di teror?

96 8 2
                                    

"Segitu kangen nya ya, lo sama Genta sampai lo kepikiran dan hampir aja ketabrak sama mobil." Aksa fokus mengendarai mobilnya, kejadian barusan membuatnya panik sekaligus kecewa.

Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam mobil untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah Kayla setelah kejadian yang hampir saja membuat Kayla terluka.

Ya, Kayla selamat. Beruntung karena Aksa cepat datang dan mendorong Kayla ke tepi jalan untuk menjauhi mobil yang hilang kendali itu. Hanya saja Kayla sedikit terluka karena terjatuh ke jalanan saat Aksa mendorongnya.

"Tapi-"

"Tapi apa?" tanya Aksa memotong pembicaraan Kayla. "Lo mau bilang kalo lo emang beneran liat Genta, kan?"

Aksa merasa kecewa, ia berpikir bahwa Kayla masih memiliki rasa yang amat dalam kepada Genta hingga terus memikirkan nya  bahkan di saat dia sedang bersamanya.

Kayla menghembuskan napasnya secara kasar. "Tapi gue beneran nggak salah liat, gue yakin kalo yang tadi itu emang beneran Genta." Kayla terus berusaha menyakinkan Aksa bahwa ia tidak halusinasi.

"Gue kira lo udah sepenuhnya ngelupain Genta dan beneran mau serius sama gue," ujar Aksa dengan nada yang sangat kecewa.

"Tapi ternyata gue salah, lo cuma jadiin gue pelampiasan di saat lo belum bisa ngelupain masa lalu lo," sambungnya.

Kayla yang mendengar ucapan Aksa barusan pun seketika membuka matanya dengan sempurna. "Maksud lo? Gue nggak nyangka ya, ternyata pikiran lo ke gue itu buruk banget."

Suasana di dalam mobil Aksa mulai memanas, mereka berdua sudah terbawa oleh emosinya masing-masing.

"Gue nggak bermaksud kayak gitu, Kay." Aksa jadi merasa bersalah.

"Nggak kayak gitu gimana? Udah jelas lo berpikiran yang nggak-nggak ke gue," ujar Kayla sedikit merasa tersinggung oleh perkataan Aksa.

"Stop di sini! Gue mau turun." Tiba-tiba saja Kayla hendak bersiap untuk turun, ia mengemasi barang-barangnya yang berada di mobil Aksa.

"Apaan, sih, Kay? Gue nggak mau," ujar Aksa menolak permintaan Kayla untuk berhenti dan menurunkannya.

"Lo nggak denger? Gue bilang berhenti!!"

" Berhenti Aksa!!!"

  
                            *******

"Lho, non Kayla sejak kapan ada di sini?"  tanya bi Mira kebingungan. Hampir saja dua cangkir teh hangat yang sedang di bawa nya jatuh karena terkejut tiba-tiba ada Kayla di belakangnya.

"Aku baru sampai, Bi," jawab Kayla sembari tersenyum ramah kepada Bi Mira.

"Ya ampun, Bibi kangen banget sama non Kayla," Pekik Bi Mira kegirangan.

"Iya, Bi, Kayla juga kangen banget sama Bibi, oh iya Mamah udah pulang belum, ya?"

Tiba-tiba saja Bi Mira menarik napasnya dalam-dalam saat mendengar pertanyaan dari Kayla. Dia pun mengajak Kayla duduk terlebih dahulu.

"Ada yang mau Bibi ceritain ke Non Kayla," ujar Bi Mira serius membuat Kayla begitu penasaran.

"Bibi mau cerita apa?" tanya Kayla yang sudah sangat antusias untuk mendengarkan cerita dari Bi Mira.

"Jadi gini Non ceritanya, saat ini kondisi di rumah ini tuh lagi nggak aman. Kita semua yang berada di rumah ini lagi di teror." Mata Bi Mira menelusuri setiap sudut di rumah, ia menjaga-jaga jika Arlin tiba-tiba datang.

"Di teror kayak gimana Bi maksudnya?" tanya Kayla masih belum mengerti.

"Iya, Non, jadi tuh rumah ini lagi di teror sama penjahat, tapi anehnya peneror itu nggak melukai siapa-siapa kecuali Ibu. Bibi juga nggak tau kenapa, tapi yang Bibi tau ini semua ada hubungannya sama Tante nya, Non Kayla yang ada di luar negeri itu. Bahkan Bibi dengar sewaktu Ibu dan Non Karin di Singapura pun di teror sampai Ibu terluka dan masuk rumah sakit.

"Jujur, Bibi takut buat bilang ini ke Non Kayla karena Ibu melarang untuk tidak cerita masalah ini ke Non Kayla, tetapi Bibi rasa ini udah parah dan Non Kayla harus tau."

Seketika perasaan Kayla seperti tercampur aduk, ia bahkan tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya sendiri saat ini.

"Cukup!!!"

Baik Bi Mira maupun Kayla tersentak, mereka terkejut karena telat menyadari kedatangan Arlin.

"I-ibu??"

"Udah berapa kali saya bilang ke kamu, jangan pernah kamu menceritakan masalah ini ke Kayla!!"

Arlin mendengar semuanya, ia murka kepada Bi Mira karena sudah menceritakan masalahnya kepada Kayla.

"Apa alasan Mamah buat nutupin ini semua sama aku?" tanya Kayla dengan nada sedikit tinggi.

"Jawab, Mah!!"

Arlin Menghembuskan napasnya pelan. "Karena Mamah rasa kamu nggak perlu tau ini semua."

"Tapi kenapa, Mah? Aku ini anak Mamah. Kenapa justru Karin yang lebih tau tentang masalah Mamah?! Emang bener ya, aku itu nggak penting buat Mamah. Sebenarnya anak Mamah itu aku atau Karin, sih, Mah??"

"Cukup, Kayla! Mamah nggak mau dengar pertanyaan yang nggak penting dari mulut kamu."

Emosi Arlin semakin menjadi, ia bahkan bebicara sembari menunjuk ke wajah Kayla.

Kayla tertawa remeh mendengarnya. "Nggak penting Mamah bilang? Udah jelas-jelas semua ini penting buat aku, Mah! Aku berhak tau karena aku anak Mamah. Dan satu lagi, kenapa Mamah begitu mati-matian ngebelain Tante Arin? Yang Kayla tau Tante Arin itu lagi sakit, kan? Kenapa, sih, dia nggak sekalian mati aja biar nggak nge-ganggu Mamah terus-terusan.

"Kalo bisa sekalian dia ajak anaknya juga. Nggak Mamahnya, nggak anaknya, hobinya nyusahin keluarga kita aja!!"

"Plak!"

Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Kayla. Arlin benar-benar murka, dia bahkan tidak memikirkan bahwa Kayla bisa terluka karenanya.

Ntah mengapa, Arlin merasa bahwa perkataan Kayla kali ini sudah sangat keterlaluan.

"Tante Arin sama Karin juga keluarga kita, Kayla!!"

Seperti ada sesuatu yang ingin Arin sampaikan kepada Kayla, tetapi ia tidak bisa karena merasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk Kayla mengetahui semuanya.

Kayla pun meneteskan air matanya. Ini memang bukan pertama kali Arlin menampar-nya, tetapi Kayla rasa ini adalah tamparan yang paling menyakitkan untuknya.

"Aku benci sama Mamah!!"

   

                           *******

To be continued.......

Jangan lupa vote dan komen yuks!😘😘





❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Where stories live. Discover now