40

62.5K 3.5K 249
                                    

"Hal paling berani yang pernah aku lakukan adalah melanjutkan hidup disaat aku ingin mati"

_Ananditaswara_

***

"Lo kenapa Ra? kenapa bisa mimisan?"

"Mungkin karena keseringan ngupil," jawab Ara diselingi candaan.

Sebenarnya Ara tidak boleh terlalu banyak beraktivitas karena habis operasi, meski di hidung, namun tidak bisa dianggap sepele. Akibat ia kelelahan, ia jadi mimisan.

Bukanya terawa, Tara malah menatap penuh selidik. "Jangan bohong! ngupil nggak sampe ngakibatin keluar banyak darah."

"Aku nggak papa Tar."

"Stop bilang nggak papa! jujur sama gue Ra!"

"Hidung aku habis dioperasi."

Tara membulatkan matanya. "Kenapa bisa sampai dioperasi?"

"Kena pukul."

"Siapa yang mukul?"

Ara ragu untuk menjawabnya. "Siapa yang udah mukul lo separah itu? jujur sama gue!" desak Tara.

"B-ara."

Sebelum Tara bersuara, Ara lebih dulu menambahkan. "Dia nggak sengaja, ini juga salah aku yang tiba-tiba muncul disaat Bara dan Brian berkelahi."

"Bara nggak pantes buat lo."

"Apa kamu masih suka Bara Tar?"

Tara menggeleng. "Aku bilang kayak gitu karena kamu terlalu baik buat Bara, dia kasar Ra. Gue tau lo sering dikasarin sama dia, tapi gue diem aja karena saat itu gue benci sama lo."

"Lagian buat apa gue kejar-kejar cowok yang bahkan nggak pernah ngelirik gue, cuma ngejatuhin harga diri gue aja."

"Kamu benar Tar."

Ara sadar, ia pernah menjadi bodoh karena cinta. Membiarkan Bara menginjak-injak harga dirinya dengan harapan Bara bisa luluh dan membalas perasaanya.

Sedetik kemudian Tara menguap. "Gue ngantuk Ra."

"Yaudah langsung masuk kamar aja, tapi kamarnya nggak semewah kamar punya kamu Tar."

"Bodoamat Ra, gue ngantuk berat." Ara tersenyum menatap punggung Tara yang sudah masuk kamar.

Ekspresi wajah Ara berubah seiring dengan tanganya yang memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia meringis pelan, kepalanya seperti dijatuhi benda berat. Ara menarik rambutnya kuat. Perasaan Ara juga ikut gelisah, entah karena apa, Ara juga bingung dengan dirinya sendiri.

Ara membuka tas kecil yang dibawanya, mengambil botol berisikan pil. Ia mengambil satu butir dan meminumnya.

Ara kemudian menyenderkan tubuhnya di sofa, reaksi obat yang diminumnya mulai bekerja.

***

"Karena diperkuat dengan bukti video yang ada, maka saya memutuskan untuk mengeluarkan Nando dari sekolah," ucap Pak Juki.

"Ini nggak adil pak, Ara yang hampir bunuh orang aja masih ada disini, kenapa saya yang hanya menyentuh Tara sampai dikeluarkan dari sekolah!"

"Hanya? lo hampir ngelecehin gue kalo lo lupa! untung ada Ara yang nyelametin gue!"

"Tidak ada bukti Ara pelakunya, tapi sanksi sosial tetap saya berikan."

Orang tua Rayna tidak jadi memenjarakan Ara, dan Ara diperbolehkan untuk tetap sekolah. Hal itu tidak lepas dari pengorbanan Bara untuk Ara.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now