Pertengkaran

187 69 64
                                    

Kayla baru saja keluar dari sebuah rumah makan dengan menenteng kantong plastik yang berisi makanan untuknya, sebenarnya Kayla bisa saja memesan makanan secara online tanpa harus ke luar rumah seperti ini tetapi, Kayla merasa bosan sendirian di apartemen karena kedua sahabatnya sedang sekolah.

Kayla mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali matanya menelusuri toko-toko yang berada di pinggir jalan. Kayla memikirkan apa lagi yang ingin dibelinya.

Karena tidak mau makanannya berubah menjadi dingin karena terlalu lama, Kayla pun memilih untuk pulang saja.

Setelah memastikan mobilnya sudah terparkir rapih, Kayla berjalan menuju lift, ia menekan angka di mana letak apartemen sahabatnya berada.

Pintu lift sudah terbuka, hanya butuh beberapa langkah saja Kayla sudah berada di depan apartemennya.

Kayla mulai membuka pintu dengan perlahan, setelah menutup pintunya kembali, Kayla berbalik, ia terkejut karena langsung mendapatkan sebuah tamparan.

"Bagus, ya!! Udah jarang pulang ke rumah, suka bolos sekolah lagi!!"

Kayla masih terkejut, ia hanya diam memegangi pipinya yang habis di tampar Mamahnya.

"Mau jadi apa kamu??!!" suara Arlin terdengar begitu nyaring.

Kayla masih terdiam, matanya menatap satu persatu orang yang berada di hadapannya.

Arlin menatap Kayla dengan penuh amarah, sedangkan kedua sahabatnya dan sepupunya menatap Kayla dengan kasihan.

"MAMAH TANYA KAMU MAU JADI APA, KAYLA?" Arlin mengulangi pertanyaannya, kali ini nada bicaranya mulai tinggi.

Plak.

Arlin kembali menampar Kayla sampai ia terjatuh ke lantai. Makanan yang sedari tadi di pegangnya pun ikut terjatuh karena tamparan juga dorongan Arlin yang begitu keras.

Ana dan Mia tidak bisa tinggal diam, mereka berdua membantu Kayla untuk berdiri.

"Tante cukup! kasihan Kayla." Karin menahan tangan Arlin yang ingin menghampiri Kayla.

"Kamu diam, Sayang, ini semua tante lakukan untuk kebaikan sepupu kamu,"ujar Arlin lembut, sangat berbanding saat dia berbicara dengan Kayla.

Sesak. Kayla merasa dadanya sesak. Mamahnya bisa lembut kepada Karin tapi tidak kepada dirinya.

Arlin melepaskan tangan Karin yang mencoba mencekalnya, setelah itu Arlin berjalan mendekati Kayla.

"Apa, Mah? Mau tampar Kayla lagi? AYO TAMPAR, MAH!!" Kayla menghapus air matanya, ia mendekatkan pipinya pada Arlin.

Ana dan Mia menutup matanya, mereka tidak tega melihat Arlin yang ingin menampar Kayla lagi.

"Tante cukup!!!" teriak Karin yang membuat tangan Arlin menggantung di udara.

Arlin menurunkan tangannya, ia tidak menjadi menampar Kayla.

"Maaf, tante, bukannya kita mau ikut campur, kita gak mau ada keributan di apartemen kita jadi, lebih baik tante pulang," ucap Mia memberanikan diri.

"Yang dibilang mereka benar, Tan, lebih baik kita pulang. Lagi pula kasihan Kayla," sambar Karin membela Mia.

Arlin menghela napasnya setelah itu, dia menarik kasar tangan Kayla. "Ayo kita pulang!!"

"Gak, Mah, Kayla gak mau!!" Kayla meronta meminta tangannya agar dilepas.

Arlin tidak mau kalah, dia mencengkram erat tangan Kayla.
"Mamah gak suka di bantah!! Ayo kita pulang ke rumah!!"

Kayla terkekeh mendengar ucapan Arlin. "Rumah?? Kayla rasa Kayla gak punya rumah! Setahu Kayla rumah itu tempat ternyaman tuan rumahnya. Sebagian orang mungkin mengatakan bahwa rumahnya adalah surganya, tapi gak buat Kayla! Bagi Kayla di rumah itu kayak di neraka!!"

Arlin emosi mendengarnya, ia menatap Kayla dengan tatapan yang sangat mengerikan.

"Maksud kamu apa? Kamu gak mau pulang lagi? Oke kalau gitu, mulai saat ini jangan pernah menginjakkan kaki kamu di rumah!!"

Kayla tertawa sumbang. "Itu lebih baik buat Kayla."

Arlin murka mendengar tanggapan Kayla. Lagi dan lagi dengan sangat tega nya, Arlin mendorong keras hingga tubuh Kayla terbentur pada dinding.

"Astaga!Kayla!!" Ana dan Mia memekik, mereka terkejut akan perlakuan Arlin yang begitu tega dengan anaknya sendiri.

Semuanya panik, mereka berjalan menghampiri Kayla yang sudah terlihat sangat lemah sedangkan,
Arlin hanya mematung di tempat. Ada perasaan bersalah saat ia melakukan kekerasan pada Kayla.

"Kay, lo gak kenapa-kenapa, kan?" tanya Ana cemas yang hanya di jawab oleh senyuman paksa oleh Kayla.

"Kamu baik-baik aja, Kay?" tanya Karin sembari membantu Kayla untuk berdiri.

Dengan kasar Kayla menepis tangan Karin. "Gak usah sok baik sama gue!"

"Aku cuma mau bantu kamu, Kay," lirih Karin.

"Gue gak butuh bantuan lo!!" Karin menunduk saat Kayla membentaknya.

Dengan berat hati, Arlin melangkah mendekat pada Kayla. "Jadi, kamu gak mau pulang?" tanya Arlin dengan nada yang lembut.

Kayla memalingkan wajahnya, ia enggan menatap Mamahnya yang terlihat tidak bersalah sama sekali atas perbuatnya barusan.

"Gak mau! Mamah pulang aja! Sekalian ajak anak kesayangan Mamah pergi dari sini!!"

Arlin terkekeh mendengarnya, ia merasa lelah.

"Ayo, Kar, kita pulang!" ajak Arlin pada Karin.

Karin mengangguk patuh, ia tahu betul bahwa keberadaannya sangat tidak diinginkan oleh Kayla.

Air mata Kayla jatuh bersamaan dengan kepergian Mamahnya. Kayla benar-benar sudah lelah dengan ini semua.

"Sebenarnya anak Mamah itu Kayla atau Karin, sih, mah," lirih Kayla sambil terisak pelan.

**

Vote dulu yuk, jangan lupa komen😍




❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang