39

52.3K 2.9K 113
                                    

Ara benar-benar menghindari Bara, Ara selalu bersembunyi setiap melihat Bara. Dimana ia melihat Bara, disitu ada Rayna. Ara bahkan tidak pernah keluar dari kelas kecuali jam pulang, takut bertemu Bara.

Seperti saat ini, Ara mengawasi sekitaran takut-takut ada Bara, bisa dilempar di rooftop jika sampai Bara melihat wajahnya.

Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak pada Ara, di pakiran sekolah, wujud Bara berdiri dengan menyenderkan tubuhnya di depan mobil cowok itu. Mungkin sedang menunggu Rayna, pikir Ara.

Ara langsung berbalik arah sebelum Bara melihatnya, ia tidak akan lewat depan jika masih ada Bara. Ara memutar otaknya, ia akhirnya mengambil langkah lewat belakang sekolah.

Ia terpaksa harus menaiki pagar, karena tidak ada akses keluar di belakang sekolah.

"Gini amat mau pulang, udah kayak buronan," gumam Ara.

Ara menarik napas lalu menghembuskanya pelan, kemudian ia mulai menapakan kakinya di pagar. Kini kedua kakinya sudah bertumpu di besi pagar, namun karena kurang hati-hati ia terpeleset.

"Aaaa .."

Ara merasa aneh, jika ia jatuh harusnya merasakan sakit, tapi ia malah seperti terbang, dan ketika ia membuka matanya, alangkah terkejutnya Ara ketika wajah Bara begitu dekat denganya.

Ara mencoba menyadarkan dirinya, setaunya jatuh dari pagar tidak sampai mengakibatkan halusinasi.

"Mikirin apa lo?"

Suara Bara menyadarkan Ara jika memang yang dihadapanya benar Bara.

"Turunin aku!"

Bara menurunkan Ara. Ara yang hendak pergi langsung ditahan pergelangan tanganya.

"Lepasin!"

Ara mencoba melepaskan pergelangan tanganya yang ditahan Bara, namun Bara tidak sedikitpun bergerak.

"Jalanan luas, kenapa harus pilih lewat belakang. Lo hanya mempersulit hidup?"

"Bukan urusan kamu!" Ara memilih membuang mukanya.

"Lo marah sama gue?"

"Pergi! Rayna pasti nyariin kamu!"

"Tatap mata gue kalo ngomong."

Ara masih tetap membuang mukanya. Karena Bara kesal, tangan bebasnya mencengkram pipi Ara, memaksanya untuk menatap wajah Bara. Bara memperhatikan wajah Ara dengan seksama.

"Wajah lo kurang tidur."

Bara sangat merindukan Ara, ia akui tidak bisa berjauhan dengan Ara.

Bara reflek memeluk Ara, mendekapnya begitu erat, seakan takut Ara pergi. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya, hatinya menuntunya untuk mendekat pada Ara.

Bara mencium rambut Ara, Bara selalu menyukai wangi rambut Ara yang beraroma buah-buahan, sangat candu baginya.

Terasa tangan Ara yang tidak membalas pelukan Bara, justru tangan tersebut terus mendorong Bara agar menjauh.

"Ara, sebentar aja," ucap Bara begitu parau.

Ara yang mulai lulus langsung menyadarkan dirinya, ia teringat Gavin yang sudah mewanti-wantinya untuk menjauhi Bara.

Sekuat tenaga Ara medorong Bara, dan usahanya behasil, pelukan Bara terlepas.

"Mau kamu apasih Bar?! kamu sendiri yang minta aku buat jauhin kamu! Aku udah berusan nggak muncul dihadapan kamu! Kita bukan siapa-siapa lagi! Kenapa kamu masih ganggu hidup aku?!"

"Gue nggak bisa jauh dari lo."

Bukanya tersipu, Ara justru menatap Bara penuh kebencian. Bara menjilat ludahnya sendiri.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now