Perhatian Kecil

269 133 141
                                    

Setelah mendapatkan izin dari bu Erika, Kayla langsung keluar menuju UKS. Ia ingin segera merebahkan dirinya yang ntah mengapa jadi terasa pusing setelah menangis.

Ana dan Mia meminta ikut untuk menemani Kayla, tetapi Kayla menolaknya karena ia ingin sendirian saat ini. Lagi pula, Kayla tidak ingin mengganggu mereka yang sedang belajar.

"M-maaf, Bu, saya enggak sengaja," lirih Kayla setelah tidak sengaja menabrak seseorang yang ia yakini adalah guru.

"Iya gapapa."

"Tante?"

"Kayla?"

Setelah menyadari bahwa yang ia tabrak bukan guru, melainkan Kania Bundanya Aksa. Kayla pun langsung menyalimi Kania.

"Tante mau apa di sini?" tanya Kayla.

"Biasa, kemarin Aksa ketahuan ngerokok sama teman-temannya di rooftop sekolah," Kania menggelengkan kepalanya. "Anak itu memang suka banget Bundanya keluar masuk ruang BK," sambungnya.

Kayla manggut-manggut mengerti.

"Kamu sendiri mau ke mana? Ini kan jam pelajaran? Eh sebentar, muka kamu pucat banget." Kania menatap Kayla intens.

"Hehe.. Iya, Kayla mau ke UKS."

"Ya ampun kamu sakit apa sayang? Tante antar kamu, ya?"

"Gak usah tante, Kayla bisa sendiri kok, lagi pula tante pasti udah di tungguin."

Kania memang ingin mengantar Kayla ke UKS, tetapi niatnya urung saat Aksa mengirimkan pesan bahwa dirinya sudah di tunggu.

"Kamu yakin bisa sendiri?" tanya Kania memastikan.

Kayla mengangguk yakin.

"Yaudah kalau gitu tante pergi dulu, ya, kamu hati-hati!" sebelum pergi Kania mengelus rambut Kayla dengan lembut. Kayla yang merasakan itu jadi tersentuh, Arlin yang sebagai Ibu kandungnya saja tidak pernah melakukan hal semanis tadi kepadanya.

**

Kayla mencoba memejamkan matanya, ia memang tidak berniat untuk tidur tetapi hanya untuk sekedar menenangkan pikirannya.

Bel kembali berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran pertama sudah selesai. Sedangkan, Kayla masih berniat berlama di UKS sampai jam istirahat.

Suara ketukan pintu sama sekali tidak membuat Kayla terusik, karena Kayla yakin yang datang adalah kedua sahabatnya.

Namun, Kayla refleks bangun ketika tahu yang datang bukan Ana dan Mia, melainkan Aksa.

"Lo mau apa ke sini?" tanya Kayla ketika Aksa masih di ambang pintu.

Aksa menutup pintunya terlebih dahulu, lalu beranjak menghampiri Kayla di dalam.

"Nih!" Aksa menyodorkan kotak makan kepada Kayla membuat Kayla mengernyitkan dahinya bingung.

"Itu apa?"tanya Kayla menerima kotak makanannya.

"Tujuh belas tahun lo hidup gak tau kalau ini namanya kotak makan," jawab Aksa datar.

Kayla menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Bicara dengan Aksa mampu membuat Kayla seperti orang bodoh.

"Gue tahu, tapi maksudnya lo kasih ke gue itu apa,"ujar Kayla tegas.

"Dari bunda. Katanya lo lagi sakit, dia suruh gue nyamperin lo buat kasih ini." Aksa duduk di kursi yang sudah tersedia.

Tanpa sadar Kayla mengulas senyum dibibirnya. Mendapatkan perhatian dari bunda nya Aksa saja bahagia, apalagi diperhatikan oleh mamahnya sendiri.

"Gue tahu lo pasti cuma pura-pura sakit, kan? Aslinya lo cuma mau bolos pelajaran!"

