Kembali

140 12 5
                                    

Bagaikan petir di siang hari, saat ini Aksa benar-benar sedang dalam keadaan kacau saat mendengar kabar buruk tentang Kayla.

Sungguh, Aksa akan menghabisi nyawa Bryan karena sudah berani-beraninya mengatakan bahwa Kayla sudah tidak ada.

"TINN!! TINN!!"

"TINN!! TINN!!

Suara klakson motor maupun mobil saling bersaut-sautan. Para pengendara lain merasa geram sekaligus was-was kala melihat sebuah mobil sport berjalan dengan sangat kencang dan sedikit ugal-ugalan.

Mobil sport berwarna hitam itu tak lain adalah mobil milik Aksa, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak peduli jika yang dilakukannya saat ini bisa membahayakan dirinya dan juga orang lain.

"NGGAK!! INI NGGAK MUNGKIN!! LO HARUS BERTAHAN, KAY! LO NGGAK BOLEH NINGGALIN GUE!!"

Sepanjang perjalanan Aksa tidak berhenti berbicara, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa setelah ini akan baik-baik saja, tetapi ucapan Bryan di telepon terus berputar-putar di kepalanya membuat ia merasa semakin tidak tenang.

"CALVIN, SIALAN!!" Aksa memukul stir mobilnya dengan sepenuh tenaganya. Menyalurkan segala amarahnya.

"TINN!! TINN!!"

"WOI, MAS, HATI-HATI KALO BAWA MOBIL!!"

"GILA TUH ORANG!!"

"NYARI MATI KALI YA!!"

Terdengar sumpah serapan dari beberapa orang sekitar, namun Aksa mengabaikannya bahkan semakin menjadi.

"Persetan sama keselamatan gue! Gue lebih peduli keselamatan lo, Kay!!" Aksa semakin menggila. Setiap kali menyebut nama Kayla, dia semakin mempercepat laju mobilnya.

Sedangkan Gilang dan Farel sama-sama kompak berdoa, mereka meminta perlindungan pada Tuhan agar Aksa di selamatkan selama di perjalanan.

Sungguh. Melihat mobil Aksa melaju dengan sangat kencang membuat Gilang dan Farel seketika senam jantung.

Ini memang bukan kali pertama mereka melihat Aksa membawa mobil dengan kecepatan tinggi, tentu saja mereka sering melihatnya karena Aksa itu sangat hobi balapan. Tetapi, ini pertama kalinya mereka melihat Aksa mengendarai mobil seperti orang yang sedang kesetanan.

"Astagfirullah, Astagfirullah," ucap Gilang panik ketika melihat mobil Aksa semakin hilang kendali.

"Allahumma laka sumtu—"

Plak!

Dengan reflek Gilang menoyor kepala Farel.

"Salah server, bego!!" Kesal Gilang karena Farel salah membaca doa.

Farel meringis memegangi kepalanya. "Sakit, Lang, jahat banget sih, lo, sama gue."

"Bodo amat! Bego lo pelihara," Kesal Gilang.

Mengabaikan Farel yang masih sibuk berbicara, Gilang lebih memilih fokus mengejar mobil Aksa yang semakin lama semakin menjauh.

*****

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Aksa sampai di rumah sakit ia pun langsung memarkirkan mobilnya asal dan langsung masuk ke dalam dengan sangat tergesa-gesa.

Tidak Mempedulikan banyak pasang mata yang tertuju padanya, Aksa semakin mempercepat langkahnya agar segera sampai di ruangan ICU.

BRAK!! Aksa membuka sekaligus mendorong kasar pintu ruangan tersebut.

"KAYLA?!!"

Aksa terduduk lemas di lantai kala melihat sebuah pemandangan di hadapannya saat ini.

Kosong.

Sebuah ranjang yang beberapa jam lalu masih di tiduri oleh Kayla kini telah kosong.

Tidak ada Kayla di sana. Mungkinkah Kayla sudah di pindahkan ke ruang jenazah??

Tidak! Tidak! Aksa berusaha menepis pikiran buruk itu dari pikirannya.

Ia merenung. Memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya jika orang yang dicintainya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Mana Kayla??!" tanya Aksa pada seorang suster di sana.

Suster itu sedikit terkejut dan juga takut karena Aksa bertanya layaknya mengajak orang bertengkar.

"Pasien atas nama Kayla sudah kami pin—"

Suster itu belum sempat menyelesaikan pembicaranya, tetapi Aksa sudah keluar dari ruangan tersebut terlebih dahulu.

Kamar jenazah. Hanya tempat itu yang saat ini menjadi tujuan Aksa.

Bola mata Aksa mulai memanas saat sampai di tempat tujuannya. Tidak sanggup melihat banyaknya jenazah yang tubuhnya sudah tertutup rapat.

Aksa benar-benar tidak sanggup, kakinya bahkan tidak kuat untuk melangkah maju. Ia stuck di tempat.

"Lo nggak mungkin ninggalin gue kan, Kay??"

"Lo nggak boleh pergi! Gue sayang sama lo."

"Gue udah janji buat jagain lo, jadi gue mohon lo bangun sekarang."

Memori saat bersama Kayla tiba-tiba muncul di pikirannya membuat Aksa semakin tak kuasa menahan perasaannya saat ini.

Sakit, sedih, kecewa, marah, bercampur menjadi satu.

Setelah dirinya susah payah menahan agar tidak menangis, kini air matanya justru berhasil mendarat bebas di pipinya.

Aksa menangis. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Kayla. Ia merasa menyesal karena belum sempat menyatakan perasaannya kepada seorang perempuan yang sudah berhasil mengambil hatinya.

Andaikan teman-temannya berada di sini, sudah pasti Aksa akan habis di cibir oleh mereka karena sudah menangis.

Biarlah. Jika memang benar Aksa tidak akan mempedulikan tentang hal itu. Saat ini Aksa hanya memikirkan bagaimana caranya agar Kayla dapat kembali.

"Lo jahat, Kay, kenapa lo ninggalin gue?!" Aksa mengepalkan tangannya erat.

Aksa hanya terdiam kaku di tempatnya. Tidak bergerak maju ataupun mundur sedikit pun. Seluruh tenaganya mendadak menghilang.

"Aksa??"

Aksa sontak terpaku kala mendengar namanya di sebut oleh seseorang di belakangnya, rasanya tidak asing kala mendengar suara lembut itu.

Suara itu....

"K-kayla??"

*****

TO BE CONTINUED...

VOTE DAN KOMEN DULU YUKS!


❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Where stories live. Discover now