42

61.1K 3.2K 115
                                    

Inilah yang Gavin takutkan jika Liana mengetahuinya, karena istrinya memiliki riwayat jantung lemah. Gavin setia menunggu Liana yang tak sadarkan diri. Ia mengelus-elus telapak tangan Liana berharap Liana bisa merespon. Orang suruhan Gavin tadi sudah membawa dokter ke kediaman Gavin untuk memeriksa keadaan Liana.

Tangan Liana bergerak digenggaman Gavin, perlahan matanya terbuka. Kecemasan Gavin berangsur-angsur reda melihat Liana telah membuka matanya.

"Li, ada yang sakit?" Liana menggeleng, namun wanita itu tiba-tiba menangis ketika mengingat foto perlakuan bejad Gavin sampai menghasilkan anak.

"Ceraikan aku Gavin! dan nikahi perempuan yang sudah kamu hamili itu!"

"Kamu bicara apa Li, aku tidak akan menceraikanmu ataupun menikahi perempuan lain. Percayalah denganku, aku dijebak." Gavin mencoba untuk berbicara lembut pada Liana, meski gejolak kemarahanya berkobar mendengar Liana meminta cerai.

"Tapi anak itu butuh kamu! kamu sudah menelantarkanya! orang tua macam apa kamu!"

"Anak aku hanya Bara Li."

"Sekarang anak kamu bukan hanya Bara!"

"Mama benar, anak papa bukan cuma aku." ucap Bara yang baru saja memasuki kamar Liana.

"Brian ada di bawah, dia mau bertemu papa."

Liana mencoba untuk duduk, namun ia menepis tangan Gavin ketika Gavin membantunya.

"Liana, mau kemana kamu? kamu baru saja sadar."

"Bertemu anakmu." Liana berjalan dengan pelan sembari memegangi dadanya yang masih terasa nyeri. Gavin memeluk kedua pundak Liana untuk membantunya berjalan.

"Aku bisa sendiri." Tangan Liana berusaha menyingkirkan tangan Gavin yang berada di pundaknya.

"Jangan menolak Li." Gavin mempererat pelukanya.

Sesampainya di bawah, Liana bisa melihan punggung laki-laki yang Liana tebak seumuran dengan Bara.

Brian pun menoleh ketika mendengar derap langkah kaki. Di depanya ada sebuah keluarga yang sangat harmonis, jauh dari berita miring.

"Katakan berapa uang yang kamu mau, aku akan memberikanya." Gavin begitu angkuh mengatakanya.

"Saya tidak ingin uang, saya hanya ingin pengakuan dari om!"

Bukanya Brian sombong, tapi sebelum Karin meninggal, Karin telah memberikan amanah kepada Satria, yaitu adik dari Karin untuk menjaga Brian. Satria tidak pernah kekurangan dalam memberikan uang untuk Brian. Satria sendiri adalah salah satu pemilik showroom mobil terbesar di Indonesia.

"Gara-gara perbuatan om! mama saya dicap sebagai perempuan murahan! Mama saya menanggung malu! sampai akhirnya mama saya bunuh diri gara-gara depresi!"

"Sedari kecil, stigma anak haram sudah melekat dalam diri saya! dan itu semua gara-gara perbuatan biadab om!"

Brian mengungkapkan isi hatinya dengan menggebu-gebu. Brian menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Ia masih mengingat dengan jelas ketika semasa SD teman-temanya mengatainya anak haram, ia waktu itu belum mengerti apa itu anak haram. Sampai akhirnya salah satu orang tua dari temanya dengan tega mengatakan jika anak haram itu anak yang lahir penuh dosa. Dari situ Brian menyalahkan dirinya sendiri kenapa ia harus dilahirkan seperti itu.

Kali ini Bara membiarkan Brian mengungkapkan semuanya. Bara memang belum pernah merasakan bagaimana berada di posisi Brian, tapi Bara mencoba memahami bagaimana beratnya kehidupan Brian.

Sementara itu Liana membekap mulutnya, ia tidak menyangka perempuan yang membuatnya cemburu ternyata sudah tiada.

Liana melangkah mendekati Brian, dan tanpa diduga ia memeluk Brian.

ANANDITASWARA [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora