Awal Mula

173 45 79
                                    

Suatu pagi di hari yang senin yang cerah, Aksa bersama para anggotanya sedang berkumpul di basecamp mereka sebelum berangkat ke sekolah masing-masing.

Sudah menjadi kebiasaan mereka seperti itu. Mereka akan berkumpul untuk sekadar pertemuan pagi, merokok, bermain game, dan yang lainnya, tetapi tidak untuk bolos karena Aksa melarangnya.

Aksa membebaskan mereka melakukan apa saja asal tidak menjadikan basecamp ini menjadi tempat bolos. Jika memang mereka tidak ingin bersekolah, Aksa menyarankan agar diam di rumah. Bukan berkeliaran apalagi melakukan hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Saat ini mereka semua sengaja memperlambat waktu agar terlambat datang ke sekolah karena, mereka semua enggan untuk mengikuti acara upacara bendera yang diadakan rutin setiap hari senin.

Mereka memilih dihukum karena datang terlambat dibandingkan harus mengikuti upacara. Padahal, jika di pikir-pikir mengikuti upacara lebih baik daripada harus dihukum.

"Bolos yuk!" ajak Bryan.

Farel menatap Bryan tajam. "Astagfirullah, ayo!"

Farel meringis saat merasakan sebuah benda yang mengenai kepalanya. Itu adalah perbuatannya Aldi, ia melempar bungkus rokok ke kepala Farel.

"Gimana mau pintar kalau pikiran lo semua cuma bolos," cibir Aldi kepada Bryan dan Farel namun, semua orang yang berada di sana terkekeh. Mereka merasa tersindir karena sebagian dari mereka memang menyukai bolos.

"Emangnya lo ke sekolah niat belajar?" tanya Gilang.

Aldi nyengir kemudian menggeleng. "Karena ada Ana makannya gue semangat."

"Idih! Bucin lo!!" serempak anak brave teenager mencibir Aldi habis-habisan.

"Masih mending gue Bucin terang-terangan. Daripada ketua kita, Bucin sembunyi-sembunyi." Aldi melempar pandangan kepada Aksa. Ucapannya barusan berhasil membuat temannya bertanya-tanya.

Aksa sendiri juga bingung, ia tidak mengerti maksud dari perkataan Aldi.

"Jadi, gini lho! Kalian semua tahu kan modelan ketua Brave Teenager itu kayak gimana? Satu kata, cuek. Apalagi sama cewek, tapi-" Aldi sengaja menggantung ucapannya agar mereka semua penasaran. "Kemarin gue ke rumahnya dan kalian tahu kenapa??"

"Kenapa? Ngomong yang jelas dong!!" desak Gilang. Sudah tidak sabar menunggu Aldi melanjutkan bicaranya.

Aldi menghela napasnya. Sedikit rasa takut saat melihat Aksa menatap tajam ke arahnya.

"Gue nggak ketemu sama Aksa, karena ART nya bilang dia lagi pergi sama Kayla." Aldi sengaja menekan kalimat terakhirnya agar mereka mendengar dengan jelas.

Semuanya terkejut. Mereka menatap Aksa tidak percaya.

"Demi apa lo?" tanya Rian. Kakak kelasnya itu awalnya tidak peduli.

"Demi Alek," jawab Aldi asal dengan mengangguk yakin.

Tidak hanya Rian. Farel dan Gilang juga tidak kalah heboh saat mengetahuinya. Di ibaratkan sebagian fans-nya, Farel dan Gilang begitu mengidolakan Kayla.

"Apaan, sih, lo?" tanya Aksa berusaha untuk tenang. Dalam hatinya terus mengumpat karena ulah Aldi yang sudah membuatnya merasa terpojok.

Teman-temannya terus mendesak. Mereka ingin Aksa mengklarifikasikan yang diucapkan Aldi benar atau tidak.

Pasalnya, yang mereka tahu Kayla adalah mantannya Genta. Pemimpin Brave Teenager sebelum Aksa menggantikannya.

Aksa membuang napasnya kasar. Ia melihat jam yang melingkar di tangannya berniat untuk mengalihkan pembicaraan.

"Udah jam segini. Upacara pasti udah selesai, ayo kita ke sekolah!" Aksa meraih jaketnya, memakainya, lalu pergi meninggalkan teman-temannya yang masih merasa penasaran.

Mau tidak mau yang lain mengikuti, mereka akan mengintrogasi Aksa di sekolah.

Setelah ditengah perjalanan mereka mulai berpencar menuju sekolahnya masing-masing karena anggota Brave Teenager tidak hanya dari satu sekolah.

Beruntung hari ini Pak Herman sedang izin tidak hadir ke sekolah, Aksa jadi tidak perlu melakukan banyak hal untuk masuk ke kelas dengan mudah. Tadi, Aksa hanya berurusan dengan Pak Satpam saja agar dia mau membukakan gerbang untuk dirinya dan teman-temannya.

Tentu saja itu hal yang mudah bagi Aksa. Dia cukup memberikan satu bungkus rokok serta satu lembar uang seratus ribu saja. Dengan begitu, gerbang sudah terbuka lebar membiarkan mereka semua masuk.

Saat berjalan menuju kelas dengan tidak sengaja Aksa menabrak Kayla yang baru saja keluar dari toilet. Mata mereka saling bertemu menatap satu sama lain dengan waktu yang cukup lama.

"Kata orang, cinta itu berawal dari mata turun ke hati," goda Bryan membuat Aksa maupun Kayla mengalihkan pandangannya.

Kayla hendak pergi sebelum teman-temannya Aksa menggodanya lagi. Ia mulai melangkahkan kakinya namun, saat itu juga Aksa ikut melangkahkan kakinya membuat mereka kembali bertemu.

Kayla ke arah kanan, Aksa pun ke arah kanan. Begitu pun sebaliknya sampai akhirnya, Aksa memutuskan untuk mengalah dan membiarkan Kayla jalan terlebih dahulu.

Teman-temannya yang melihat saja ikut bingun, mereka seperti sedang menonton adegan di FTV.

"Kalau di film-film kejadian kayak begitu biasanya pertemuan dua orang yang nantinya bakalan jatuh cinta," ucap Bryan yang di setujui teman-temannya.

Siapa yang sangka, Bryan yang notabenenya playboy kelas atas ternyata suka Juga menonton sinetron.

Aksa menatap jengah semua temannya. Malas menanggapi ucapan mereka yang menurutnya tidak berguna ia lebih memilih pergi.

"Kayaknya Aksa lebih cocok jadi CEO ninggalin orang deh, daripada jadi ketua. Lihat aja, setiap kita lagi ngomong pasti dia pergi," gerutu Gilang menatap kepergian Aksa yang semakin jauh.

**

*jangan lupa untuk Vote dan komen ya!! Terima kasih😍









❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang