3

3K 401 19
                                    

Aku tidak tau apa yang terjadi setelah aku panik dan ketakutan saat itu, karena saat aku sadar ternyata sudah didalam rumah dan sedang terbaring di atas kasur.

Aku pergi keluar dan melihat kalau hari dah sore rasanya waktu titan colosal tidak akan lama lagi dan dirumah hanya ada ibuku saja.

"Okaa-san, dimana Eren dan Mikasa?" tanyaku kepada ibuku yang sedang mencuci  piring.

"Oh, kamu sudah sadar Alan? Tadi Eren pergi bermain keluar bersama Mikasa!" kata Ibuku ramah.

"Aku akan pergi menyusul!" kataku berjalan ke depan pintu.

"Tunggu Alan!" kata Ibuku membuatku berhenti dan berbalik.

"Kata Mikasa, kamu dan Eren berniat bergabung ke pasukan devisi pengintai, apa itu benar?" tanya Ibuku menatapku dengan serius.

"En, itu benar!" kataku singkat dan serius.

"Alan, dengarkan ibu, jangan bergabung ke devisi pengintai disana sangat berbahaya... Ibu tidak ingin kamu dan Eren..."

"Okaa-san, seekor anak burung suatu hari harus meninggalkan sarangnya dan melihat dunia dengan sayapnya sendiri, aku bukan lagi anak-anak yang perlu di lindungi dan aku merasa pilihanku ini adalah yang terbaik jadi aku tidak perlu mengubah atau menyesalinya!"

"Otou-san juga harusnya sudah mengerti hal itu saat Eren tetap bersikeras bukan? Jadi Okaa-san bisakah kamu mengijinkan kedua putramu ini dan merestui kami agar saat kami menjadi pasukan devisi pengintai selalu di lindungi oleh restumu itu?" kataku tulus dan jujur membuat ibuku terdiam.

Aku melihat ibuku meneteskan air mata entah karena sedih atau senang lalu dia tiba-tiba memelukku dengan erat membuatku terkejut.

"Maaf... I-Ibu akan menyetujui keputusan kalian sekarang..." kata ibuku pelan membuat hatiku terasa hangat.

Perasaan di dengarkan, di perhatikan, dan disayangi oleh orang tua ya? Sudah berapa lama aku tidak merasakan hal itu lagi di kehidupanku sebelumnya.

"Um, terimakasih Okaa-san dan maaf karena mungkin jalanku tidak sesuai dengan keinginanmu atau Otou-san!" kataku lembut dan melepaskan pelukan ibuku sebelum berbalik.

"Oh iya, Okaa-san ada satu hal lagi yaitu bisakah kamu bersiap untuk mengungsi?" kataku tanpa berbalik.

"Mengungsi? Kenapa?" tanya ibu ku bingung.

"Aku memiliki firasat buruk hari ini!" kataku serius.

Lalu berjalan keluar tanpa menengok lagi, aku tidak tau apakah perkataanku ini akan membuat ibu ku masih hidup atau tidak tapi aku masih harus mengatakannya dan sekarang ini aku harus pergi ke Eren dan melihat keselamatannya.

Duar!!! Boom!!

Suara petir dan ledakan membuatku terkejut dan tanpa sadar menutup telingaku, setelah suara itu berhenti aku mengumpat kesal karena aku tau Titan Kolosal sudah sampai.

"Kuso Kami-sama, apa kamu tidak segera memberiku cheat huh!?" maki diriku sambil menunjuk ke langit lalu berlari cepat ke jalan utama.

"Eren!! Mikasa!! Oii kalian berdua jawab aku!!" teriak ku memanggil dengan panik.

Aku melihat di atas tembok sudah ada tangan raksasa membuat lariku di percepat sampai akhirnya kepala Titan Kolosal terangkat dengan uap panas keluar dari tubuhnya yang hanya terdiri dari otot, saraf dan daging itu.

Aku berhenti karena merasa lututku gemetar ketakutan, aku mengertakan gigi dan memaksa untuk terus maju mencari Eren dan Mikasa.

Boom!!

Lalu bunyi ledakan kemudian angin serta debu menerpa area sekitarku bahkan aku terbawa angin yang menerpaku sampai tubuhku tertabrak dinding bangunan dan batuk darah.

