48

65.2K 2.8K 35
                                    

Rasanya Bara ingin mencekik leher Gavin sekarang juga, tapi itu tidak mungkin ia lakukan. Bisa-bisanya Gavin tiduran di pangkuan Liana, sementara ia disuruh untuk menandatangani tumpukan berkas-berkas kantor. Papanya memang tidak manusiawi.

Bara meletakan berkas-berkas tersebut dengan kasar di meja. Hal itu mampu mengalihkan atensi Gavin dan Liana.

"Bara! jangan  buat terkejut mamamu!" Bara berdecak sebal, harusnya ia yang marah.

"Sudah."

"Yasudah kamu boleh pergi."

Apa papanya ini tidak tau terimakasih atau bagaimana?

"Jahat sekali kamu Gavin menyuruh Bara untuk menandatangani ini semua."

"Aku hanya ingin punya banyak waktu bersamamu tanpa melibatkan pekerjaan."

"Kamu pikir Bara tidak? Bara juga sedang menghabiskan waktu bersama Ara, dan kamu malah suruh Bara ngerjain ini semua."

"Iya ma, dan gara-gara papa, Bara sampe ngebentak Ara. Sekarang Bara nyesel udah bentak Ara."

"Keterlaluan kamu Gavin!"

"Iya ma, papa bener-bener keterlaluan."

Gavin menatap tajam Bara, Bara menambah situasi semakin memanas saja.

"Ayo kita ke kamar saja."

"Nggak mau! aku belum selesai nonton filmnya."

"Kita nonton di kamar saja."

"Aku mau disini!"

"Ck! keras kepala." Gavin mengangkat tubuh Liana ala bridal style.

"Turin aku Gavin!" Gavin tidak menggubris, ia tetap membawa Liana menuju kamar.

Bara menatap pemandangan di depanya dengan malas. "Tua bangka masih mesum!"

Bara lalu teringat Ara, ia meninggalkan Ara sendirian di apartemenya. Bara lantas keluar kediamanya menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah. Namun sebelum ia memasuki mobilnya, Bara berpapasan dengan Brian.

"Mau kemana Bar?"

"Balik apartemen."

"Masih berhubungan sama Rayna rupanya."

"Maksud lo apa?!" Bara sedikit membentak, apakah Brian pikir perasaanya terhadap Ara main-main. Bara benar-benar mencintai Ara.

"Santai kali Bar, nggak usah emosi."

"Lo bikin gue emosi!"

"Gini lho, gue tadi nggak sengaja lewat apartemen lo, dan gue ngelihat Rayna itu masuk apartemen lo. Jadi gue pikir lo ngundang Rayna buat ke apartemen lo."

"Gue nggak sudi ngundang jalang itu!"

"Ya terus kenapa Rayna bisa masuk apartemen lo?"

Bara baru ingat ia tidak mengunci apartemennya, karena ia pikir ada Ara di apartemennya.

"Lo yakin itu Rayna? atau lo salah lihat?"

"Mata gue masih normal Bar, dan gue yakin seratus persen itu Rayna. Aneh banget sih Rayna datang ke apartemen lo tanpa lo udang."

Deg!!

Ara! iya, karena di apartemennya ada Ara.

Bara langsung buru-buru masuk mobilnya dan menancapkan mobilnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Pikiranya sudah melayang jauh tentang Ara, Bara takut Rayna berbuat nekat terhadap Ara.  Karena terakhir Rayna sampai menampar Ara.

Bara memarkirkan mobilnya sembarangan, ia berlari menuju apartemennya.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now