27

1.5K 217 2
                                    

"Terimakasih, Alan!" kata Mikasa penuh rasa terima kasih mungkin karena dia tidak ingin kehilangan Eren lagi.

"Apa maksudmu? Aku kakaknya sudah sewajarnya aku membantunya bukan?" kataku ramah  kepadanya.

"Tapi mempunyai adik merepotkan sepertinya sangat menyusahkan!" sambungku terlihat mengeluh.

"Yaa dia memang sangat merepotkan!" kata Armin setuju dengan senyum kecil di wajahnya.

"Meski begitu kadang kita datang membantunya!" sambungnya lagi.

"Karena itu sekarang kita hanya visa datang dan menyelamatkannya sekali lagi!"

"Mungkin juga akan terjadi lagi karena dalam hal mencari masalah dia yang paling jago!" kataku bercanda.

"Ya, dia yang paling jago dalam mencari masalah dibanding kita bertiga!" kata Armin.

Suasana di dalam ruangan menjadi santai tidak tegang kaya sebelumnya, Mikasa juga terlihat lebih tenang ya setidaknya dia tau kalau nanti kami akan menyelamatkan Eren.

"Apa aku boleh menemuinya?" tanya Mikasa tiba-tiba.

"Tidak, jangan menemuinya karena dia di jaga ketat bahkan kalau bukan karena status danchou menjadi jaminan tadi pagi maka aku sendiri saja tidak bisa mengobrol berduaan dengannya!" kataku jujur saja.

"Baiklah..." kata Mikasa sedikit kecewa tapi dia masih tetap mempertahankan sikapnya yang pendiam.

Setelah mengobrol dan menenangkan keduanya aku melihat kalau hari sudah sore sekiranya jam 4-an sore lah, tidak ku sangka waktu cepat banget berlalu~

"Apa urusanmu sudah selesai, Alan?" tanya seseorang di belakangku.

Suaranya lembut, merdu, dan menyenangkan untuk di dengar ya aku tau siapa dia, dia adalah bidadari kecilku Historia Reiss.

"Sudah, apa kamu mau makan siang di sore hari bersama denganku?" ajakku sambil berbalik dan menatapnya dengan lembut.

"Baiklah kalau kamu mau!" kata Historia dengan senang hati setuju.

"Baiklah ikut denganku!" kataku mengandeng tangan Historia dan menariknya dengan lembut ke dalam ruangan.

"Hyaa!" teriak Historia pelan saat aku menarinya dan menghisapnya ke dalam ruangan kamui jadi setelah pintu tertutup kami berdua menghilang ditambah jendela memang terbuka jadi kemungkinan mereka yang melihat akan mengira kami pergi lewat jendela.

Aku sudah terbiasa menggunakan Kamui ya meski aku tau menggunakannya terlalu sering akan membuat cahaya di mataku menghilang tapi efeknya sangat kecil, kecuali hal yang besar kaya batu raksasa atau pasukan sekitar 50 orang lebih, kalau tidak maka ya efeknya sangat kecil.

Perkiraanku butuh waktu kurang lebih 20 tahub dari sekarang untuk membuat mataku buta hanya dengan menggunakan Kamui saja tapi hal seperti Amaterasu, Susanoo, Izanagi, Izanami, Kotomastunami maka aku tidak ada masalah.

Hal-hal di atas lebih beresiko dibanding Kamui dan Tsukoyoumi jadi aku lebih berhati-hati menggunakan kemampuan ini, ditambah mataku ada alarm tersendiri kalau aku sudah kelewatan menggunakan Mangekyou sharingan dengan memberikan rangsangan seperti kaki, gatal, dan rasa nyeri di mata.

Ok kembali ke cerita, aku membawa Historia menggunakan Kamui ke sebuah pantai di pulai bernama Hawai diduniaku kalau dunia ini mungkin beda kali namanya.

Ugh... Menggunakannya dalam jarak jauh juga mempercepat atau memperbesar resiko kebutaanku tapi biarlah dulu, selana aku berhati-hati maja itu tidak akan terjadi.

"I-Indahnya... Dimana ini Alan?" kata Historia terlihat sangat menganggumi tempat ini.

"Tempat yang sangat jauh dari tembok raksasa, disini kamu bisa tenang karena tidak ada titan disini!" kataku santai.

