31

51.4K 2.8K 523
                                    

Bara terperanjat dari tidurnya karena mimpi buruk yang dialaminya. Keringatnya sudah bercucuran membasahi dahinya, napasnya naik turun seperti habis lari mataron. Mimpi itu terasa nyata. ketakutanya pun menjalar di dunia nyata.

"Bara, kenapa kamu sampe keringetan seperti itu? apa kamu sakit sayang?" ucap Liana dengan memeriksa dahi Bara, ternyata normal.

Tadi Liana langsung lari ke kamar Bara ketika mendengar Bara mengigau cukup keras.

"Bara mimpi buruk ma, Bara takut sama mimpi itu."

"Memangnya Bara mimpi apa? hm?"

"Ara loncat dari apartementnya Bara, di mimpi itu Ara loncat gara-gara Bara." Bara menjelaskan dengan raut kepanikanya.

"Menurut mama, apa Bara setega itu sama Ara?"

Liana tersenyum, tanganya terulur untuk mengelus rambut Bara. "Mama percaya kalo anak mama nggak mungkin nyakitin perempuan, apalagi sampai bersikap kasar."

Sayangnya Liana tidak pernah tau sikap Bara di luaran sana, khususnya dengan Ara.

Liana selalu memberikan kasih saya dengan penuh kepada Bara, karena Bara adalah pewaris tunggal dari Gavin.

"Mandi dulu, mama udah siapin sarapan kesukaan Bara." Liana kemudian meninggalkan kamar Bara.

Bara masih merenungi makna tersirat dari mimpi itu. Bagaimana bisa ia membuat Ara sampai loncat dari apartemetnya? Tidak! ia tidak akan membiarkan mimpi itu jadi nyata. Apapun yang terjadi ia akan tetap membuat Ara terus berada di dekatnya.

"Lo nggak boleh ninggalin gue Ara, karena lo cuma milik gue."

***

Bara memencet bel rumah Rayna, seorang wanita dengan tampilan glamor membukakan pintu.

"Bara? mau jemput Rayna ya?"

"Iya tante."

"Sayang sekali, Rayna udah berangkat duluan sama papanya. Padahal tante udah kasih tau kalau kamu akan jemput, eh Rayna malah tetap maksa berangkat bareng papanya."

"Tante, apa Rayna udah minum obatnya?"

Dina mengangguk. "Kamu nggak usah khawatir, Rayna udah minum obatnya, ya meskipun kadang-kadang dia agak susah kalo disuruh minum obat."

"Kasih tau aku tante kalo Rayna nggak mau minum obat."

"Iya, dia memang baru nurut kalo kamu yang minta."

"Tante sangat beruntung sekali Rayna bisa kenal laki-laki sebaik kamu. Tante sangat berterimakasih sama kamu Bara, kamu tetap disamping Rayna disaat dia sedang sakit. Tante mohon jangan patahin semangat Rayna buat sembuh, karena hidupnya bergantung sama kamu. Tetap disamping Rayna dalam keadaan apapun."

"Tante tenang aja, udah jadi tugas aku buat jaga Rayna."

Dina tersenyum ketika membayangkan sesuatu. "Nggak kebayang gimana bahagianya Rayna kelak punya suami perhatian seperti kamu, tante akan sangat senang jika kamu jadi menantu tante." Bara menanggapinya dengan senyum sekilas.

"Yaudah, aku berangkat dulu tante."

"Iya, hati-hati dijalan."

Bara melanjutkan mobilnya bergabung dengan pengendara lain, entah kenapa nalurinya membawanya menuju kediaman Ara.

Tanpa repot-repot Bara memanggil Ara, gadis itu sudah keluar rumah. Bara membuka kaca mobilnya, mencondongkan kepalanya keluar jendela. "Ayo! berangkat bareng gue."

"Bara? kok kamu ada di sini?" Ara menghampiri mobil Bara.

"Salah? gue jemput pacar gue?"

"Katanya kamu mau jemput Rayna."

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now