38

50.3K 2.6K 108
                                    

Sekeras apapun usaha Bara untuk melupakan Ara, namun pikiranya terus mengingat wajah Ara, bagimana Ara yang menangis karenanya, selalu sukses menyayat hatinya.

"Bara, kamu mikirin apa?"

Lamunan Bara harus buyar ketika suara Rayna memanggilnya. Saat ini Bara tengah di rumah sakit untuk menjenguk Rayna atas perintah Gavin.

"Bukan apa-apa."

Rayna meraih tangan Bara dan menggenggamnya. "Aku nyesel Bar pernah ninggalin kamu tanpa kabar."

Sebelum Bara menjawabnya, seorang suster membawakan makanan khas rumah sakit. Suster tersebut kemudian undur diri.

Bara melepaskan tangan Rayna yang menggenggam tanganya. "Makan dulu Ray."

"Aku nggak mau makan makanan rumah sakit, nggak enak."

"Kamu belum boleh makan sembarangan Ray."

"Tapi aku nggak mau makanan rumah sakit Bar."

Bara memijit pangkal hidungnya, ocehan Rayna membuat kepalanya pusing, ia bukan orang yang penyabar.

"Ray, jangan manja, cepet makan biar cepet keluar rumah sakit."

"Kamu nggak iklas jenguk aku ya? udah pulang aja mending kalo nggak iklas jenguknya!"

"Ray, nggak usah mancing kemarahan aku, buruan makan!" Bara sedikit meninggikan suaranya. Rayna yang dulu beda dengan yang sekarang. Dulu Rayna terlihat pendiam dan penurut, tapi sekarang Rayna keras kepala.

"Kamu marahin Ara lah! gara-gara dia aku masuk rumah sakit!"

"Jangan bawa-bawa Ara!!" bentak Bara.

Mata Rayna mulai berkaca-kaca, gadis itu tidak terbiasa dibentak. Karena kedua orang tuanya selalu memanjakanya.

"Tega kamu Bar bentak aku, padahal aku lagi sakit! Aku bakal duin om Gavin kalo kamu bentak aku gara-gara Ara!"

"Maaf, aku kelepasan, jangan kasih tau papa Ray." Bara mengusap air mata Rayna, mencoba meluluhkan hati Rayna.

'Karena gue nggak mau Ara kenapa-napa,' lanjut Bara dalam hati.

"Makan ya, keburu dingin."

"Nggak enak makananya Bar," Rayna tetap keukeuh dengan pendirianya.

"Aku suapin deh."

"Temenin aku disini sampe malam juga."

"Iya, sekarang makan ya."

Rayna mengangguk. Bara mulai menyendokan bubur untuk Rayna. Itu mengingatkan Bara pada kejadian ketika ia tengah sakit. Ara dengan telaten menyuapi Bara, karena cowok itu minta disuapin. Ara merawat Bara sampai sembuh. Bahkan Bara lupa mengucapkan kata terima kasih untuk Ara.

"Ihhh Bara, nyuapinya yang bener dong!"

Bara tersadar kalo ia tengah menyuapi Rayna. Lagi-lagi kenangan bersama Ara muncul.

"Maaf." Bara mengusap sudut bibir Rayna yang belepotan.

***

Bara pulang malam setelah seharian ia menemani Rayna di rumah sakit. Bara mendapati Gavin tengah tiduran di sofa dengan menjadikan paha Liana sebagai bantalanya. Mereka tengah menonton drakor, lebih tepatnya Liana yang suka drakor, Gavin hanya menemaninya.

"Bara, tunggu dulu, papa mau bicara sama kamu."

"Aku capek, mau tidur, seharian jagain Rayna."

"Iya, papa mengerti, sebentar saja, ini penting."

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now