10

54K 2.8K 21
                                    

"Aku nggak berharap lebih Ra, cukup jangan paksa aku buat jauhin kamu, aku yang akan berjuang sendiri."

_Brian_

***

"Kenapa bisa ada disini?"

Ara menghentikan langkahnya ketika suara familiar terdengar di telinganya. Jantungnya berdetak tak karuan karena gugup, bukan keinginanya untuk datang ke sini, ia tidak ingin kedatanganya ke sini disalah artikan.

Ara berbalik, dan melihat sosok Brian yang berdiri di hadapanya dengan seluruh tubuh yang basah oleh keringat.

Brian mengulas senyum kepada Ara. "Kamu bilang nggak bisa dateng, buktinya sekarang kamu ada di sini."

"Itu gue yang ngajak."

Brian mendengus, yang ditanya siapa? yang jawab siapa?

"Tadi Glen nyariin lo," ucap Brian sekaligus memberi isyarat Feli untuk meninggalkan mereka berdua.

"Gue tinggal dulu ya Ra." Feli langsung pergi meninggalkan Ara dan Brian, enak saja ia jadi obat nyamuk.

Jika di dekat Brian, Ara selalu canggung. Mungkin ia belum terlalu mengenal Brian, tapi Ara juga tidak mau mengenal Brian lebih jauh, cukup tau namanya saja itu sudah cukup.

"Kamu nggak mau ucapin selamat buat aku Ra?"

"Selamat ya untuk kemenangan tim kamu, selamat juga udah berhasil bawa nama baik sekolah."

"Makasih Ra, ini semua juga berkat kamu."

Ara mengerutkan keningnya. "Aku nggak nggelakuin apapun."

"Kamu udah luangin waktu buat dateng ke pertandingan, meski itu bukan kemauan kamu, tapi adanya kamu aku jadi semangat mainya. Buat aku itu sesuatu yang berhaga."

"Brian?"

"Kenapa Ra?"

"Aku boleh minta satu hal dari kamu?"

"Apapun itu, selama aku masih bisa."

"Tolong jauhin aku, aku nggak mau kamu sama Bara jadi berantem karena aku."

"Sorry, soal itu aku nggak bisa menuhinya, kalo pun Bara mau hajar aku, nggak masah. Tapi kalo aku lihat Bara kasarin kamu, itu akan jadi masalah aku."

"Brian, tolong ngertiin, jangan berharap lebih dari aku. Aku nggak mau kamu kecewa karena mengharapkan yang nggak pasti."

"Aku nggak berharap lebih Ra, cukup jangan paksa aku buat jauhin kamu, aku yang akan berjuang sendiri."

"Yang kamu lakuin cuma buang-buang waktu."

"Kamu kenapa sih Ra? apa kamu takut sama Bara? Bara bukan cowok kamu, jadi nggak ada yang perlu kamu takutin."

Ara tidak bisa menjawab, ia memilih pergi meninggalkan Brian.

"Ra, tunggu dulu."

Ara tidak menoleh, ia terus berjalan keluar dari gedung olahraga. langkahnya begitu tergesa-gesa sampai tidak memeperhatikan kanan kiri ketika menyebrang.

"Ara, awas!"

Brian dengan cepat menarik tubuh Ara ke tepian, hampir saja tubuh Ara terserempet mobil. Brian memang berhasil menyelamatkan Ara, namun sayangnya ia tidak bisa menjaga keseimbanganya ketika kakinya tersandung trotoar jalan. Brian terjatuh dengan Ara yang ada di bawahnya. Tangan Brian mendekap kepala Ara agar kepala gadis itu tidak terbentur trotoar.

Brian segera beranjak dari posisinya. "Apa ada yang sakit?"

"Aku nggak papa."

Brian memejamkan matanya karena kakinya terasa sakit ketika digerakan, Brian rasa pergelangan kakinya terkilir.

ANANDITASWARA [TERBIT]Where stories live. Discover now