"Dih, gak usah sok tahu deh lo!" Kesal Kayla.

Aksa tersenyum smirk membuat Kayla semakin kesal.

Aksa bangun dari duduknya, ia merasa urusannya dengan Kayla sudah selesai. Jika bukan karena bundanya yang meminta, Aksa tidak akan ke sini. Apalagi sampai membawakan makanan.

Sebenarnya makanan itu Kania buatkan untuk Alma, adiknya Aksa. Kania berniat memberi bekal itu setelah selesai mengurusi masalah Aksa. Namun, niatnya jadi urung ketika tidak sengaja bertemu dengan Kayla tadi. Kania memilih memberikan itu kepada Kayla karena ia tidak tega melihat wajah Kayla yang sangat pucat.

"Jangan lupa dimakan!" perintah Aksa membuat Kayla membulatkan matanya sempurna. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan Aksa ucapkan.

Setelah mengatakan itu, Aksa langsung beranjak pergi meninggalkan Kayla seorang diri.

Kayla membuka kotak makannya, matanya berbinar ketika melihat dua sandwich yang tertera di sana.

Kayla sampai lupa bahwa dirinya memang belum sarapan. Mungkin itu juga salah satu penyebab ia merasa pusing.

"Mana sempat keburu ditampar," gumam Kayla mengingat kejadian tadi pagi.

**

"Dari mana lo?" tanya Bryan serius.

"Ada urusan, kenapa?"

"Kangen."

"Najis!" Aksa bergidik ngeri ketika Bryan merangkulnya.

"Bismillah headshot." Aldi mengarahkan gagang sapu ke kepala Bryan seolah ingin menembaknya.

"Gue bantu pegangin."ujar Gilang.

"Gue bantu do'a," timpal Farel.

Bryan yang melihat keempat temannya sedang bersiap-siap seolah ingin menerkamnya pun langsung mundur. Ia sangat yakin bahwa dirinya akan terkena bully.

"Gak sudi gue punya teman gay."

"Ma....tolong Bryan,"pekik Bryan.

"Bruks." Bryan menabrak seseorang?

Sedetik, dua detik, suasana menjadi hening. Mereka semua sedang melihat sebuah drama yang terjadi dihadapkan mereka.

"Ekhem...." Aldi berdeham menyadarkan semua orang.

"Pandangan pertama awal aku berjumpa." Farel menggoda Aldi menggunakan sebuah lirik lagu. Dia menggoyangkan tangannya yang sudah terangkat di udara.

"Semacam di film-film India."

Mendengar ledekan dari teman-temannya membuat Bryan tersadar dan refleks melepaskan tubuh Mia yang sempat terjatuh dipelukannya.

Mereka berdua sempat bertatapan selama beberapa detik. Adegan seperti tadi mampu membuat Mia salah tingkah, belum lagi saat teman-temannya sampai meledeknya.

"Bego banget, sih, lo! Gak punya mata,"sinis Mia menatap tajam Bryan. "Pakai acara modus lagi."

"Dih! siapa juga yang mau modus sama lo?Kalau gue tahu yang gue tabrak itu lo, pasti gue biarin lo jatuh."

Mia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai saat mendengar jawaban Bryan. Dia merasa dipermalukan. Ia pun langsung menarik tangan Ana agar segera pergi dari sana.

"Mia! Jangan narik tangan bebep gue begitu! Nanti tangan dia lecet." Aldi memekik saat melihat Ana ditarik paksa oleh Mia.

Ana tersipu malu, sedangkan Aldi sudah habis di cibir oleh keempat temannya.

Aksa terkekeh, Bryan menatap Aldi malas, sedangkan Farel dan Gilang melontarkan perkataan untuk Aldi.

"Najis, bucin!"

"Geli gue geli."

Aldi mengedikkan bahunya tidak peduli. "Iri bilang jomblo."

**

Vote yuk!

❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Where stories live. Discover now