Perasaan Aksa?

119 21 31
                                    

Saat ini Aksa dan Aldi sedang asyik bermain PS di kamar Aksa. Anggara sengaja menaruh PS di kamar Aksa dengan alasan agar Aksa betah di rumah dan tidak keluyuran tidak jelas di luaran.

Bahkan Anggara sampai membuat bengkel pribadi yang terletak di halaman belakang rumah karena dia tahu anaknya itu sangat suka memodifikasi mobilnya.

Masih dengan alasan yang sama, Anggara melakukan itu semata-mata agar anaknya betah di rumah. Bukan hanya Aksa, kebutuhan istri dan anak perempuannya pun dia penuhi seutuhnya.

Baik Aksa maupun Aldi menoleh ke arah pintu saat pintu kamarnya terbuka dan langsung menampilkan Bryan di sana.

Tanpa di persilakan tuan rumah, Bryan sudah masuk terlebih dahulu ke dalam kamar Aksa, bahkan dia langsung menuju kulkas mini yang berada di paling ujung ruangan ini.

Tidak tanggung-tanggung, Bryan mengambil satu kaleng minuman dan beberapa cemilan untuk dirinya sendiri.

Aksa membiarkan semua temannya melakukan apapun sesuka mereka di rumahnya, karena Aksa sadar bahwa semua teman-temannya itu memang krisis akhlak.

Untung saja Farel dan Gilang sedang pulang, jika mereka ada di sini bisa Aksa pastikan semua stok makanan yang ada di kulkas Aksa akan lenyap seketika.

Setelah selesai merampok isi di kulkas Aksa, Bryan menduduki dirinya di sofa.
"Tadi gue ketemu Calvin, tapi anehnya dia sama Kayla."

Baik Aksa maupun Aldi terkejut, mereka langsung menoleh ke arah Bryan.

"Kayla?" tanya Aksa memastikan.

Bryan mengangguk yakin.

Seketika raut wajah Aksa berubah, dia terlihat cemas saat mendengar Kayla bersama Calvin.

"Kok bisa?" tanya Aldi bingung. Bryan mengedikkan bahunya menandakan ia tidak tahu.

Aksa dan Aldi memberhentikan permainan mereka.

"Coba lo tanya cewek lo, dia lagi sama Kayla atau nggak?"

Tanpa menunggu lama Aldi langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya dan langsung mencari nama Ana untuk segera menghubunginya.

"Gimana?" tanya Aksa tidak sabar setelah Aldi menutup teleponnya.

"Ada. Mereka lagi jenguk nyokapnya Celina."

Aksa menghela napasnya lega. Dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Tentu saja hal itu mengundang banyak pertanyaan yang keluar dari pikiran Aldi maupun Bryan.

"Kenapa, sih, lo? Kayaknya khawatir banget pas dengar Kayla pergi sama Calvin." Bryan menatap Aksa menyelidik.

"Jangan bilang kalau lo cemburu? Wah! Ternyata lo gercep juga, ya," sambar Aldi menggoda Aksa. Aldi berniat melanjutkan permainannya, pandangannya tetap fokus pada layar besar dihadapannya.

Aksa balik menatap Aldi dan Bryan dengan tatapan tidak suka. Dia bahkan sampai melepaskan stik PS nya karena mendadak tidak mood untuk melanjutkan permainannya.

Aksa bangun dari duduknya, ia lantas keluar dari kamarnya meninggalkan kedua temannya yang masih berada di dalam kamarnya.

"Eh! Mau ke mana lo? Curang ya, game belum selesai lo udah kabur duluan." Aldi terus mendumel, ia merasa kesal karena Aksa tiba-tiba pergi dan menyudahi permainannya begitu saja.

Aksa mengendarai mobilnya dengan perasaan yang tidak karuan, saat ini pikirannya dipenuhi oleh Kayla dan juga Calvin.

Aksa tahu betul Calvin itu seperti apa, dia tidak mungkin tiba-tiba mendekati Kayla tanpa ada maksud yang lain.

Mobil Aksa berhenti di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi baginya, Aksa bahkan memarkirkan mobilnya asal karena sudah tidak sabar untuk segera masuk dan menemui target utamanya, Calvin.

"Guys!! Ternyata kita kedatangan tamu spesial!!"

Calvin lantas berdiri setelah menyadari kedatangan Aksa. Teman-temannya juga ikut berdiri bersama Calvin.

"Jadi, ada keperluan apa sampai lo datang ke sini?" tanya Calvin menepuk bahu Aksa sok akrab.

Aksa mundur untuk memberi jarak, tangan Calvin ia tepis dengan kasar.
"Nggak usah basa-basi. Kasih tau gue alasan lo deketin Kayla!"

Calvin tertawa mengejek ke arah Aksa.
"Apa hubungannya sama lo? Gue bebas mau deketin siapa aja, lagian cewek murahan itu juga udah putus kan sama Genta."

Bugh..

Satu pukulan berhasil Aksa berikan kepada Calvin, membuat Calvin langsung tersungkur di lantai.

"Biar gua yang ngurus." Calvin mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada teman-temannya agar mereka tidak ikut campur.

Calvin bangun dengan sedikit sempoyongan, satu pukulan dari Aksa berhasil membuat sudut bibirnya berdarah.

"Kenapa lo harus peduli sama dia? Atau jangan-jangan.... Lo suka sama Kayla?"

Aksa mengeraskan rahangnya dengan emosi. Tangannya terkepal kuat hingga uratnya terlihat begitu jelas.

"GUE INGETIN SAMA LO, JANGAN PERNAH GANGGU KAYLA KARENA SAMPAI LO NGELAKUIN ITU, GUE BISA PASTIIN KALAU HIDUP LO NGGAK AKAN TENANG!!"

Bugh..

Satu pukulan kembali Aksa layangkan tepat di wajah Calvin, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun Aksa langsung keluar dan meninggalkan tempat itu.

"Gue nggak takut sama ancaman lo!!" teriak Calvin karena sadar Aksa sudah mulai menjauh. Aksa dengar, namun ia tidak peduli.

"Arghh, sial! Kenapa gue harus kotorin tangan gue?!" Aksa mengacak rambutnya frustasi. Kalimat yang diucapkan Calvin terus terngiang-ngiang di kepalanya.

'Kenapa lo harus peduli sama dia? Atau jangan-jangan... Lo suka sama Kayla'

"Gue juga gak ngerti sama diri gue," batin Aksa.

**

Vote dan komen dulu yuk!!😍




















❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz