Hampir Salah Paham

241 129 115
                                    

Kayla menutup telinganya saat Ana dan Mia datang. Telinga Kayla rasanya sakit saat mendengar pekikkan dari kedua sahabatnya itu.

"Gak usah teriak-teriak kali,"ketus Kayla.

"Hehe... Maaf." Ana dan Mia tersenyum tak berdosa.

Ana ikut duduk disamping Kayla. "Lo kenapa bisa sakit? Nih gue bawain makanan."

Sebelum menyusul Kayla di UKS, Ana dan Mia mampir ke kantin terlebih dahulu untuk membeli beberapa makanan dan juga cemilan untuk Kayla.

"Thanks, ya!" Kayla menerima makanannya. "Nanti gue makan, soalnya gue baru makan."

"Kapan lo makan?" tanya Mia penasaran. Takut Kayla berbohong karena tidak mau makan.

"Wah.. Lo bawa bekal, Kay?" Ana ikut bertanya saat matanya tidak sengaja menemukan kotak makan di meja.

"Sejak kapan nyokap lo peduli sama lo? Sampai bawain lo bekal lagi." mendengar ucapan Mia barusan membuat Kayla termenung. Hatinya tiba-tiba terasa sesak.

Mia menutup mulutnya tak percaya. Ia merutuki dirinya sendiri. Sungguh dia benar-benar tidak bermaksud menyinggung perasaan Kayla.

Ana menatap Mia tajam seolah menyuruhnya untuk segera meminta maaf kepada Kayla. Perasaan Kayla memang sensitif jika membicarakan kasih sayang dari seorang ibu.

"S-sorry, Kay! Maksud gue bukan begitu." Mia memasang wajah melas seolah ia benar-benar menyesal dengan apa yang barusan diucapkannya.

Melihat wajah Mia seperti itu membuat Kayla jadi merasa bersalah.
Ucapan Mia sama sekali tidak salah, lalu untuk apa dia marah? Lagi pula Kayla paham jika Mia tidak bermaksud menyinggungnya.

"Santai aja kali." Kayla tersenyum ramah.

Melihat senyum Kayla membuat Mia dan Ana tenang. Mereka bernapas lega karena Kayla tidak marah kepadanya.

"Ini dari Aksa," ujar Kayla mengangkat kotak makannya.

Ana dan Mia membulatkan matanya sempurna saat mendengar ucapan Kayla. Mereka terkejut karena mendengar nama Aksa.

"Eh.. Bukan. Maksudnya ini dari tante Kania, Bundanya Aksa." kedua sahabatnya kembali terkejut, mereka menatap Kayla tidak percaya.

"Lo berdua kenapa,sih?" tanya Kayla geram karena ditatap begitu intens.

"Kok lu bisa dibawain bekal sama tante Kania? Emang nya lo punya hubungan apa sama Aksa?"

"Wah.. Parah lo, Kay! Ternyata diam-diam lo ada hubungan sama Aksa."

Kayla menggeleng cepat, ia tidak terima dengan tuduhan kedua sahabatnya yang tidak ada benarnya sama sekali dan akhirnya, Kayla pun menjelaskan secara detail dari awal dirinya bertemu dengan Kania agar mereka tidak salah paham.

**

Aksa mengepalkan tangannya erat saat melihat Basecamp yang biasa ditempatinya kini hancur berantakan. Ada beberapa barang-barang yang rusak berserakan di bawah seolah sengaja dijatuhkan oleh seseorang.

"Sial! Siapa yang berani mengacak-acak Basecamp kita kayak gini," umpatnya.

"Kita harus cari pelakunya!" Bryan ikut emosi, anggota Brave Teenager menyetujui ucapannya.

Aksa berjalan menuju ruang CCTV diikuti oleh Aldi dan Bryan. Yang lainnya diam ditempat membereskan beberapa barang yang berserakan di lantai.

"Yang lain tunggu di sini!" Aksa menyambar hoodie-nya, memakainya, lalu masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit tergesa-gesa.

Di belakangnya, Aldi, Bryan, Farel, dan Gilang mengikuti di mobil yang berbeda. Mereka itu bisa dibilang anggota inti maka, ke mana pun Aksa pergi mereka harus ikut.

"Bugh." satu tonjokan yang Aksa berikan berhasil membuat lawannya tersungkur karena tiba-tiba mendapatkan serangan.

Semua orang yang berada di situ terkejut akan kedatangan Aksa bersama para anggotanya dibelakang. Ada beberapa yang diam ditempat, dan ada juga yang membantu Calvin untuk berdiri.

Calvin mengerang saat sudut bibirnya berdarah, ia hendak bangun untuk melakukan pembalasan kepada Aksa.

"Punya nyali juga lo datang ke sini." Calvin menyeringai, ia masih memegangi sudut bibirnya.

Aksa berjalan sedikit mendekat kepada Calvin, ia tersenyum mengejek ke arah nya.

"Gue emang punya nyali. Beda sama lo." Aksa sedikit mendorong Calvin menggunakan jari telunjuknya. "Menyerang tanpa ada lawan, gue tahu lo takut."

Aksa berhasil membuat Calvin emosi hanya dengan menggunakan kata-katanya.

Setelah Aksa mengatakan itu, terjadi perkelahian antara Aksa dan Calvin. Perkelahian pun bisa dibilang seri karena keduanya sama-sama mengalami babak belur.

**
"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, baru pul-- ya ampun Aksa! Ini kenapa?" Kania terkejut saat melihat wajah anak sulungnya yang sudah dipenuhi dengan lebam.

"Kamu berantem lagi? Iya?" Aksa tidak menjawab, raut wajahnya tetap santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"Mas! Mas Anggara!"Kania memanggil suaminya yang kebetulan hari ini sedang berada di rumah. Tidak butuh waktu lama, Anggara datang menghampiri Kania dan Aksa.

"Kenapa, sih? Teriak-teriak kayak Tarzan aja."

Kania mendecak kesal. "Tuh! Lihat anak kamu!"

Anggara menatap Aksa dingin, ia menggeleng kepalanya frutasi melihat penampilan Aksa yang sedikit berantakan.

Aksa yang melihat itu hanya diam, ia sudah siap jika Anggara akan memarahi nya.

"Kamu habis berantem lagi?" Anggara memegang luka yang ada di wajah Aksa. "Besok-besok kalau mau berantem, tuh,
pulang dulu ganti baju. Masa berantem pakai seragam sekolah."

Kania ternganga saat mendengar ucapan suaminya, ia menatap Anggara tidak percaya sedangkan, Aksa tersenyum karena Anggara tidak memarahi nya.

" Udah sana kamu mandi terus obatin lukanya sendiri!"

"Siap, Pah." Aksa memberi hormat kepada Anggara. "Bye,Bunda!"

"Mas, kok gitu sih! " Kania memukul tangan suaminya.

"Gitu gimana, Sayang?"

"Jangan panggil sayang, aku jijik!"

*Vote yuk!












❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Where stories live. Discover now