"Ugh... Rasanya tubuhku kaya di tabrak truck!" gumamku sembari mencoba berdiri dengan tubuh gemetar, pandanganku bahkan sedikit buram tapi aku akhirnya mengurungkan niat mencari Eren dan Mikasa tapi berbalik ke arah rumah.

Aku menyesal mencari mereka, harusnya aku dirumah dan menyelamatkan ibuku tapi sudah begini yang bisa aku lakukan hanya berbalik.

Saat sedang berjalan aku melihat banyak mayat yang mati akibat terpaan angin atau terkena puing batu akibat serangan Titan kolosal saat menghancurkan dinding.

"3D Manuver Gear!?" seru ku saat melihat mayat perwira penjaga kota dan di pinggangnya ada 3D Manuver Gear.

Aku mendekat dan memeriksa, untung itu masih bisa di gunakan jadi aku membukanya tapi rasanya pengikat sabuk itu rusak membuat ku tidak bisa melepaskannya dengan mudah.

"Sial ayo cepat! Kalau tidak ibuku... Berhasil!" kataku kesal dan akhirnya berhasil meski perlu beberapa menit tapi masalah lain datang yaitu 3D Manuver Gear terlalu berat untuk tubuhku saat ini.

Tubuh yang terkena luka dalam ditambah masih anak-anak membuatku hampir kehilangan keseimbangan saat memasangkan 3D Manuver Gear di pinggangku.

Aku memaksakan diri lalu menebak ke atap dan pergi menanjak meski karena pemula membuat mendaratanku tidak lancar tapi aku tetap berhasil ke atas rumah warga.

Disana aku melihat sebuah lubang besar yang tercipta di tembok akibat tendangan hebat dari Titan Kolosal tapi tidak hanya itu karena para titan dari berbagai jenis sudah mulai masuk ke kota melalui lubang besar tersebut.

"Sial apakah keadaan sudah sangat gawat? Tapi saat ini lebih baik aku ke rumah terlebih dahulu!" kataku dan mulai mencoba bermanuver meski perlu waktu untuk terbiasa tapi tubuhku akhirnya mulai terbiasa dan rasanya bagai spiderman.

Aku pergi dengan cepat tapi mungkin karena aku harus memakai 3D Manuver Gear serta harus membiasakan diriku membuatku terlambat.

Di atas bangunan rumah aku melihat Hannes-san sedang membawa Mikasa dan Eren tapi bukan hanya itu karena aku melihat ibuku Carla sedang di makan oleh seekor titan.

Rasa amarah, dendam, sedih, cemas, takut, senang, dan bersemangat bercampur di dalam tubuhku membuat pandanganku tiba-tiba berubah, pengeliatanku terasa lebih baik dan cerah serta kekuatan aneh seperti merasuki tubuhku.

"Konoyarou!!" teriakku bergema saat melesat maju dengan 3D Manuver Gear.

Aku sudah tidak memperdulikan lingkunganku lagi karena di hatiku saat ini hanya ingin membunuh titan yang sudah memakan ibuku itu.

Aku bermanuver dengan cepat dan lincah sembari memegangi kedua pedang itu dan menebas dengan gaya berputar bagai sebuah roda.

Aku tidak banyak mengingat apa yang lakukan tapi yang pasti aku sedang bergerak cepat sembari memotong tubuh titan sialan itu menjadi potongan daging.

Aku yang akhirnya berhasil membunuh titan itu berdiri dengan tegang tanpa memperdulikan kalau tubuhku sudah terendam darah titan tersebut.

"Eren, Mikasa!" aku teringat adikku dan gadis datar itu.

Lalu melihat Hannes, Eren dan Mikasa berhenti sembari menatapku dengan tatapan terkejut, aku melihat tubuhku yang ternyata sudah penuh darah kotor titan tersebut.

Aku berniat untuk bermanuver ke Hannes tapi sayangnya peralatan 3D Manuver Gearku kayanya rusak akibat digunakan terlalu berlebihan jadi aku melepas dan lari dengan lemah ke arah mereka yang jaraknya cukup jauh itu.

The Legend of Strongest Human (SNK Fanfict) [Hiatus]Where stories live. Discover now