Sarapan Tamparan

304 152 145
                                    

Kayla menghela napasnya saat bel rumahnya terus berbunyi, ia benar-benar merasa lelah karena sedari tadi, media mendatangi rumahnya secara bersamaan.

Manajer dan asisten nya pun sudah pulang. Dengan segala keberanian, Kayla mengintip dari jendela dan ternyata ia melihat mobil Mia sudah terparkir di halaman rumahnya.

" Ternyata mereka,"gumam Kayla, membukakan pintu.

Setelah membuka pintu rumahnya, tubuh Kayla langsung diterjang oleh kedua sahabatnya itu. Mia dan Ana memeluk Kayla bersamaan.

"Lo berdua kenapa?" tanya Kayla, membuat Ana dan Mia melepaskan pelukannya.

"Lo masa gak ngerti,sih, kalau kita lagi ngasih lo support." Ana mendecak sebal.

"Tau lo, gitu aja nanya," timpal Mia, membuat Kayla terkekeh.

Kayla berjalan menuju sofa, sedangkan Ana dan Mia mengekori dibelakang.

Mereka bertiga tengah duduk bersantai sembari menikmati beberapa cemilan yang sudah di sediakan Kayla.

"Berarti sekarang lo jadi manusia normal,dong," ujar Mia asal, yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kayla.

"Lo pikir selama ini gue gak normal gitu." Kayla masih menatap Mia tajam. Sedangkan, Mia hanya cengengesan seperti orang tak berdosa.

"Ada bagusnya lo gak sekolah tadi. Kalau lo sekolah pasti panas tuh kuping," ujar Ana, sembari mengaduk minumannya.

Kayla mengedikkan bahunya acuh, ia tampak tidak peduli dengan ucapan Ana barusan.

Persetan dengan omongan orang, Kayla tidak akan peduli selagi tidak merugikan dirinya.

"Bay the way, di video itu nyokap lo serem juga, Kay," celetuk Ana. Kayla hanya tersenyum miris.

"Udah bawaan."

**

Keluar dari mobilnya, Aksa langsung disuguhi pemandangan teman-temannya yang sedang berunding seolah sedang menyusun strategi. Mereka semua bahkan tidak menyadari kedatangan sang ketua.

"Akhirnya datang juga lo." suara Bryan berhasil menyadarkan mereka akan kedatangan Aksa.

"Emang ada apa, kayaknya penting banget?" tanya Aksa antusias.

"Calvin kembali." mendengar jawaban Farel membuat Aksa terkekeh. Berjalan menuju sofa, Aksa tetap memasang raut wajah datar.
"Gue tahu." jawabnya santai.

Mereka semua menatap Aksa tak percaya. "Lo udah ketemu sama Calvin?" tanya Gilang ikut duduk disamping Aksa.

Aksa menaikkan sebelah alisnya sebagai jawaban dari pertanyaan Gilang. "Kita harus kasih tahu anak-anak yang lain buat jaga-jaga." kali ini Aksa memasang raut wajah serius.

"Kalau bisa kasih tahu mereka gak usah menampakkan jati dirinya sebagai anak Brave Teenager," jelas Aksa, membuat teman-temannya bingung.

"Kenapa begitu?"

"Dari pertemuan pertama gue sama Calvin, gue rasa Calvin masih nyimpan dendam sama kita semua. Lo semua harus tahu kalau dia gak akan segan buat hidup kita gak tenang. Itu sebabnya, gue gak mau anggota baru Brave Teenager yang baru kena imbasnya padahal mereka gak tahu apa-apa," jawab Aksa panjang lebar, yang di balas anggukan tanda mengerti oleh semua temannya.

Mereka semua kembali seperti biasa. Candaan demi candaan perlahan muncul membuat mereka melupakan lawannya yang sedari tadi mereka bicarakan.

**

Suara alarm berhasil membangunkan Kayla yang sedang tertidur pulas. Dengan malas, Kayla segera berjalan menuju kamar mandi.

Kurang lebih empat puluh menit, Kayla baru menyelesaikan ritual mandinya. Ia segera menuju lemari mengganti bathrobe yang sedang dipakai nya dengan seragam sekolahnya.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Kayla menduduki bangku meja riasnya. Memoleskan sedikit bedak pada wajahnya,menata rambutnya, juga memakai lip gloss secukupnya. tidak lupa juga ia menyemprotan sedikit parfum pada tubuhnya.

