Karin Datang

219 114 60
                                    

Saat ini Kayla sedang bersantai di ruang tv sambil membaca cerita di sebuah novel miliknya.

Sesekali Kayla meminum susu coklat serta memakan beberapa cemilan yang sudah dia siapkan sebelumnya. Malam ini Kayla tidak berniat keluar rumah karena perasaannya sedang gelisah memikirkan kabar Genta yang semakin hari semakin menghilang.

Biasanya, sesibuk-sibuknya Genta pasti dia akan mengabari Kayla walaupun hanya sekedar memberikan sebuah pesan singkat. Tetapi sudah tiga hari belakangan ini Genta tidak memberi Kayla kabar sama sekali, beberapa pesan yang Kayla kirimkan untuknya juga tidak  kunjung di balas.

Walaupun begitu Kayla tetap mencoba berpikir positif, siapa tahu Genta memang sedang sibuk dengan kuliahnya di sana.

Kayla berdecak sebal saat mendengar bel rumahnya berbunyi. "Mba, tolong bukain pintunya!"

"Iya, Non."

Tidak butuh waktu lama, asisten rumah tangganya yang bernama 'Mira' itu berlari ke depan untuk membukakan pintu.

Suara langkah kaki terdengar begitu jelas di telinga Kayla. Dengan begitu, Kayla tidak merasa terusik sama sekali. Dia tetap fokus pada novel yang sedang dibaca nya.

"Kayla," panggil Arlin, mamanya yang baru pulang.

"Hmm," jawab Kayla tanpa menoleh.

"Ini ada Karin, kamu ajak dia ke kamarnya, gih!" perintah Arlin namun tidak mendapatkan jawaban dari Kayla.

"KAYLA!" Arlin mulai emosi saat melihat Kayla tampak acuh dengan kedatangannya.

Kayla menatap mamanya dingin, setelah itu pandangannya beralih ke arah Karin yang berada di samping mamanya berdiri.

"Ck!" Kayla berdecak kesal, ia menutup novel nya, menaruhnya, lalu menurunkan kakinya yang sedang berada di atas meja.

"Cepat kamu antar Karin ke kamarnya!" perintah Arlin yang kedua kalinya.

Kayla bangun dari duduknya, ia menghampiri Arlin dan Karin yang masih berdiri di hadapannya.

"Lo tahu seluruh letak ruangan di rumah ini, kan? Kayla memutar bola matanya malas saat melihat wajah Karin. "Lo juga tahu letak kamar lo di mana? Kalau begitu silahkan lo jalan sendiri!"

Kayla beranjak pergi ke kamarnya setelah mengatakan itu kepada Karin. Tidak lupa juga dia mengambil novel nya yang ia taruh di atas meja.

Arlin menatap kepergian anaknya dengan kesal. Anak itu memang selalu berhasil membuatnya menjadi emosi.

"Maafin Kayla,ya!" Arlin memegang pundak Karin, ia merasa bersalah karena keponakannya tidak disambut dengan baik oleh anaknya.

"I-iya, Tan, gak apa-apa,"jawab karin dengan menunduk.

"Ya sudah kalau begitu biar Tante yang antar kamu ke kamar." Karin mengangguk patuh lalu mulai berjalan mengikuti langkah tantenya.

**

Aksa berjalan menuruni anak tangga di rumahnya. Dia sudah bersiap ingin keluar bersama teman-temannya malam ini. Langkahnya terhenti saat mendengar suara yang memanggil namanya.

"Abang." Aksa menoleh, ia mendapati Adiknya yang sedang berdiri dibelakangnya.

"Alma? Kamu ngapain?"

Alih-alih menjawab, gadis berusia 5 tahun itu malah balik bertanya. "Abang sendiri mau ngapain?"

"Mau main. Kamu masuk sana! Nanti bunda nyariin."

"Alma boleh ikut main gak?" tanya Alma memasang wajah melas.

"Gak boleh, Al! Alma itu masih kecil. Anak kecil gak boleh main kalau udah malam. Ayo sekarang kamu masuk!"

Alma menggeleng. "Gak mau. Alma mau ikut, Abang," rangek Alma manja.

"Al! Masuk!"

Aksa mulai merasa sedikit waspada saat melihat mata adiknya yang sudah mulai berkaca-kaca. Bukannya apa, Aksa hanya malas mendengar suara tangisan adiknya yang mampu mengumpulkan satu RT ke dalam rumahnya.

"Bunda......" Alma melirih memanggil bundanya, "Huwaaaa, Bunda..... Abang Aksa galak!"

Aksa memutar bola matanya malas saat suara tangisan serta teriakan lolos dari mulut adiknya, ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya agar sama dengan adiknya.

"Jangan nangis, Al!" Aksa mencoba menenangkan adiknya sebelum Kania datang dan memarahi nya namun, semakin di tenangkan Alma justru semakin mengeraskan tangisannya membuat Aksa mengacak rambutnya frustasi.

Tidak butuh waktu lama, suara langkah kaki mulai terdengar. Aksa sangat yakin jika sebentar lagi, Kania akan datang untuk menjadi pahlawan Alma.

"Alma.... Kamu kenapa sayang?" Alma berlari, ia mengumpat di belakang Arlin.

"Abang Aksa galak, Bun," aduh Alma dengan menunjuk Aksa.

"Aksa! Kamu apain adik kamu?" tanya Kania menatap Aksa tajam.

"Aksa mau main, Bun. Masa Alma mau ikut," jawab Aksa santai.

"Kenapa gak kamu ajak?" Aksa memutar bola matanya sempurna saat mendengar pertanyaan Kania. Apa jadinya jika Aksa Delvin Anggara seorang ketua Brave Teenager datang ke Basecamp membawa adiknya.

"Alma itu kesepian, dia mau main sama Abangnya," sambung Kania.

Aksa terkekeh pelan. "Kalau begitu, Bunda bikin adik aja lagi biar Alma gak kesepian."

Sekarang gantian Aksa yang membuat Kania membulatkan matanya sempurna. Kania menatap Aksa tajam seolah sudah siap untuk menerkamnya.

"Hehe..... Bercanda, Bun." Aksa mencium kening bundanya, setelah itu ia beralih mencium kening adiknya.

"Besok kita main," ujar Aksa mengelus lembut rambut adiknya.

Mata Alma berbinar, tidak sabar menunggu hari esok dan bermain dengan Aksa.

"Jangan pulang larut malam!"

"Iya enggak, Bun. Paling pagi."

**

Tinggal vote apa susahnya😜





❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora