Bab 18. Baby Breath dan Bunga Matahari

85.3K 8.7K 3.3K
                                    

Bab 18. Baby Breath dan Bunga Matahari

Dari kamu aku belajar, bahwa minta maaf bukan hanya soal ucapan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dari kamu aku belajar, bahwa minta maaf bukan hanya soal ucapan. Tapi, lebih dari itu. Ketika jeda mengajakmu berbicara, lalu kamu terlihat menyesali semuanya dan merubah banyak hal pada beberapa alur. Aku tau kamu sedang meminta maaf.

***

DARI carnation, calla lyly, krisan, freesia, hingga hydrangea, pada akhirnya Samuel memutuskan untuk membawa satu bouqet bunga matahari dengan selipan baby breath di beberapa bagian rangkaian bunga dan satu kantong kresek buah.

Jika tadi ia bingung memilih baju yang pas untuk dipakai, bunga dan buah apa yang layak untuk dibawa, sekarang ia bingung kalimat pertama apa yang harus ia ucapkan saat masuk dan bertemu gadis itu nantinya.

Buktinya, sepuluh menit berlalu, dan ia masih berada di depan kamar inap dengan nomor 42 di pintunya. Ia hanya mondar-mandir mandir sejak tadi seakan menenangkan diri karena ini pertama kalinya ia akan menemui gadis itu secara 'formal'. Sebelumnya, mana pernah ia memiliki waktu bersama dalam kurun waktu yang lama.

 Sebelumnya, mana pernah ia memiliki waktu bersama dalam kurun waktu yang lama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau jenguk Tiara ya?"

Samuel menoleh dan mendapati wanita paruh baya berdiri tidak jauh di depannya saat ini. Wanita itu -Kanaya, mama Tiara- tersenyum hangat membuat Samuel ikutan tersenyum lalu mengangguk. "Iya, tante."

"Kok nggak langsung masuk aja. Udah lama?"

"Enggak kok, tan. Baru juga sampai," bohongnya sambil berusaha sebisa mungkin menututupi kegugupannya.

Kanaya tersenyum lalu membuka pintu dan mempersilahkan Samuel untuk masuk. "Siapa nama kamu?"

"Samuel, tante," jawab Samuel sesopan mungkin.

"Teman sekelas Tiara apa gimana? soalnya wajah kamu kayak yang familiar gitu," kata Kanaya pada Samuel. Karena, ia memang merasa familiar dengan wajah itu. Ia seperti pernah melihatnya tapi lupa dimana.

Samuel tersenyum kikuk. "Teman sekolahnya, tan."

Kanaya mengangguk paham. "Tapi serius, tante seperti pernah melihat kamu. Tapi dimana lupa."

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now