Kayla Diculik

123 11 9
                                    

Karena merasa bosan akhirnya, kayla memilih untuk menonton tv walaupun dia tahu jam segini tidak ada acara tv yang dia sukai, sudah hampir satu jam Kayla menunggu kedatangan Calvin yang entah pergi ke mana.

Meskipun tv menyala tetapi Kayla tidak menontonnya, dia melakukan itu hanya agar tidak merasa kesepian.

Saat ini Kayla sedang merutuki dirinya sendiri, dia menyesal karena pergi tanpa pamit kepada kedua sahabatnya terlebih dahulu.

Dia sangat yakin bahwa Ana dan Mia sedang mencemaskan dirinya. Kayla merasa bersalah, dia juga kesal karena sedari tadi ponselnya tidak berhasil ditemukan.

Tadi siang, Kayla sedang menunggu Ana dan Mia di parkiran sekolah karena mereka masih ada urusan di dalam, sedangkan Kayla memilih menunggu di parkiran saja.

Tetapi tidak tahu dari mana, tiba-tiba Calvin datang dan memintanya agar Kayla ikut bersamanya.

Calvin bilang bahwa dirinya ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting. Kayla sudah menolaknya, tetapi Calvin terus memohon membuat Kayla tidak tega untuk menolaknya.

Dia bilang hanya sebentar, makannya Kayla tidak berniat untuk memberi kabar kepada kedua sahabatnya itu.

Sebelumnya Calvin sempat memberi sebuah minuman kepada Kayla, sampai akhirnya rasa kantuk datang menyerang dirinya. Kayla pun tertidur sepanjang perjalanan, saat sadar ternyata dirinya sudah berada di sebuah hotel.

"Kok perasaan gue tiba-tiba nggak enak ya," gumam Kayla. Dia mencoba membuang pikiran-pikiran buruk yang hinggap di pikirannya.

"Calvin?" Kayla memekik kegirangan saat pintu terbuka dan menampilkan Calvin di sana.

Dia langsung berjalan mendekat pada Calvin. "Lo dari mana aja? Kenapa juga kita ke sini?" tanya Kayla menuntut.

Tetapi anehnya Calvin hanya memasang raut wajah datar, Kayla sendiri baru pertama kali melihat Calvin seperti ini. Calvin bahkan hanya diam saja, sangat berbeda dari sebelumnya yang selalu ceria dan humble.

"Gue abis keluar sebentar," jawab Calvin lalu masuk ke dalam.

"Gue boleh pinjem hape lo? Gue mau telepon teman gue dulu."

Tanpa berpikir terlebih dahulu, Calvin langsung memberikan ponselnya kepada Kayla.

Kayla langsung menekan tombol telepon, untung saja dia hafal nomor  kedua sahabatnya.

Saat Kayla ingin menekan tombol hijau tiba-tiba Calvin menepis ponselnya kasar hingga terjatuh ke lantai. Hal itu langsung membuat Kayla terperanjat.

"Sayangnya gue nggak akan ngizinin lo telepon mereka," ujar Calvin.

Kayla mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Ya, karena gue nggak mau," jawab Calvin sembari menginjak ponselnya dengan sengaja.

"Maksud lo apaan, sih? Lo kenapa?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Kayla, Calvin malah tertawa membuat Kayla menjadi takut. Tawanya terdengar begitu mengerikan.

Kayla mundur beberapa langkah, perasaannya mendadak tidak enak.

"Mau ke mana? Lo nggak akan bisa keluar dari sini." Calvin ikut maju, tidak akan membiarkan Kayla menghindarinya.

Tubuh Kayla sudah menabrak pintu, tangannya berusaha untuk membuka pintu.

Sial!

Pintunya tidak bisa terbuka, sedangkan Calvin semakin dekat dengan dirinya.

"Lo kenapa, sih, Vin?" tanya Kayla panik.

Calvin menarik tangan Kayla dengan kasar, dia bahkan mendorongnya hingga Kayla terjatuh di lantai.

"Argh! Sakit, Vin," Kayla meringis kala kepalanya terbentur pada lantai.

"Bangun!!"

Dengan sangat tega Calvin menendang Kayla yang masih bersimpuh pada lantai. Kayla terus meringis merasakan tubuhnya yang mulai sakit, sedangkan Calvin semakin menggila dan tidak mendengarkan keluhan-keluhan yang keluar dari mulut Kayla.

"cukup, Vin!! Gue mohon!! Sebenarnya lo kenapa? Apa salah gue sampai lo tega ngelakuin ini sama gue." Kayla sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya, air matanya terjun bebas membasahi pipinya.

"Salah lo karena udah jadi bagian dari mereka! Lo nggak usah salahin gue, seharusnya lo salahin diri lo karena udah terlalu bodoh." Calvin berjongkok, dia menghapus air mata Kayla yang semakin deras.

"Salah lo kenapa lebih percaya sama gue dibandingkan sama Aksa yang udah ngingetin lo berkali-kali kalau gue ini bukan orang baik. Padahal, Aksa benar lho! Gue ini emang bukan orang baik, dan sekarang gue akan melakukan hal yang nggak baik sama lo."

Calvin kembali tertawa, tanganya masih berada di pipi Kayla.
Setelah mengumpulkan keberanian nya, Kayla menepis tangan Calvin agar menyingkir dari pipinya, hal itu membuat Calvin semakin marah kepada Kayla.

Plak!

"Jangan coba-coba ngelawan gue, atau gue habisin lo saat ini juga!!"

Suasana di ruangan ini terasa begitu menyeramkan. Sepertinya Calvin tidak akan main-main dengan ucapanya. Cepat atau lambat, dia akan terus menyiksa Kayla.

"Gue mohon, Vin!! Kalau gue ada salah sama lo, kita bisa bicarakan baik-baik. Nggak perlu pakai kekerasan kayak gini," ucap Kayla di sela isakannya.

"Tapi gue nggak mau pakai cara baik-baik gimana dong??"

"Tapi nggak gini juga caranya, Vin."

Dalam hati Kayla terus berdoa agar dirinya diberi keselamatan dan Calvin mau berbaik hati melepaskannya.

Dia benar-benar tidak sanggup jika harus mendapatkan kekerasan terus-menerus dari orang-orang terdekatnya.

"Utang nyawa di bayar dengan nyawa!!"

****
Otak lagi bisa diajak kompromi, makanya up dua kali hehe.

Jangan lupa Vote dan komen ya!!❤














❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Where stories live. Discover now