Bab 14. Gloomy Saturday

76.5K 9.1K 1.5K
                                    

Jangan lupa vote dan komentar !

BUKA DULU BARU BACA !

OKE

SELAMAT MEMBACA

-------------------------------------------------------

Bab 14. Gloomy Saturday

Semesta ini akan terus melaju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semesta ini akan terus melaju. Tidak peduli telah memberimu cerita yang pelik. Yang jelas kamu harus tetap melangkah mengikuti mampumu. Bukan maumu.

***

PAGI-PAGI sekali, Samuel sudah menghubungi Lyodra, mengatakan jika lelaki itu sudah menunggu di bawah. Lyodra, yang baru pulang dan sampai apartement tadi malam jelas keberatan. Padahal, ia merencanakan libur lagi hari ini dan tidak ingin bertemu Samuel dulu. Tapi, semuanya tidak sesuai rencana.

Samuel mengancam akan menghampirinya jika tidak segera turun, lelaki itu sangat otoriter membuat Lyodra lama-lama muak.

Berbekal alasan dijemput teman pada Mirabeth, akhirnya ia turun dengan langkah gontai menuju Samuel. Chevrolet Camaro hitam milik Samuel sudah terparkir di trotoar. Akhir-akhir ini lelaki itu memang lebih sering membawa mobil daripada motornya. Entah apa alasannya, ia tidak begitu peduli.

Lyodra langsung menghampiri mobil itu dan masuk. Hal pertama yang ia rasakan adalah dingin dan wangi blackcurrant yang menguar dari pewangi mobil. Ia melirik sekilas Samuel yang mulai menyalakan dan melajukan mobilnya. Lelaki itu mulai fokus menyetir dengan raut dingin. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Biasanya, Samuel sibuk mengancamnya, mengumpat karena macet atau karena Lyodra membantah, dan banyak hal lainnya.

Intinya lelaki itu tidak akan diam seperti ini. Tapi, Lyodra tidak mau ambil pusing jadi ia diam saja selama perjalanan dan mengalihkan pandangannya pada jalanan di luar. Pandangannya menembus jendela mobil. Dari dalam sini ia dapat melihat jelas keadaan di luar.

Genangan air sisa hujan kemarin malam membuat tampias ke berbagai arah ketika ban kendaraan melewatinya. Rutinitas Jakarta di pagi yang dingin dan sendu kali ini sedikit berbeda. Lebih damai dan menenangkan. Apalagi ketika hidung menangkap aroma petrichor. Cara kerjanya seperti aromaterapi. Sedikit beban perlahan terangkat. Rasanya lebih melegakan.

"Kemana aja lo kemarin-kemarin. Ditelfon nggak diangkat. Chat juga nggak dibalas. Mau coba kabur?" kata Samuel tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar tajam. Samuel memang bakat sekali menjadi petir di tengah gerimis yang menakjubkan. Seperti kali ini misalnya.

Lyodra menoleh sekilas karena Samuel masih fokus pada jalanan di depannya. "Gue pulang ke Medan dan nginep disana beberapa hari," jawabnya jujur.

Samuel berdecih. "Jadi, di Medan nggak ada signal atau lo aja yang sengaja nggak jawab panggilan gue?"

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now