Aku masih tidak menunjukkan kelebihan beban karena memakai Kamui didepan Historia karena menurutku itu hanya akan membuatnya khawatir.

"Diluar tembok!? Bagaimana bisa kita pergi begitu jauh dalam waktu singkat!?" kata Historia terkejut.

"Ahaha kalau begitu bagaimana aku bisa selalu datang ke kamarmu?" kataku menggodanya dengan centil.

Wajah Historia memerah tanpa kuketahui alasannya yaa tapi aku merasakan kalau Historia lagi malu saat ini.

"Ja-Jangan mengatakan hal memalukan seperti itu!" kata Historia menutup wajahnya yang merona merah karena malu.

Lalu dia berjalan ke arah pesisir pantai, berjongkok lalu mencoba meminum air laut, melihat hal itu aku terkejut dan berniat menghentikan aksi bodohya itu.

"Uhuk... Uhuk... Asin... Apa danau ini dikasih garam?" kata Historia secara langsung.

"Pffft ahahahaha~ kamu adalah orang pertama yang datang kelaut dan dengan bodohnya mencoba meminum air laut!" kataku tertawa lepas bahkan perutku sakit karena tertawa terlalu keras.

"A-Aku... Aku membencimu, hmph!" kata Historia terlihat malu dan marah karena si ketawain.

"Ahahah... Ma-Maaf ta-tapi itu sangat lucu ahaha~" kata ku meminta maaf tapi tidak bisa menahan diri untuk masih tertawa.

"Mooo, sudah jangan ketawa lagi, Alan bodoh!" kata Historia berlari dan memukul dadaku yang sedang tertawa terlentang di pasir.

Pukulannya di tangan kecil itu tidak terasa sakit sama sekali bagiku tapi ada sensasi lain yang aku rasakan yaitu kasih sayang.

"Ahaha ya maaf dah aku tidak akan ketawa lagi!" kataku benar-benar minta maaf dan berhenti ketawa.

"Hmph!" Historia membuang muka tapi senyum kecil di wajahnya masih terlihat olehku.

"Jawab pertanyaanku dulu baru aku akan memaafkanmu!" kata Historia mengajukkan syarat secara tiba-tiba.

"Apa itu? Selama kamu tidak bertanya tentang berubah jadi gadis, melahirkan, atau hal aneh lainnya!" kataku bercanda.

"Aku tidak akan bertanya hal itu!" katanya sepertinya dia menganggap ucapanku serius.

"Haha ya aku hanya bercanda soal tadi~" kataku jujur.

"Sebenarnya dimana ini dan kenapa aku tidak melihat ujung dari danau ini?" tanya Historia membuatku terkejut.

"Tempat ini disebut pantai dan air disana si sebut laut, laut itu tidak berujung dengan jumlah air dan garam tak terbatas!" kataku mempopulerkan pengetahuanku.

"Garam!? Bukankah itu barang langka?" kata Historia terkejut.

Yaa melihat ekspresinya mengingatkanku kepada Eren kecil.

"Didalam tembok memang iya tapi berbeda dengan di luar, laut itu berisi kandungan garam yang tidak terbatas, didalam laut juga berisi banyak makhluk hidup yang sangat beraneka ragam loh!" kataku dengan tenang menjelaskan kepada Historia tentang laut.

"Aku akan membakar ikan bakar untuk kita makan malam yaa disini juga tempat yang bagus melihat matahari terbenam jadi kamu pasti akan menyukainya!" kataku kepadanya yang masih menganggumi laut lepas.

"Nee Alan kenapa kamu sepertinya tau banyak tentang dunia ini?" tanya Historia tiba-tiba membuatku terkejut.

"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.

"Yaa kaya laut, indentitasku, dan tempat di luar dinding. Rasanya seperti kamu itu tau segalanya~" kata Historia polos.

"Tidak juga kok, dunia ini sangat misterius lebih dari yang kita berdua tau dan aku hanya tau sedikit dan juga sedikit ingin tau tentang dunia ini dan angkasa luas disana!" kataku sembari mengangkat kepalaku.

Aku melihat langit senja yang berwarna orange, awan putih yang tidak banyak dan tipis, burung yang terbang untuk kembali pulang, ah rasanya aku mengingat kembali impian lamaku.

The Legend of Strongest Human (SNK Fanfict) [Hiatus]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant