Bab 31. Bekal Untuk Sam

69.2K 7.7K 1.2K
                                    

Kangen nggak?

Aku kangen tapi gengsi gimana dong? wkwk

Yaudah deh.

Selamat Membaca!!

Semoga bisa ngobatin kangennya.

------------------------------------------------------------

Bab 31. Bekal Untuk Sam

Kadang, untuk membuat orang-orang terdekat kita tidak terkena imbas dari masalah yang kita buat. Kita harus berbesar hati untuk membuat mereka benci agar jauh dari kita.

***

JAM dinding di kelas, tepat di atas papan, menunjukkan pukul setengah tujuh pagi ketika Lyodra sampai dan mendapati Samuel di kelas. Lelaki itu duduk di kursinya sambil fokus memainkan ponsel. Sesekali berdecak dengan raut sebal. Biar Lyodra tebak, pasti Samuel sedang main game. Kalau nggak piano tiles ya candy crush. Karena, ia tahu Samuel bukan tipikal gamers pro. Jika kebanyakan teman sebayanya hobby main games yang menantang, Samuel lebih suka melakukan hal lain yang lebih menantang. Clubbing sampai mabuk, narkoba, party every night, having sex, bahkan menyiksa orang. Lyodra misalnya.

Pernah Lyodra menanyakan fungsi dari game console di apartemennya karena lelaki itu jarang menggunakannya, Samuel yang notabene jago ngeles bilang hanya untuk pajangan. Maklum orang kaya. Padahal, aslinya ia tidak bisa main game. Palingan juga Liam dan Bennedith yang sering pakai. Lyodra pernah melihatnya berkali-kali dan Samuel hanya duduk di sofa. Memperhatikan. Sesekali fokus pada ponselnya.

Tapi, yang membuatnya mengernyit heran begitu menghampiri lelaki itu saat ini adalah.. tebakannya meleset. Bukan candy crush ataupun piano tiles Samuel main mobile legend. Sebuah kemajuan yang begitu pesat mengingat lelaki itu paling malas main game berat.

Enggan ingin tahu lebih, ia meletakkan rantang yang dibawanya lalu berdeham keras, sengaja agar lelaki itu menoleh. Karena, terhitung sekian menit berdiri di dekat meja Samuel, lelaki itu sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

"Mau apa lo?" tanya Samuel begitu mendongak dan mendapati Lyodra. Gadis itu sudah duduk di kursi depan. Mereka hanya terhalang meja sekarang.

Saat Lyodra membuka dan menata rantang di meja, ia menaikkan sebelah alisnya lalu menatap curiga ke arah gadis itu. "Gue mau minta maaf," ucap Lyodra melihat tatapan curiga dari Samuel.

"Lo nyogok gue pakai makanan?"

Lyodra menghentikan pergerakan tangannya yang membuka tutup makanan, gadis itu memandang sekilas Samuel sebelum melanjutkan kembali kegiatannya. "Lo merasa gitu?"

"Emangnya apa lagi? atau.. lo lagi jalanin saran dari Liam hm?"

Sekarang, Lyodra benar-benar berhenti. Ia meletakkan sendok di meja. Menatap Samuel penuh dengan tanya. "Saran apa?"

"Buat gue jatuh cinta."

"Gue nggak tahu lo ngomong apa."

"Tapi gue tahu lo ngomong apa aja sama Liam tadi malam."

Samuel berdiri, ia menumpukan kedua tangannya di meja. Tubuhnya condong dan memandang sinis ke arah Lyodra. "Jadi, gimana hm?"

Lyodra bungkam. Ia salah tingkah ketika Samuel menatapnya lekat, apalagi dari dekat. Nyatanya, serapi apapun ia menyusun rencana, lelaki itu tetap saja tahu. Entah bagaimana caranya. "Nggak gimana-gimana. Gue nggak pernah mau berusaha bikin lo jatuh cinta. Ke gue," kilah Lyodra akhirnya. Tanpa melihat Samuel.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now