Bab 46. Bertemu Kalka

70K 7.8K 1K
                                    


Kalian baca sambil dengerin musik apa nih??

Oh iya, ramaikan komentar paragraf yuk!

Oke. Selamat Membaca

------------------------------------------------

Bab 46. Bertemu Kalka

Aku pikir, tidak akan ada ragu setelah kita saling memiliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pikir, tidak akan ada ragu setelah kita saling memiliki. Ragu akan perasaanmu juga.. perasaanku sendiri.

Kita ini sedang saling jatuh cinta 'kan?

***

SEJAK kematian Brisiana beberapa bulan yang lalu, Tiara tidak begitu suka makan di kantin sekalipun bersama Nuca. Mungkin karena ia sudah terbiasa berdua dengan temannya itu, membiarkan telinganya penuh oleh celotehannya. Brisiana suka sekali bercerita banyak hal. Mulai tentang gossip terbaru anak sekolah, penyanyi korea yang akan comeback, flash sale di PIM, keluhan pelajaran sekolah, apapun Tiara akan setia mendengarkan.

Sekarang semuanya sudah berbeda. Ia harus membiasakan diri makan bersama teman sekelasnya yang lain. Kadang bersama Nuca. Seperti kali ini misalnya. Waktu istirahat mereka habiskan dengan makan dalam diam. Tidak bisa dikatakan begitu sebenarnya, karena Nuca akan mengajaknya berbicara sesekali. Menanyakan mau pesan apa, bagaimana pelajaran yang dilewati tadi, pokoknya basa-basi. Begitupula dengan Elang dan.. Angkasa yang akhir-akhir ini lebih banyak diam. Selepas Brisiana pergi.

Tiara tidak tahu bagaimana perasaan keduanya pada Brisiana. Yang ia tahu, Brisiana mencintai Elang hampir sepenuh hati. Tidak berjeda dan menggebu-gebu tapi Elang sedikipun tidak menggubrisnya. Di sisi lain, Angkasa dengan mulut pedasnya akan mengkritik tindakan Brisiana yang murahan dan bar-bar, katanya Brisiana itu barbie, cantik tapi tidak punya otak. Lalu, mereka akan terlibat adu cekcok. Meja mereka akan ramai.

Angkasa dan Brisiana memang tidak pernah akur. Tidak bisa dibiarkan bersama dalam waktu yang lama. Hingga akhirnya, saat Brisiana divonis tidak tertolong, Tiara sempat melihat Angkasa menangis. Ia masih ingat, lelaki itu masih dengan seragamnya datang ke rumah sakit. Rambut dan seragamnya yang acak-acakan, tangannya yang tremor, sorot matanya yang redup dan  penuh duka. Semua masih terekam jelas di kepala.

Kehilangan teman terdekat dengan cara mengenaskan memang satu hal yang mengerikan juga menyakitkan. Apalagi, ia melihat langsung kejadiannya. Saat Brisiana tertabrak, jatuh dan penuh darah. Ia sampai histeris saat itu dan memaki pelakunya dengan kata-kata kasar.

Kejadian itu menyimpan luka dan trauma yang mendalam, ia yakin akan sulit untuk melupakan semuanya meskipun ia sudah memaafkan. Bukankah konsepnya memang begitu? Lebih mudah memaafkan daripada melupakan?

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang