45

65.3K 2.8K 97
                                    

"Jelaskan semuanya," perintah Brian.

Pria tersebut tiba-tiba bertekuk lutut di bawah kaki Gavin, ia menangkup kedua telapak tanganya dengan ketakutan.

"Maafkan saya Tuan, saya yang telah sengaja mencampurkan obat perangsang ke minuman Tuan. Saya juga yang menjebak bu Karin agar masuk ke kamar tersebut, tolong ampuni kesalahan saya Tuan."

Pria seumuran Gavin tersebut lantas bersujud di kaki Gavin.

Bruk!

Gavin menendang pria tersebut hingga punggungnya membetur meja, Gavin tidak mengindahkan permintaan maaf pria tersebut. Mata Gavin memerah dengan rahangnya yang mengeras.

Gavin dengan mudahnya menarik kerah kemeja pria tersebut untuk berdiri.

Bugh!

"Bajingan!"

Bugh!

"Beraninya kau membuat masalah denganku!"

"Mau mati sekarang?! hah?!"

Gavin melempar pria tersebut ke dinding hingga pria tersebut terkapar di lantai.

Liana begitu ketakutan melihat kemarahan Gavin yang jarang ia lihat, Gavin seperti bukan suaminya yang ia kenal.

"Hentikan pa!"

Brian menghentikan aksi brutal Gavin yang hendak menginjak perut pria tersebut.

"Dia hanya suruhan, pelaku yang sebenarnya adalah rekan kerja papa sendiri."

"Siapa yang menyuruhmu?! katakan!"

"T-tuan Heru, uhuk! uhuk!"

"Jangan berbohong!"

"S-aya bersumpah Tuan, beliau yang meminta saya untuk menjebak Tuan dengan bu Karin."

"Kau tidak pantas untuk hidup!"

Gavin menendang sekali lagi tubuh yang sudah babak belur.

"Ampun tuan, saya benar-benar minta maaf, jangan bunuh saya, anak saya masih kecil."

Gavin gelap mata, ia mengambil pisau buah yang ada di atas meja makan, Gavin hendak menusukanya di bagian perut pria itu.

"Gavin, hentikan!"

"Jangan buat aku kembali takut denganmu, aku tidak mau punya suami pembunuh."

Gavin menjatuhkan pisau tersebut ke lantai, ia melupakan keberadaan Liana. Perempuan itu tidak bisa melihat kekerasan.

Gavin memeluk Liana erat. "Maafkan aku Li, jangan takut denganku, aku suamimu."

"Sekarang kamu percaya denganku kan? aku dijebak, dan aku tidak pernah ada pikiran untuk berselingkuh Li, karena aku tidak mampu hidup tanpa kamu."

"Gavin."

"Kenapa sayang?"

"Lagi-lagi Brian yang sudah menguak kebusukan keluarga Heru."

"Aku tau."

"Apa hatimu tidak pernah tersentuh sedikitpun untuk segala kebaikanya?"

"Kamu tidak bisa menilai seseorang dari cara berpakaianya Gavin, tapi lihatlah dari perbuatanya."

"Iya, Bara dan Brian adalah anakku, Brian boleh tinggak di sini."

Bara senang mendengarnya, ia jadi punya teman seusianya di rumah.

"Makasih Gavin."

Gavin mengangguk, ia menghirup dalam-dalam rambut Liana yang membuatnya candu. Gavin suka jika Liana berlaku lembut, tidak seperti biasanya yang suka memberontak.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now