39

587 104 25
                                    

Aku dan Historia berangkat menyusul regu didepan agar tidak ketinggalan, jujur saja aku sangat menikmati saat ini karena ada Historia di sisiku.

Aku tidak sendirian seperti tadi, hal ini membuatku terharu, hiks.

Saat kami berjalan ke depan tiba-tiba sebuah suar berwarna ungu muncul di dekat kami, itu artinya waktuku sudah dekat.

Ehehe, aku akan menikmati menunggang kuda bersama Historia! Aku akan menikmatinya meski aku pernah melakukannya namun aku tidak akan bosan akan hal itu!

"Ayo pergi!" Kataku sambil menahan seringai diwajahku ini, sial sulit sekali menyembunyikan kegembiraanku.

"En," Historia mengangguk dan mulai mengarahkan kuda supaya baik jalannya.

Kami terus melaju, terus melaju, terus melaju ...

Saat kami mendekat salah satu kuda yang kubawa mendekati Jean, sepertinya itu adalah kudanya, ya mereka mirip sih ... uhuk.

"Ohh, ini kudaku rupanya ... sudah sudah, tenanglah Buchwald!" Kata Jean yang menyambut kembali saudara ... uhuk, maksudnya kuda miliknya.

Aku turun dari kuda yang kutunggangi karena lebih enak menunggangi his ... bah bah, itu mah nanti cuk, astaga kenapa aku bisa berpikir ke sana sih su!

"Dia lari kepadaku dengan ketakutan ... Apa kalian bertarung melawan Titan?  Ah Armin, apa kamu baik-baik saja?" Kata Historia menjelaskan serta khawatir dengan keadaan ketiga jones didepanku ... uhuk, maksudnya ketiga rekan seangkatannya itu.

"En, sepertinya begitu." Kata Armin ringan.

"Ternyata asap itu yanh membuat kalian datang ke sini." Kata Reiner ringan sambil membawa kudanya.

"Kami kebetualan disekitar sini, oh ya apa kalian bertarung dengan titan aneh?" Kataku ringan.

"Apa kau melihatnya juga, Alan?" Tanya Jean terkejut.

"Sebelum aku ketemu Christa, aku sudah menemuinya dan ya dia membawa banyak titan aneh dibelakangnya mungkin sekitar 30 sampai 50-an, namun aku tidak dapat mengurus semuanya dan sekitar 20 lebih lolos dari tangkapanku." Kataku ringan karena aku lupa-lupa ingat, ya siapa yang mau ingat hal begituan?

"Li-lima puluh katamu!?"

"La-lalu yang tidak lolos itu, a-apa kau membunuhnya, Alan?"

Semua orang terkejut, bahkan Historia sekalipun.

"En, tapi semua hanya titan aneh biasa, aku cukup penasaran dengan titan wanita itu tapi sayang ia keburu kabur." Aku menjawab seolah itu bukanlah masalah besar, ya bagaimanapun itu hanya jumlah, kekuatan mereka berbeda jauh denganku apalagi akal mereka minim jadi mudah banget membunuhnya.

Mendengar ini aku dapat melihat rasa takut diwajah ketiga lelaki jomblo itu, bahkan wajah si anak emas kaya tai jauh lebih buruk.

Bagaimanapun ia yang merancang rencana yang seperti itu tapi sepertinya ia meremehkan kemampuanku yang dijuluki sebagai prajurit terkuat kedua dibawah Levi-heichou, dan julukan itu kudapat tanpa menggunakan sharinggan jadi dengan sharinggan akan sangat mudah mengalahkan hal seperti itu.

"Gila ..."

"Monster ..." 

Hanya itu yang kudengar dari rasa keterkejutan mereka, kurasa hal ini cukup bagus.

"Alan, kenapa tadi kau tidak mengatakannya!? Apa kau terluka? Pasti terluka kan!? Ayo kita obati dulu!" Kata Historia dengan panik dan cemas, ia benar-benar mengkhawatirkanku, aku sangat senang.

Ia bahkan sampai turun dari kudanya dan langsung ke arahku, aku sangat senang dan bahagia apalagi wajah khawatirnya sangat imut, ahh aku ingin memeluk dan mencumbunya!

Segera aku memeluknya yang sedang khawatir lalu mencium bibirnya dengan ganas, ia awalnya melawan namun lama kelamaan mulai rileks dan menikmatinya.

