                    

Tandai typo

Jangan lupa vote dan komentar!

Ramaikan yay!!

--------------------------------------------------

Bab 42. Pengakuan

Coba beri tahu aku seberapa dekat kalian dengan ibu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Coba beri tahu aku seberapa dekat kalian dengan ibu. Berapa radiusnya? Satu meter? dua? tiga? atau.. sudah terlampau jauh?

***

LYODRA masih ingat jelas bagaimana degup jantungnya dan rasa takut yang menyelimuti -ketika dipanggil guru tadi- luruh begantikan rasa penasaran saat melihat seseorang disana. Duduk berhadapan dengan Bu Tanti yang notabene wali kelasnya.

Orang itu menoleh ketika merasakan keberadaannya, mungkin karena insting. Mereka terlibat adu tatap cukup lama. Sebenarnya, Lyodra ingin memilih berbalik lalu pergi. Tapi, tidak ingin membuat keributan, ia menyerah dan.. menghampiri.

Jadilah sekarang ia berakhir disini. Berdua di mobil yang sama dengan orang tadi, bahkan ia tidak tahu tujuan mereka saat ini.

Lyodra mengarahkan pandangannya ke luar jendela mobil. Lalu lalang kendaraan di sekitarnya begitu padat dan bising. Jakarta memang selalu begitu, tidak pernah mengenal jeda lebih lama.

Sudah sekitar 300 meter mobil yang ditumpanginya keluar dari gerbang sekolah dan suasana di dalamnya masih bertahan hening. Audio mobil dibiarkan off, hanya sayup-sayup suara bising di luar yang terdengar. Merangsek ke telinga, mengisi sedikit hening yang tercipta.

"Kamu belum makan ya?"

Lyodra mengalihkan pandangannya dari pemandangan luar jendela, ia menoleh. Tidak ada yang perlu dijawab melalui ucapan, dari sorot matanya seseorang di depannya itu pasti mengerti.

"Mau makan di luar atau di rumah?"

"Rumah?" tanya Lyodra.

"Iya, nanti mama masak buat kamu. Kamu suka-"

"Tahu apa mama soal rumah?" tukas Lyodra sebelum mamanya selesai bicara. Rheia jelas bungkam dengan pertanyaan tersirat tadi. Apalagi ketika anaknya itu menatap dengan senyuman sinis.

Rheia memilih diam dan fokus menyetir. Ia tidak mau salah menjawab dan menyinggung perasaan anaknya. Lyodra mau sekedar ikut dengannya saja ia sudah lega.

Mereka memang sama-sama perlu waktu untuk saling menenangkan diri sebelum membicarakan banyak hal.

***

"KAMU nggak suka masakan mama ya?"

Lyodra menatap kosong ke arah piring berisi nasi penuh dengan lauk pauk depannya. Menunya sederhana, hanya dadar jagung, sayur bayam dan nasi putih. Sederhana tapi tidak dengan memori yang tertinggal disana. Kenangan itu memaksanya untuk mengingat setiap detail yang tertinggal.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now