6

53.6K 3.2K 64
                                    

Kamu itu racum dalam wujud manusia, karena aku selalu merasakan sesak di dada setiap berdekatan denganmu.

Bukan karena asma, tapi kata-katamu yang menusuk selalu menggema.

***

Bara melihat semua mata tertuju padanya, terlebih pada Ara dengan tatapan sinis. Ara tidak pernah mengganggu mereka semua, lalu kenapa mereka merasa keberatan dengan keberadaan Ara?

"pergi lo semua!! lo pikir ini tontonan?!"

Bara menatap mereka semua dengan mata elangnya. Hanya dengan bentakan saja, mereka langsung pergi.

Bara meraih tangan Ara, menariknya menuju parkiran. Di depan pintu mobilnya, Bara membuka kasar.

"Masuk!"

Ara tentu selalu kaget dengan bebagai bentakan yang di berikan Bara. Ara buru-buru masuk.

Brak!

Ara memejamkan matanya mendengar suara pintu mobil yang dibanting. Ara memilin jari-jarinya yang ada di pangkuanya untuk menetralkan kegugupanya.

Bara tidak langsung menjalankan mobilnya, ia terdiam dengan napas yang tidak teratur.

Ara melirik wajah Bara yang sudah lebam, tangan Ara gatal ingin mengobati luka itu.

Ara memberanikan diri menyentuh luka lebam yang ada di sudut bibir Bara.

"Bara, aku kompres pake air dingin ya?"

Bara menepis kasar tangan Ara, menatap nyalang.

"Nggak usah sok jadi manis di depan gue! kalo di belakang gue lo godain cowok lain!!"

Ara tidak mengerti dengan yang diucapkan Bara. Ia tidak penah punya pikiran untuk menggoda cowok lain, bagaimana bisa Bara menuduhnya seperti itu?

"Aku nggak pernah godain cowok lain Bar."

"Terus kenapa cowok brengsek itu bisa suka lo?! hah?!"

"Aku nggak tau."

"Bullshit!! cowok nggak mungkin suka sama cewek duluan kalo nggak digoda!!"

"Kamu salah Bara, buktinya kamu suka sama aku, padahal aku nggak pernah goda kamu."

Bara tersenyum mengejek, tidak menyangka Ara sepercaya itu mengatakanya. Ara buta dengan semua perlakuanya, tidak mungkin kan seseorang akan menyakitin orang yang disayang.

"Lo jadi cewek bodoh! siapa yang bilang gue suka lo? siapa?! gue tanya?!"

"Kalo kamu nggak suka, kenapa kamu jadiin aku pacar, bahkan kamu terkesan maksa."

"Biar gue ada pelampiasan ketika lagi marah!"

"Perasaan aku nggak untuk dipermainin Bar." Suara Ara bergetar karena menahan sesak di dadanya.

Bara mencengkram kedua pipi Ara. "Lo nggak pernah nggaca sama diri lo atau gimana? nggak mungkin gue suka sama lo! lo itu sama aja kayak cewek-cewek di SMA ini yang cari perhatian ke gue! gue bisa aja cari yang lebih dari lo! tapi gue belum mau!!"

Bolehkah Ara menangis sekarang juga? tidak bisakah Ara melihat senyum Bara, bukan amarah yang selalu ada di wajah Bara.

Bara melepaskan cengkramanya di pipi Ara. "Mau kemana lo?!"

Bara menahan lengan Ara yang hendak membuka pintu mobil.

"Nggak usah anterin, aku bisa pulang sendiri."

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now