Kami berciuman beberapa kali, rasanya bibirku tidak ingin lepas dari bibirnya itu, apalagi rasanya seperti makan cery, manis dan menyegarkan.

"Haa ... haa ..." aku melepas ciumanku, dapat kulihat wajahnya yang cantik dengan rona merah di pipinya, itu sangat menggoda.

Aku ingin menerkamnya namun ...

"Uhuk, maaf menganggu tapi ... bisakah kalian melakukannya ditempat lain?" Sebuah suara dari Jean menyadarkan kami.

Setelah itu Historia langsung mendorongku, kulihat pula ia menyembunyikan wajahnya yang merona, aku tau ia merona karena malu dan itu terlihat dari telinga merahnya yang mengintip dari sela-sela rambutnya.

"Uhuk, aku baik-baik saja Christa ..." kataku sambil menahan rasa malu dan 'Semangat' ku ini, aku benar-benar suka hilang akal kalau ada didekatnya, lain kali kucoba untuk menahan diri ... mungkin.

"Ayo kita pergi!" Kataku memberikan instruksi.

"Ah Armin, kau pakai kuda ini saja, biar aku akan bareng Christa!"

"Eh? Tapi bukankah itu kudamu?"

"Bukan, ini kuda cadangannya krista, kudaku telah lama kabur tapi nanti balik sendiri kok."

"Ta-tapi ..."

"Terima saja ... bila kau terus menolak akan kupatahkan kakimu!"

"Aku terima, terimakasih Alan!"

Aku memberikan kuda yang tadi kunaiki ke Armin, tentu awalnya ia menolak karena tidak enak namun segera ku paksa ia menerimanya, tentu saja ancamanku itu tidak akan kubiarkan Historia tau.

"Christa, aku akan naik kuda bersamamu!" Kataku ringan.

"Eh? Tapi buk–"

"Aku memberikan kuda itu ke Armin, kasihan kalau ia disuruh boncengan jadi aku memberikannya, sudah ayo jalan!" Kataku tanpa memberikan jeda untuk ditolak oleh Historia.

Aku berbicara sambil duduk di belakang  Historia dan langsung memacu kudanya supaya mulai berlari.

"Mooh, kau sengaja ya? Padahal kau dapat mengeluarkan Speedkan?" Bisik Historia sambil cemberut.

"Ada mereka bertiga disini tidak mungkin aku menunjukkan kekuatanku ini sekarang, masih terlalu awal!" Balasku sambil berbisik.

Sebenarnya itu cuman alasanku saja, niatan awalku hanya untuk bisa berduaan dengan Historiaku sayang.

Selama perjalanan aku meminta Armin menjelaskan dengan detail soal titan Annie namun ia sepertinya enggan membicarakan soal Annie secara langsung.

Mungkin ia mulai curiga kalau ada mata-mata di kelompok ini atau pasukan ini lebih tepatnya.

"Suar hijau? Apa yang dipikirkan oleh Erwin-danchou?" Kataku pelan saat melihat asap hijau itu.

"Mereka hanya mengubah rutenya, tampaknya operasinya masih berlanjut!" Kata Armin menebak tujuan suar hijau itu.

"Tidak ... itu bukan perintah mundur?" Kata Historia tidak percaya.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Erwin-danchou?" Kata Jean mengikuti.

"Jika misi tak bisa diselesaikan lagi setiap prajurit berhak memutuskan pilihannya, jangan-jangan komandan tidak melihat asap dari suar kita?" Kata Reiner terlihat jelas kalau ia tidak menyukai keputusan ini.

"Jangan mengeluh, meski kita tidak tau bagaimana keadaanya namun yang terpenting kita harus mematuhi perintah, Armin tembakan suarnya!" Kataku dengan nada seorang pemimpin.

"Baik." Armin sepertinya sepemikiran denganku dan segera menembakkan suar hijau.

Kami pun mulai mengubah rute seperti yang di minta, tapi tidak peduli seperti apa situasinya bagi seorang prajurit yang harus dilakukan hanyalah menuruti perintah saat ini!

Meski aku tau ia akan terus maju namun aku cukup terkejut terutama setelah kuberitahu informasi tersebut ... sungguh orang yang sangat menarik, aku jadi tidak sabar untuk merekrutnya.

Nah, pesta baru saja akan dimulai karena itu hiburlah aku lebih lama lagi, Annie, Erwin ... ufufufufu~

The Legend of Strongest Human (SNK Fanfict) [Hiatus]Where stories live. Discover now