41

59.8K 3K 165
                                    

***

Setelah dari psikolog yang ditemani Yudha, Ara tidak banyak bicara, gadis itu lebih memilih mengurung dirinya di kamar.

Selama sesi konseling berlangsung, Yudha memilih menunggu di luar. Karena Ara tidak bisa terbuka ketika Yudha ikut masuk. Sebenarnya ia merasa sedih, karena Ara masih merasa takut denganya.

Yudha membawa Ara ke psikolog karena ia menemukan Ara menangis histeris di dalam kamarnya setelah pulang dari sekolah, gadis itu sampai menyayat-nyayat pergelangan tanganya menggunakan cutter.

Tara juga bingung dengan perubahan Ara, tadi di kelas Ara terlihat baik-baik saja. Namun memang Ara hanya berdiam diri di kelas, ketika Tara mengajaknya ke kantin, Ara menolak dengan alasan masih kenyang.

Ara mengalami depresi cukup berat, ia menyakiti diri sendiri atau lebih dikenal dengan self harm sebagai bentuk dari mekanisme coping yang tidak sehat atau maladaptif. Perlu diketahui bahwa self harm merupakan salah satu bentuk dari gangguan perilaku.

Yudha membuka pelan pintu kamar Ara, Yudha menatap prihatin Ara yang tengah duduk di lantai dengan menekuk kedua lututnya. Posisi Ara membelakangi Yudha.

Konseling pertama yang dilakukan Ara belum memberikan hasil yang signifikan.

"Ara."

Gadis itu menoleh ketika Yudha memanggilnya. Ternyata Ara tengah memeluk foto Marisa.

"Boleh papa masuk?"

Ara terlihat ragu mengiyakan. "Papa mau marahin Ara ya?"

Terlihat masih ada raut ketakutan di wajah gadis itu. Hal itu membuat hati Yudha kembali sakit. Separah itu ia merusak mental putrinya.

"Papa tidak memaksa kalo Ara tidak mengizinkan papa masuk."

"Papa boleh masuk kok."

Yudha menghampiri Ara, ia berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan Ara. Ara sangat mirip dengan Marisa.

Yudha kemudian memeluk Ara. "Cukup Marisa yang pergi, papa tidak mau kehilangan kamu sayang."

"Papa kan masih punya Tara."

"Papa ingin melihat kedua putri papa bahagia."

"Pa?"

"Iya sayang?"

"Ara kangen sama mama, pengen ke makam mama."

"Iya, kita ke makam mama."

Yudha membawa Ara menuju pemakaman. Ara membawa buket mawar putih yang ia beli di perjalanan menuju pemakaman. Yudha tau bunga itu adalah bunga kesukaan Marisa.

Ara berjongkok di samping nisan Marisa. "Ara bawain mawar putih kesukaan mama." Ara meletakan bunga tersebut di makam Marisa.

Yudha ikut berjongkok disamping Ara. "Marisa, maafkan aku, aku gagal menjadi ayah yang baik untuk Ara."

"Tapi papa tidak gagal menjadi ayah yang baik untuk Tara. Ara sayang sama papa."

Yudha tersenyum sembari mengelus kepala Ara. "Papa juga sayang Ara."

***

Empat cowok random yang terdiri dari Brian, Juan, Glen, dan Roki tengah berada di kantin. Mereka tengah menunggu pesanan masing-masing. Akhir-akhir ini hubungan pertemanan mereka kembali seperti dulu, hanya Bara yang masih individualis.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now