3

63.7K 3.8K 132
                                    

Melihatmu tersenyum saja aku sudah bahagia. Karena bahagiamu adalah bahagiaku, tapi kesakitanku, belum tentu kamu ikut merasakanya. Karena kamu ikut andil dalam menyakitiku.

***

Brian menunggu Ara yang masih belum sadar, ia bisa melihat plester luka di kening Ara. Kelopak matanya yang tertutup juga terlihat sembab. Brian penasaran apa penyebabnya.

Tak lama Ara membuka matanya, ia mencoba duduk di bantu Brian. "Ini minum dulu." Brian menyodorkan air putih kepada Ara.

"Aku minta maaf udah buat kamu pingsan Ra."

Ara tesenyum dengan bibir pucatnya. "Iya, gak papa."

"Kenapa berangkat sekolah? semalam badan kamu udah panas. Harusnya kamu istirahat di rumah, kalo dipaksa malah tambah sakit."

Ara tersenyum geli, baru kenal Brian beberapa hari, laki-laki itu sudah bicara banyak, seakan sudah akrab saja. "Kamu tuh kayak dokter deh."

"Anggap aja aku ini dokter kamu."

"kok gitu?"

"Karena aku nggak mau liat kamu terluka," ucap Brian dengan senyum yang jarang ditampakan.

Ara menatap Brian dengan seksama. Kemudian ia ikut tersenyum. Ara juga tidak menganggap serius ucapan Brian, mungkin Brian hanya bercanda. Karena ada hati yang harus ia jaga untuk Bara. Andai yang mengucapkanya Bara, ia akan sangat senang. Tapi Ara tidak berharap lebih, mengingat Bara yang temprament. Melihatnya tersenyum saja ia sudah bahagia. Karena bahagianya Bara adalah bahagianya, tapi kesakitanya belum tentu Bara ikut merasakanya. Karena Bara ikut andil dalam menyakitinya.

"Ekhem!!"

Deheman dari arah pintu membuat keduanya menoleh ke sumber suara. Bara masuk ke dalam dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ia sedang menahan amarah karena semalam, dan hari ini ia melihat gadisnya berada di gendongan laki-laki yang sama dengan semalam.

"Bisa kelur? gue mau bicara sama dia," ucap Bara menatap Ara sekilas.

Brian menepuk pundak Bara. "Jaga sepupu lo, dia masih sakit."

Bara dongkol mendengarnya. Ia menangkap kehawatiran yang diberikan Brian untuk Ara. Brian melangkah keluar, meninggalkan Ara dan Bara di dalam UKS. Ara bisa merasakan aura dingin di wajah Bara.

"Kita pulang, gue udah minta ijin BK."

"Aku ke kelas aja ya?"

"Pulang! gue nggak suka dibantah!"

Bara menarik tangan Ara keluar UKS. Kelas masih jam pelajaran, jadi Bara tidak perlu membuat alasan tentang siapa Ara. Untuk saat ini Bara tidak bisa memberitahu Ara adalah pacarnya, meski Bara tau kalau Brian sedang tertarik pada Ara.

Bara tidak mengantarkan Ara pulang ke rumah, ia justru membawa Ara ke apartementnya. Ini pertama kalinya ia mengajak Ara selama menjadi pacarnya. Bahkan Bara tidak pernah bercerita mengenai kehidupanya kepada Ara. Bara seolah tertutup dengan kehidupanya.

"Kenapa kamu bawa aku kesini Bar?"

"Mau kasih pelajaran lo."

Ara menelan salivanya, apa salahnya? selama ini Ara berusahan untuk tidak membuat masalah dengan Bara.

"Semalam berangkatnya sama gue, pulangnya sama cowok lain. Ckk! lo murahan banget!"

Murahan katanya? Bara sendiri yang sudah meninggalkanya, dan sekarang Bara ikut merendahkan dirinya. Ara mencoba tetap tenang, meskipun ia merasa ketakutan terhadap tatapan tajam Bara.

"Kamu sendiri yang udah ninggalin aku, Brian cuma nolongin aku."

"Gue nggak ninggalin lo bodoh!"

Ada hal penting yang membuatnya meninggalkan Ara, dan itu menyita cukup banyak waktunya. Di saat ia kembali, ia melihat Brian memakaikan Ara jaket dan menyentuh kening Ara. Ia tidak suka Ara disentuh laki-laki lain.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now