Merasa sudah cukup dengan penampilannya, Kayla segera menuju rak sepatunya. Memakaikan sepatunya, lalu meraih tasnya yang sudah tergeletak di sofa kamarnya.

"Kamu gak sarapan." suara Arlin berhasil membuat langkah Kayla terhenti. Kayla hanya menoleh sekilas lalu mengabaikan Arlin begitu saja.

"Anak pintar, orang tua sedang bicara tidak didengar. Apa kamu tidak pernah diajarkan sopan santun?" Arlin menekan kalimat terakhirnya menandakan bahwa dia sedang marah.

Langkah Kayla kembali terhenti mendengar ucapan Arlin barusan. Ia menatap Arlin sembari tersenyum miris. "Mamah Benar! Kayla memang tidak pernah diajarkan sopan santun. Mamah tahu kenapa? Karena orang tua Kayla, terutama mamah Kayla tercinta, sibuk dengan urusannya sendiri sampai lupa mengajarkan anaknya apa itu sopan santun."

Arlin yang sedang mengoleskan selai pada rotinya seketika berhenti. Arlin menatap Kayla tajam. Dia membanting pisau dan garpu yang sedang digenggamnya lalu berjalan menghampiri Kayla yang tengah berdiri tidak jauh dari keberadaannya.

"Kamu bilang apa tadi? Kamu bilang mamah gak pernah ngajarin kamu sopan santun? Iya? Gitu maksud kamu!?" gertak Arlin, namun tidak membuat Kayla merasa takut.

"Kayla rasa tanpa Kayla jawab mamah sudah tahu jawabannya. Coba mamah pikir, apa pernah mamah ada si sisi Kayla? Enggak, Mah! Mamah selalu sibuk sama pekerjaan mamah. Mamah cuma bisa nuntut Kayla harus begini harus begitu,gak boleh begini gak boleh begitu. Apa mamah pernah mikirin perasaan Kayla?Kayla kesepian Mah, Kayla butuh mamah, kasih sayang mamah. Apa mamah tahu? Enggak, kan, mah?"

Plak.

Satu tamparan dari Arlin berhasil mendarat dipipi Kayla. Kayla refleks mundur karena tamparan Arlin yang begitu kuat hingga pipinya sedikit terasa nyeri.

Kayla memegangi pipinya yang terasa memanas. "Gak papa mah, tampar Kayla terus sampai mamah puas!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Kayla segera beranjak pergi. Ia masuk ke dalam mobilnya masih dengan posisi tangannya yang memegangi pipinya.

Arlin mengacak rambutnya frustrasi setelah melihat punggung Kayla yang sudah semakin jauh.

Berkali-kali ia menyesal sudah memperlakukan Kayla kasar, berkali-kali juga Arlin terus mengulanginya.

Berdebat langsung dengan Arlin memang tidak berhasil membuat air mata Kayla jatuh namun, siapa sangka jika sedang sendiri Kayla selalu terisak akan apapun yang sudah dialaminya. Seperti sekarang contohnya, Kayla sedang menangis di dalam mobilnya.

Di sekolah

Kayla berjalan di koridor dengan sedikit menunduk, berharap matanya yang sembab itu tidak terlihat.

Ada beberapa orang yang berpapasan dengannya memberikan support, ada juga yang bergumam membicarakan Kayla secara diam-diam.

Kayla tidak peduli, ia tetap berjalan lurus berharap cepat sampai di kelasnya.

"Eh, kenapa lo?" tanya Ana cemas setelah melihat Kayla datang langsung menidurkan kepalanya di meja.

Mia yang sedang berada di lain meja ikut cemas, ia berjalan menghampiri meja Kayla. "Lo baik-baik aja kan, Kay?"

Kayla hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Ana dan Mia.

Ana dan Mia yakin terjadi sesuatu pada Kayla, tetapi ia membiarkan Kayla dahulu agar hati dan pikirannya tenang.

Bel masuk sudah berbunyi, jam pelajaran pun sudah di mulai sejak tiga puluh menit tadi.

"Bu," panggil Kayla sedikit mengangkat tangannya.

"Iya, ada apa Kayla?"

"Saya izin ke UKS."

**

Selamat malam minggu😜

❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Where stories live. Discover now