20

52.7K 2.8K 52
                                    

"Katanya semua indah pada waktunya, tapi kapan waktu itu akan tiba?"

🍁🍁🍁

"Apa Tuhan sangat menyayangku, sampai ia memberikanku ujian yang luar biasa."

Tuhan tidak jahat, tapi keadaanlah yang jahat.

_Ananditaswara_

***

Malam ini Ara duduk sendirian di kamar, gadis itu hanya diam dengan matanya yang mangarah pada langit malam bertabur bintang.

Brak!!

Suara pintu yang terbuka dengan keras membuat Ara menghembuskan napasnya kasar, Ara menoleh dan melihat Tara masuk ke kamarnya.

Tara melangkah cepat menghampiri Ara, dan tanpa basa-basi menampar gadis itu.

Plak!!

Ara memegangi pipi bekas tamparan Tara yang terasa kebas.

"Sakit?! itu belum seberapa dari pada rasa sakit hati gue!!"

"Kamu apa-apan sih Tar!"

"Nggak usah pura-pura begok! lo pasti udah tau kenapa gue nampar lo!"

"Aku nggak tau apa yang kamu maksut."

Tara geram melihat kepolosan Ara. Sedetik kemudian Tara menarik rambut Ara, memaksa gadis itu untuk berdiri.

"Bara ngerendahin gue di depan banyak orang! dia nyebut gue jalang! cewek gatel! nyiram rambut gue pake  jus! dan itu semua karena lo sialan!!"

"Dia bilang itu pantes buat gue karena udah jahatin lo!! Apa aja yang lo omongin ke Bara tentang gue!!"

Ara masih dilanda rasa bingung.  Sungsuh, ia tidak tau apa-apa.

"Seneng?! sekarang ada yang ngelindungin?!"

"Sakit Tar!" Sebenarnya Ara tidak ingin membalasnya, namun karena tarikan di rambut Ara semakin kuat, Ara balas menarik rambut Tara agar Tara melepaskan jambakanya.

"Aww!!!"

"Berani banget jambak rambut gue!!"

"Kamu yang mulai duluan."

"Malam ini lo nggak bakal tidur nyenyak!"

"PA! PAPA!!"

Tara berteriak keras memanggil Yudha. "Kenapa sayang?"

Yudha kaget melihat rambut Tara yang berantakan, mengabaikan Ara yang juga tak kalah berantakan.

Tara memeluk Yudha, mulai memasang wajah sedihnya. "Ara nyakitin aku pa, dia udah narik rambut aku."

Rahang Yudha mengeras mendengar pengakuan Tara. Yudha mengelus rambut Tara. "Kembali ke kamar kamu, papa yang akan urus anak itu."

"Rambut Tara sakit pa, Ara narik rambut Tara kenceng."

"Papa pastikan setelah ini dia tidak akan berani menyakiti kamu."

Tara mengangguk, gadis itu keluar dari kamarnya meninggalkan Ara dengan Yudha. Ara menelan ludahnya kasar, di depanya adalah bahaya. Kali ini tidak ada yang melindunginya lagi, Bik Asih yang selalu mengobati luka Ara sudah tidak ada, Yudha telah memecatnya.

"Apa kamu bosan hidup?"

Ara pasrah jika Yudha kembali menyiksanya, ia hanya sendirian.

"Ara mau tidur pa."

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now