1

87.7K 4.3K 116
                                    

Ara!" panggil laki-laki berjalan mendekati Ara yang duduk di bangku taman sendirian.

Ara menoleh. "Bara?"

Dia Bara, pacar dari Ara.

"Kenapa di sini nggak bilang?! lo mau ngehindar dari gue?!" Matanya menatap tajam.

Ara menggeleng pelan, ia tatap mata Bara. Seperti biasa, Bara selalu marah terhadap hal-hal kecil.

"Aku bosen di kelas," jawab Ara pelan.

"Gue pusing nyari lo!" ucapnya datar dengan tangan terlipat di dada.

Ara menunduk, tidak berani menatap mata tajam Bara.

"Maaf Bara," jawabnya masih dengan suara pelan.

Bara menghembuskan napas kasar, ia meraih tangan Ara dan berjalan tanpa mengatakan apa pun. Ara sedikit kesusahan menyamakan langkah Bara yang sedikit terburu-buru.

"Bara pelan-pelan, kita mau kemana?"

Bara menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang.

"lo belum makan kan?! jadi nggak usah banyak tanya!" Bara melanjutkan langkahnya ke kantin.

"Tunggu di sini." Ara menurut.

Tak lama Bara membawa mangkuk dan satu gelas jus alpukat. Asap dari isi mangkuk yang mengepul tercium di hidung Ara. Aroma sedap membuat cacing-cacing di perut Ara demo. Bara meletakannya di depan Ara.

Melihat hanya ada satu mangkuk mie, Ara bertanya. "Bara nggak makan?"

"Udah."

Singkat, padat dan jelas. Ara tidak mau bertanya lebih. Ia memilih menikmati makanan dengan lahap.

Bara yang tadinya memainkan ponselnya berhenti, ia meraih tisu dan membersihkan ujung bibir Ara yang belepotan. "Lo kalo makan yang cantik! gue liatnya risih!"

Ara sedikit gugup, ia tersipu hanya dengan perhatian kecil yang diberikan Bara, meski selalu ada kata-kata yang menyentil hatinya.

Melihat Ara yang hanya diam, tidak melanjutkan makan, Bara mengernyit, ia menduga-duga apakah gadis itu tersinggung dengan ucapanya.

"Mau gue suapin?" Nadanya berubah jadi lembut.

Ara gelagapan, wajahnya mendongak menghadap Bara. "Eh iya, nggak usah," ucapnya terdengar aneh di telinga.

Tak sengaja mata Ara menatap teman sekelas Bara menuju ke sini, Ara tidak tau nama keduanya. Mereka tidak kalah tampan dari Bara, hanya saja Bara dengan sifat pemarahnya membuatnya jarang tersenyum. Penampilanya yang selalu rapi membuat orang mengira Bara cowok kalem.

"Hey Bar, boleh duduk sini?" ucap salah satu teman Bara, seragamnya tidak dimasukkan serta rambut acak-acakan, beda dengan teman sebelahnya.

"Terserah lo." ucap Bara tidak mengalihkan pandanganya dari ponsel.

Cowok tadi duduk di depan Ara. Sedangkan teman satunya lagi duduk di sebelanya.

"Gue liat dari kemaren lo sering berduaan sama nih cewek, pacar lo Bar?" Cowok di depanya menatap Ara dari tadi.

Bara menghentikan main ponsel, ditatapnya Ara dengan Brian secara bergantian. "Bukan."

Deg ..

Ara dan Bara saling menatap cukup lama. "Dia sepupu gue," ucap Bara dengan nada dingin.

"Bagus deh."

"Kenapa?" Bara menaikan sebelah alisnya.

"Nggak papa."

ANANDITASWARA [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora