Bab 45. Pamit

73.9K 8.5K 776
                                    

Mianhae telat..

Karena gue alay nangis segala ngetik ini. Habisnya gue membayangkan hal-hal setelah ini huwaaaa

Dah

Absen dulu dari kota mana wkwk

Ramaikan komentar yuk!

Selamat Membaca

(Playlist : Tulus - Pamit)

--------------------------------------------------

Bab 45. Pamit

Gue nggak punya banyak pilihan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue nggak punya banyak pilihan. Apalagi ketika bareng lo.

***

PAGI-PAGI sekali Lyodra sudah berkutat dengan peralatan dapur. Tadi ia terbangun karena muntah-muntah, jadi daripada tidur lagi dan kesiangan ia melanjutkan untuk masak. Sekaligus untuk mengalihkan pusing dan mual yang menderanya. Biar tidak terbiasa manja.

Gadis itu mengangkat tumis kangkungnya dan meniriskannya di piring. Lyodra memang masak seadanya dan yang gampang dibuat agar tidak terburu-buru nanti. Apalagi, hanya untuk dimakan sendiri.

Setelah itu, ia menggoreng tempe yang sudah dibumbui. Beberapa potong. Kemudian lanjut menggoreng nugget dan sosis.

Sambil menunggu matang, Lyodra menyiapkan piring dan sendok untuk dibawa ke meja makan. Ia buru-buru kembali ke dapur untuk mengangkat gorengannya, menaruhnya di piring kemudian mencuci peralatan yang tadi dipakainya. Mulai dari teflon, panci, wajan, spatula, talenan, semuanya. Saat beres, barulah Lyodra menata nasi dan lauknya di meja makan. Sepertinya, tangannya harus mulai dilatih multi tasking biar lebih cekatan saat memasak gini.

Ternyata, seperti ini yang dirasakan ibu rumah tangga. Bangun pagi dan masak untuk satu keluarga. Tapi, ini belum seberapa, belum bersih-bersih, nyuci baju, ngurusin keperluan anak sekolah, masak makan malam, serta banyak hal lainnya. Hal itu jelas membutuhkan kecerdasan management waktu dan kecekatan yang maksimal agar tidak ada yang keteteran. Dan, sekarang Lyodra sudah merasa kelelahan karena belum terbiasa.

Lyodra duduk sejenak untuk mengambil napas lalu melihat jam di ruang makan. Sudah jam 6, dan ia belum mandi. Ia menarik napas dan mengeluarkannya perlahan. Agar tidak banyak membuang waktu. Ia segera kembali ke dapur dan  mengambil kotak nasi untuk bekal kemudian mengisinya. Setelah siap, ia meletakkannya ke meja makan.

Keringat mulai mengucur di pelipisnya, ia mengusapnya dengan telapak tangan. Badannya terasa lengket, gadis itu segera beranjak ke kamar mandi. Ia hanya mempunyai waktu lima belas menit agar tidak terlambat ke sekolah. Sebab masih banyak hal yang belum ia lakukan pagi ini.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now